Walau Bastian telah berupaya meminta para pelanggan tidak menyebarkan foto maupun video apa pun terkait insiden siang tadi, ternyata masih saja ada yang tak kooperatif. Bagaikan serial drama yang selalu ditunggu kelanjutannya, video Sena dipukuli Mada begitu cepat mencuri perhatian. Hanya saja, bukannya berempati, kali ini hampir semuanya setuju bahwa Sena layak mendapatkannya.Tindakan kasar Mada terhadap adik iparnya dinilai wajar. Bahkan, tak sedikit yang mengaku bakal melakukan hal serupa jika mereka menjadi Mada.‘Adik kesayangan dimusuhi orang seantero negeri gara-gara masalah cinta lama belum kelarnya suami. Misal jadi dia, minimal banget emang harus main tonjok kayak gitu.’‘Pihak Kanya belum klarifikasi apa pun sampai sekarang. Lihat abangnya semarah itu, jadi curiga nggak, sih? Jangan-jangan Kanya sebenarnya nggak salah.’‘Itu Sena pasrah doang? Sadar diri kalau dianya emang salah dan layak dihajar sampai bonyok, ya?’‘Katanya, hal paling nggak berguna di dunia adalah mence
Berbeda dengan gazebo di area taman hotel, mobil pribadi jelas memungkinkan Sena dan Jingga melakukan apa saja tanpa khawatir bakal dilihat orang lain. Kendaraan itu memberikan ruang privat yang lebih rentan perselingkuhan.Andai jadi Kanya, Sarah dan Yuna tidak akan membiarkan Sena dan Jingga berduaan di dalam mobil. Harus ada orang ketiga yang mengawasi mereka. Bisa siapa saja, tetapi paling masuk akal jika Kanya sendiri yang turun tangan.“Bu Kanya udah lihat yang lagi rame di medsos? Nggak curiga itu mereka habis ngapain di mobil?” tanya Yuna.Lagi-lagi tak seperti bayangan lawan bicaranya, Kanya malah menanggapinya dengan tawa ringan.“Oh, kalian udah sempat lihat? Gercep juga, ya,” ujarnya santai.“Cuma sekilas, sih, Bu,” ungkap Yuna.Setelah dimarahi Fajar tadi, Yuna memang sempat membuka media sosial. Barangkali karena saking viralnya, unggahan yang menyuguhkan potret Sena dan Jingga di bandara muncul begitu saja.Yuna tentu langsung menunjukkan temuannya pada Sarah. Hanya saj
Walau sudah kenal cukup lama, Zidan memang terbilang jarang mengobrol dengan Kanya. Bahkan saat masih menjalin kasih dengan Mika dulu, Zidan cenderung menghindari momen bicara empat mata dengan Kanya.Pasalnya, Kanya adalah tipikal lawan bicara yang pandai bermain kata. Salah diksi sedikit saja, bisa panjang urusannya. Meski begitu, harus Zidan akui bahwa Kanya pintar membuat orang-orang nyaman mengobrolkan apa pun dengannya.“Harusnya aman, sih,” suara Zidan terkesan ragu. Hanya saja, itulah yang membikin orang-orang mesti hati-hati saat berbicara dengan Kanya. Jika terlalu nyaman, bukankah kita menjadi sangat rawan mengatakan apa yang semestinya tidak dikatakan?“Cuma kalau mereka sampai oversharing …”Sekali lagi, Fajar bisa mendengar bosnya menghela napas. Bikin semakin harap-harap cemas.“Tolong dipantau terus, ya, Pak Fajar. Kalau ada apa-apa, langsung kabari saya,” titah Zidan pada akhirnya.“Siap, Pak Zidan!”*** “Mas Zidan.”Zidan terkesiap saat mendengar seseorang memanggi
Sebuah senyuman tersungging di bibir Kanya saat membaca beberapa komentar kontra tentang hubungan Jingga dan suaminya. Biarpun tidak banyak, senang rasanya mendapati masih ada segelintir orang yang mulai berpihak padanya.“Andai mereka tahu kalau aku yang nyuruh Mas Sena nganter Jingga ke bandara,” gumam Kanya sambil terus berselancar di media sosial.Sejak sandiwaranya dengan Sena terbongkar baru-baru ini, Kanya memilih rehat sejenak dari media sosial. Jika tidak begitu, perasaannya hanya akan semakin kacau, terlebih karena begitu banyak komentar kebencian yang dilayangkan pada dirinya.Cerita yang disebar akun gosip tidak sepenuhnya benar. Kanya memang salah karena membohongi banyak orang, tetapi ada berbagai hal yang cuma klaim sepihak dan terlalu hiperbola.Kalau mau, Kanya bisa saja langsung memberikan klarifikasi. Bukan semata untuk membela diri, melainkan agar orang-orang setidaknya terdorong berpikir dua kali sebelum lanjut menghakimi dan membenci.Namun, kondisinya tempo hari
“Sejak kapan Mas Mada jadi suka pakai kekerasan begini? Kalau ada masalah, omongin baik-baik, bukannya datang-datang langsung nonjok kayak begitu.”“Aku paham Mas Mada mungkin marah banget sama Mas Sena, tapi nggak harus sampai bikin dia babak belur juga, Mas. Kasian suamiku, Mas. Nggak enak juga sama pelanggan lain. Kalau ada yang ngerekam, terus sengaja viralin …”Mada menjauhkan ponsel dari telinganya. Kesal rasanya karena Kanya malah sebegitunya membela Sena.“Suruh istrimu diam,” tuturnya sambil menyodorkan ponselnya ke Sena.Sena menurut saja, lalu menerima ponsel yang disodorkan sang kakak ipar padanya.“Masalahnya bisa makin rumit kalau orang-orang tahu Mas Sena dipukuli sama Mas Mada yang notabene kakak iparnya. Bakal makin banyak spekulasi liar soal hubungan kami, Mas.”Kanya masih marah-marah di seberang sana tanpa sadar jika lawan bicaranya sudah berubah. Bukan kakaknya lagi, melainkan suaminya.“Aku nggak suka kalau Mas Mada kasar begini. Lain kali, Mas harus …”“Sayang,”
Kanya berdiri di depan pintu sambil bersedekap. Tatapannya dingin, jelas lebih dari cukup untuk bikin kicep dua staf yang tadi asyik bergosip.“Amit-amit misalnya apa? Kok, nggak diterusin obrolannya?” Kanya bertanya tanpa tersenyum sedikit pun. Nadanya terdengar sedikit menantang, tapi dua staf yang ditanyai cukup sadar diri bahwa mereka lebih baik buru-buru membungkukkan badan dan diam saja. Tak usah coba-coba menanggapi dengan sepatah kata pun.“Mau bilang kalau suami saya bakal mesra-mesraan di mobil sama mantannya, ya?”Kali ini, Kanya bertanya sambil melangkah masuk. Mengedarkan pandangan sejenak, ia lantas berjalan pelan menuju minibar lantaran ponsel yang dicari tampak tergeletak di sana.Setelah meraih ponselnya, Kanya kembali memperhatikan dua orang yang bahkan terlalu takut untuk bilang maaf padanya.“Selesaikan pekerjaan kalian dulu. Setelah itu, saya tunggu di resto, ya. Saya mau kita ngobrol bertiga tentang suami saya. Oke?”***Mada tahu sejak lama soal sandiwara cinta