Home / Romansa / Dinikahi Calon Adik Ipar / Bab 127. Titip Kanya, ya, Sen!

Share

Bab 127. Titip Kanya, ya, Sen!

Author: Sekarani
last update Last Updated: 2025-08-14 20:44:05

Matahari belum terbit saat Sena menemani Kanya menyusuri jalan setapak menuju pantai. Mereka melangkah pelan sambil bergandengan tangan, saling mengunci sedikit kehangatan di tengah udara pagi yang masih terasa begitu dingin.

Aroma asin khas laut tercium dari setiap embusan angin yang menerpa tubuh keduanya. Gemuruh suara ombak terdengar jelas, seolah terus menerus berkata pada Sena dan Kanya untuk segera sampai tujuan agar mereka bisa main bersama.

Begitu mereka menginjakkan kaki di hamparan pasir pantai, Sena seketika agak cemburu dengan ombak.

Pasalnya, saking senangnya melihat ombak, Kanya melepas genggamannya begitu saja. Sang istri lebih memilih berlari kecil meninggalkannya menuju tepi pantai untuk menyapa gulungan air laut tersebut.

Sambil terus mengawasi Kanya yang kini tampak antusias bermain kejar-kejaran dengan ombak, Sena segera melepas sepatunya. Alas kaki tersebut ditaruh bersebelahan dengan milik Kanya, sepatu malang yang tadi dicampakkan begitu saja setelah dicopot s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab. 159 Janjimu Palsu, Mas!

    “Maaf banget, Sayang.”Sena berulang kali meminta maaf ketika membantu Kanya mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk, terutama setiap Kanya merintih pelan, menahan sakit efek ulahnya semalam.“Sebentar, Sayang. Kayaknya mending begini biar kamu lebih nyaman.”Sena menata tumpukan bantal di kepala ranjang dengan cekatan. Selain menyiapkan sandaran empuk untuk kepala dan punggung Kanya, dia juga menaruh perhatian pada bagian pinggul istrinya.“Maaf, ya, Sayang.”Sena lagi-lagi mengucap kata maaf sambil menuntun Kanya duduk bersandar. Tanpa sadar menahan napas juga saat melihat Kanya kembali meringis kecil di sela upaya menyamankan diri.“Mas …”“Ya, Sayang.”“Mau minum …”Mendengar lirih serak Kanya, Sena langsung mengambil segelas air putih hangat dari nampan yang ia taruh di nakas. Cemas Kanya belum punya cukup energi, gelas kaca tersebut tetap dalam genggamannya ketika sang istri kemudian minum beberapa teguk.“Sarapan dulu, ya, Sayang. Udah jam sembilan lebih. Pasti kamu lapar.

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 158. Suami yang (Tidak) Mudah Puas

    Dasar pembohong! Penipu! Sialan!Kanya frustasi karena hanya sanggup mengumpati Sena dalam hati. Pasalnya, setiap kali coba buka mulut, dirinya cuma bisa mengeluarkan desahan yang malah akan semakin menyulut gairah suaminya.Sena terus bergerak di atas Kanya, membuat istrinya kewalahan dalam setiap hentakan. Janji pelan-pelan hanya ditepati pada awalnya saja. Begitu sampai intinya, hasrat yang sudah lama terpendam mengambil alih kendali. Arusnya terlalu kuat untuk dilawan, ritmenya berubah menjadi semakin dalam dan menggebu.Setiap kali tubuh Kanya terdorong menjauh sedikit saja, Sena akan menahan pinggulnya lebih erat. Kanya dipaksa bertahan dalam tempo tak beraturan yang dilakoni Sena.“Jangan ditahan, Sayang,” desis Sena setelah mencium bibir istrinya kasar. “Aku mau dengar desahan merdu istriku ….”Kanya menggigil nikmat dalam kepasrahan yang menghanyutkan sekaligus menyiksa. Seolah patuh pada perintah Sena tadi, Kanya kemudian terus-menerus menyuguhkan rintihan panjang dan desah

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 157. Hasrat yang Tidak Terkendali

    “Nggak usah takut, Kanya.”Sambungan telepon harus segera diakhiri. Jadi, Kanya cepat-cepat meraih ponsel yang dia taruh di kasur. Sayangnya, lagi-lagi Kanya kalah gesit. Dia kalah cepat dengan Sena yang duduk di belakangnya. Berkat alat pengering rambut di tangan, pria itu berhasil lebih dulu mencapai gawai milik istrinya.Lantas, dalam sekali gerakan, Sena mendorong ponsel Kanya menjauh ke samping hingga nyaris masuk ke bawah tumpukan bantal di kepala ranjang.“Kamu cuma perlu bilang, ‘Mainnya pelan-pelan aja, ya, Sayang. Aku masih perawan, belum pengalaman’. Suamimu pasti paham.”Biarpun sudah terlambat, Kanya tidak menyerah begitu saja. Tak ingin Sena mendengar sesuatu yang lebih memalukan. Kanya merayap cepat untuk mengambil ponselnya.“Misal masih takut bakal sakit, bisa pakai pelum—”Bip!Demi Tuhan! Kanya malu setengah mati. Rasanya ingin menghilang saja sekarang.Sena tersenyum gemas melihat tingkah Kanya yang kini tampak meringkuk sambil membenamkan wajah di tumpukan bantal.

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 156. Mainnya Pelan-Pelan, Sayang!

    “Menurut Mas Sena, dia tipe yang rawan mengulangi kesalahan yang sama atau nggak?”Biarpun pernah menjadi kekasih sahabatnya, Kanya tidak begitu mengenal Zidan. Sempat ingin coba berteman, tetapi ujungnya enggan karena Zidan tampak tidak terlalu suka dengannya. Dulu Kanya maklum saja dengan sikap Zidan tersebut. Pikir Kanya, barangkali karena Zidan akrab dengan Sena yang kala itu selalu terlihat sangat membencinya. Mungkin Zidan seperti banyak orang di luar sana yang cenderung ikut tidak suka pada sosok yang dibenci teman mereka.Pernah Kanya sekali mengeluh dengan pacarnya—Arga, tentu saja. Namun, katanya, selama Zidan memperlakukan Mika dengan baik, Kanya tidak perlu terlalu mempermasalahkannya.Baru belakangan ini saja Zidan bersikap lebih ramah padanya. Mungkin karena hubungan Kanya dan Sena yang telah jauh membaik juga.Walau begitu, kondisi tersebut tak lantas membuat Kanya merasa sudah lebih mengenal sifat Zidan. Oleh karenanya, meski tadi bilang akan mendukung apa pun keputus

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 155. Maunya Jangan Buru-Buru

    Zidan sudah mengenal Sena selama lebih dari 15 tahun. Jika ada kompetisi menebak makna tersembunyi di balik setiap ekspresi yang diperlihatkan Sena, Zidan yakin dirinya bakal menjadi juara pertama. Senyuman yang kelihatannya manis belum tentu pertanda baik, pun dengan tatapan hangat yang bisa jadi mengecoh. Orang lain mungkin saja tertipu dan terlena, tetapi Zidan bukanlah mereka. “Mau libur panjang kayak Andi juga, nggak?”Berbekal kemampuannya membaca pikiran licik Sena, Zidan segera menyadari bahwa hal yang tidak menyenangkan bisa saja terjadi padanya.Zidan memang iri dengan Andi. Dia juga mau merasakan enaknya libur panjang. Namun, idiot jika dia sampai tergoda menerima tawaran Sena barusan.“Nggak mau,” tolak Zidan tanpa ragu. “Kebetulan aku baru suka-sukanya kerja, nggak minat libur panjang. Coba tawarin ke karyawan lain aja.”Sena tertawa mendengar bualan Zidan. Suka bekerja? Seorang Zidan? Lebih dari siapapun, Sena adalah orang yang paling tahu bahwa temannya ini selalu ber

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 154. Boleh Balikan, tapi …

    Hubungan yang telah hancur kerap diibaratkan gelas pecah. Walau mungkin bisa diperbaiki, kondisinya tidak akan pernah sama seperti semula. Tampaknya sudah utuh kembali, tetapi retaknya bakal terus ada di sana.Itulah mengapa banyak orang memilih untuk tidak kembali menjalin hubungan dengan mantan pasangan. Memperbaiki hubungan yang sudah pernah hancur diyakini akan selalu berujung menyakiti diri sendiri. Awalnya mungkin tampak indah karena rasanya masih saling sayang, tetapi nyatanya ada saja luka yang tidak bisa sembuh sepenuhnya.“Kamu takut kalian bakal bertengkar hebat lagi, terus akhirnya putus lagi?”Mika tidak langsung menjawab pertanyaan Kanya. Selama beberapa saat, dia hanya diam sembari memandangi pergelangan tangannya yang sejak semalam berhias gelang emas putih pemberian Zidan.“Suatu hari nanti, dia mungkin akan melakukan kesalahan yang sama. Kalau nggak, mungkin malah aku yang bakal bertindak bodoh.”Kali ini, giliran Kanya yang merasa butuh berpikir sejenak untuk menangg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status