Home / Romansa / Dinikahi Calon Adik Ipar / Bab 44. Tak Cukup Ciuman Kilat

Share

Bab 44. Tak Cukup Ciuman Kilat

Author: Sekarani
last update Last Updated: 2025-03-11 21:35:27

Kanya sungguh menyesal karena tidak membawa novel karya Kirana. Dia jadi tidak bisa meminta tanda tangan sang novelis pada pertemuan pertama mereka.

Semua gara-gara Sena tidak bilang kalau makan malam ini berawal dari permintaan Kirana yang tak disangka-sangka menyukai buku teranyar Kanya. Coba saja sejak awal diberitahu, Kanya sudah pasti akan membawa semua novel koleksinya.

“Janji, ya, Mbak! Ayo, kita ketemu lagi di lain hari,” ucap Kanya saat tiba waktunya berpamitan.

“Berkabar lagi, ya,” balas Kirana seraya menyambut ajak pelukan dari Kanya. “Lain kali, ketemunya di kafenya Mbak Kanya aja. Gimana?”

“Setuju banget!”

Mereka akhirnya benar-benar berpisah setelah sekali lagi menyempatkan untuk foto bersama. Kanya pun tak lupa mohon izin untuk mengunggahnya di media sosial. Sebab, berbeda dengannya, pemilik nama pena Agnyyys itu terbilang tidak terlalu aktif secara daring.

Tak sabar ingin segera pamer momen berkesannya malam ini, Kanya langsung sibuk dengan ponselnya begitu masuk mobil
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 93. Pilihan Menggiurkan

    Tidak ada gunanya tinggal lebih lama. Jingga bahkan tak ingin menunggu sampai esok hari. Persetan meski malam sudah larut, dia ingin secepatnya meninggalkan hotel milik Pandega Group ini.Jingga pun tak peduli dengan Chacha yang panik dan kebingungan karena melihatnya buru-buru berkemas. Dia mau pergi malam ini juga. Titik.“Kalian mau tanggung jawab misal terjadi sesuatu yang nggak diharapkan? Jangan sampai—”Sayup-sayup terdengar suara Chacha yang tengah bertelepon dengan seseorang di balkon. Kata-kata bernada emosional itu teredam gemuruh angin dan ombak lantaran pintu yang dibiarkan terbuka.Saat Chacha kembali masuk ke kamar, helaan napas frustasi perempuan itu membuat gelisah Jingga yang duduk di tepi ranjang. Kedua tangannya perlahan terkepal di sisi tubuhnya.“Maaf …”Jingga mengeratkan kepalan tangannya begitu mendengar permintaan maaf Chacha. “Nggak bisa sekarang, Kak. Ini udah malam banget, jadi kata sekretarisnya …”“Nggak, Cha,” potong Jingga dengan suara tertahan. “Poko

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 92. Kodenya Keras

    Cuma Kanya yang bisa menyuruh Sena melakukan ini-itu kapan pun. Bahkan, tak peduli meski malam sudah terbilang larut, jika Kanya bilang ingin makan masakan suaminya, Sena nyaris mustahil tidak mewujudkannya.Itulah yang terjadi malam ini.Demi menuruti kemauan istrinya, Sena santai saja masuk dapur, tetapi tidak dengan setiap pegawai hotel yang melihatnya. Bagaimanapun, Sena adalah bos mereka semua. Jadi, bukankah Sena mestinya hanya perlu menyuruh koki yang bertugas untuk menyiapkan makanan pesanan Kanya? Kenapa harus dia yang memasaknya sendiri?"Istri saya maunya makan masakan saya," kata Sena santai sembari melepas jam tangan mewah di pergelangan kirinya.Sebelum aksesori seharga miliaran rupiah itu berakhir asal-asalan ditaruh di meja dapur, Andi buru-buru mengulurkan tangan pada bosnya.Melihat gestur Andi, Sena yang sungguh berniat meletakkan jam tangannya sembarangan, tersenyum sekilas. “Saya bisa minta tolong rebus daging ayamnya? Setelah itu, tolong suwir sekalian.”Sambil

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 91. Serangan Main-Main

    Kata-kata yang baru saja diucapkan Zidan membuat Andi waswas. Berjalan paling depan, pria itu bahkan sempat refleks menoleh ke belakang, kilat memeriksa kondisi Kanya yang tampak tetap fokus melangkah sambil menunduk.Kecemasan serupa juga dirasakan Mika yang berjalan di belakang Kanya. Mika bahkan sampai menghentikan langkahnya untuk menegur Zidan dengan sebuah tatapan tajam.Namun, orang yang dikhawatirkan ternyata malah terkesan santai-santai saja menanggapi omongan Zidan.“Perintah kayak apa, tuh, misalnya?”Zidan tersenyum mendengar pertanyaan Kanya. Sambil membimbing Mika untuk kembali melangkah, dia berkata, “Misalnya, karena kamu bilang mau ngobrol sama Jingga di balkon kamar, Sena minta area di bawahnya dikosongkan sementara.”“Sayangnya, kami kecolongan. Ternyata masih ada beberapa orang yang nggak sengaja menyaksikan insiden tadi. Bukan karena mereka memasuki area yang mestinya kosong, tapi kami luput soal para tamu yang bisa aja melihat ke arah balkon kamarnya Jingga saat

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 90. Pertanyaan Terakhir Jingga

    “Oh, jadi itu yang kamu lakuin sama mantanmu? Ngobrol dari ke hati-hati setelah berhubungan badan. Pantes hari ini kalian bisa kelihatan akur banget.”Usai bilang begitu, Kanya sudah siap dengan apa pun yang bakal dia dengar selanjutnya dari Mika. Walau demikian, ternyata dia tetap agak syok dengan betapa gamblangnya Mika bicara soal kehidupan ranjang.“Kami kemarin nggak ada pillow talk,” kata Mika sambil tersenyum pada Zidan, meminta pria itu berhenti melangkah dengan isyarat tangan.Tanpa mengalihkan pandangannya dari Zidan, Mika lantas berbisik, “Habis begituan, aku pilih buru-buru tidur. Soalnya kalau nggak tidur, bisa ada sesi kedua, ketiga, dan seterusnya. Staminanya dia jempolan banget, sumpah! Takut pingsan kalau aku iyain terus.”Kanya berusaha memasang wajah datar, tetapi pipinya sudah keburu memanas. Dia bahkan yakin telinganya sudah ikut memerah.“Kamu belum pernah begituan sama Sena, kan? Mending buruan coba biar lebih paham maksudku. Soalnya cuma orang yang udah pernah

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 89. Obrolan Serius Berujung Menjurus

    Soal mengumpati orang, Mika memang jauh lebih jago ketimbang Kanya. Bukan hanya mengabsen berbagai nama penghuni kebun binatang, pengetahuan Mika tentang variasi kata makian juga terbilang jempolan.Di antara begitu banyak kata kasar yang Mika tahu, sebagian besar sudah dia gunakan untuk memaki Sena. Sebenarnya tidak enak didengar, tetapi anehnya Kanya jadi merasa lebih baik karenanya.Karena tidak pintar melakukannya sendiri, ternyata menyenangkan punya teman yang ahli mengumpat seperti Mika. Puas mendengar Sena dimaki-maki sebegitunya.Setelah semua umpatan itu, Kanya pikir Mika bakal sepenuhnya antipati lagi dengan Sena. Setidaknya Kanya bakal disuruh jaga jarak sementara dengan suaminya tersebut.Namun, barusan Mika malah dengan entengnya menyuruh Kanya dipeluk Sena. Mungkin cuma asbun karena obrolan mereka sudah tidak seserius sebelumnya, tapi Kanya tetap tak bisa menahan dirinya untuk tidak memicingkan mata.“Kamu tim siapa, sih, sebenarnya, Mik? Sena atau aku?”Tatapan Kanya ya

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 88. Memeluk Masa Lalu

    Setiap kali melihat Jingga menangis, hal pertama yang pasti segera dilakukan Sena dulu adalah memeluknya. Sena tidak perlu mengatakan apa pun untuk menenangkan Jingga. Hanya dengan sebuah pelukan, isak perempuan itu perlahan akan mereda.Hanya saja, lain dulu, lain sekarang.Hatinya kini memang tergerak melihat Jingga menangis pilu. Namun, afeksi semacam itu tidak lagi pantas dia berikan. Sena sepenuhnya sadar bahwa dirinya harus membiarkan garis batas di antara mereka tetap jelas. Akhirnya, cukup lama Sena hanya diam di tempatnya. Memandang iba Jingga yang sesenggukan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, Sena menunggu sampai Jingga mampu menenangkan dirinya sendiri.Di sisi lain, Jingga mulai berusaha mengatur napas yang sesekali masih tersengal. Air matanya belum berhenti mengalir, tetapi sudah lebih terkendali.“Kita bisa mulai lagi dari awal …” Suara Jingga terdengar serak saat ia kembali berbicara seraya mengusap air matanya sendiri.“Aku janji nggak bakal bikin Mas kec

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 87. Permintaan Maaf

    “Aku dulu terlalu kecewa dan marah, jadinya mengabaikan rasa sakit hati yang kamu tahan sendirian.”Bahkan sampai sore tadi, Sena masih memendam amarah yang sama pada Jingga. Hubungan mereka dulu barangkali tidak melulu bahagia, sesekali ada cekcok juga. Namun, mereka selalu cepat berbaikan, jadi tak ada alasan kisah kasih keduanya kandas di tengah jalan.Andai Sena tidak melihat Jingga selingkuh dengan mata kepalanya sendiri, mungkin mereka masih menjalin asmara hingga hari ini. Sena hanya perlu terus pura-pura tidak tahu bahwa dirinya telah dikhianati. Sena yakin, dirinya di masa lalu sanggup melakukan hal seperti itu demi tetap bersama Jingga.Namun, kekecewaan Sena sungguh telah mencapai puncaknya ketika mendapati Jingga tidur tanpa busana bersama pria lain di ranjang tempat mereka sering bercinta. Sejak malam itu, kemarahan Sena tidak pernah sedikit pun berkurang. Bahkan air mata Jingga, tangisannya yang pecah-pecah saat memohon maaf, tak dapat meluluhkan hati Sena.Sena merasa d

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 86. (Flashback) Menebus Rasa Bersalah?

    “Apa harus sejauh ini? Kenapa mesti dihapus semua?”Dua hari setelah putus, Jingga sempat mengira Sena ingin kembali padanya. Pria itu datang ke apartemennya tanpa pemberitahuan dan Jingga tentu saja dengan senang hati menyambutnya.Namun, kedatangan Sena hari itu ternyata hanya untuk menghapus segala jejak kenangan selama mereka menjalin asmara. Sena menjelajahi setiap sudut tempat tinggal Jingga, mengambil semua foto yang dipajang tak peduli sebesar apa ukurannya.Sena juga menyisir laptop Jingga, menghapus semua foto dan video mereka berdua, tak terkecuali yang ada di perangkat penyimpanan eksternal. Memori kamera digital pun tidak luput dari perhatiannya. Sena bahkan mereset ponsel Jingga setelah menghapus seluruh unggahan yang berkaitan dengan hubungan mereka di setiap akun media sosial Jingga. Dia rela menghabiskan banyak waktu untuk itu semua—sebegitunya tak mau ada satu pun kenangan yang tersisa.Jingga sendiri tak mengerti mengapa dirinya tidak bisa berbuat banyak. Awalnya s

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 85. (Flashback) Cinta Pertama

    Cinta pertama katanya akan selalu memiliki tempat spesial sampai kapan pun. Entah berujung bahagia atau justru jadi luka yang seakan tidak ada obatnya, cinta pertama seolah tidak ditakdirkan untuk dilupakan begitu saja.Itulah mengapa obrolan tentang cinta pertama seakan tidak pernah terasa membosankan. Bahkan tak sedikit pasangan yang saling penasaran dengan cinta pertama sang pujaan hati.Awal masa pacaran dulu, Jingga dan Sena juga pernah tiba-tiba mengobrolkan cinta pertama. Mulanya gara-gara Jingga tak sengaja bertemu mantannya ketika kencan di sebuah kafe bersama Sena.“Dulu pacarannya lama?”Kala itu, Sena terdengar sangat ingin tahu. Dia bisik-bisik bertanya, bahkan sebelum pria yang sempat menyapa Jingga baru beberapa langkah meninggalkan mereka mereka.Jingga tertawa tanpa suara melihat wajah penasaran Sena. Cemburunya cukup kentara karena jarang-jarang Sena menatap sinis pria lain.“Cuma beberapa bulan, kok. Nggak sampai setahun. Sekitar 5-6 bulan, mungkin?”Sena masih memp

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status