Dua hari ini Desta disibukkan dengan urusan perusahaan. ya, selain berprofesi sebagai dokter Desta juga merupakan seorang CEO dari perusahaan terkenal yang bergerak di bidang farmasi dan alat kesehatan.
Kemarin saat dia sedang mengistirahatkan diri karena selama ini terlalu sibuk dengan pasien, tiba-tiba mendapat kabar dari perusahaan cabang yang ada di Samarinda bermasalah. Dana yang cukup besar digelapkan oleh seorang oknum dari perusahaan itu sendiri.Mau nggak mau pria itu harus terbang langsung ke Samarinda untuk mengusut kasus penggelapan dana yang merugikan perusahaan. Pikirannya hanya fokus pada pekerjaan sehingga ia melupakan masalahnya yang belum terselesaikan dengan sang istri.Sementara di sisi lain Diana yang sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah mulai membaik mulai bertanya-tanya kemana suaminya selama ini. Bi Ijah yang selalu memberikan informasi padanya juga tak tahu kemana sang majikan sekarang.Padahal besok adalahDua minggu telah berlalu. Masalah perusahaan sudah bisa dikendalikan. Penggelapan dana yang dilakukan oleh salah satu oknum petinggi perusahaan sudah diusut hingga ke akar-akarnya. Desta merasa lega karena akhirnya perusahaan kembali normal. Dan kini saatnya ia untuk kembali pulang.Pria itu sengaja memilih penerbangan tercepat agar bisa segera sampai di rumah. Ia ingin mengistirahatkan kepalanya yang panas selama 2 minggu mengurus perusahaan. Tak hanya otaknya yang lelah, badan dan juga hatinya ikutan lelah. "Mas, kamu sudah pulang? dari mana saja?" tanya Diana yang yang saat itu sedang Bang santai di depan rumah. Mengamati pemandangan taman depan dengan air mancur yang menyegarkan. Hal itu menjadi hobi baru Diana selama mengambil cuti dari mengajar. "Ya, aku capek mau istirahat tolong jangan ganggu aku!" jawab Desta ketus. Pria itu kembali ke mode awal yang tak peduli dengan kondisi Diana. Bahkan sekadar menanyakan kabar pun tidak.B
Diana baru saja selesai membuat makan malam. Berharap Desta pulang lebih awal malam ini. Sudah berjalan dua Minggu semenjak ia pulang dari rumah sakit waktu itu, Bi Ijah juga sudah nggak menginap lagi di rumah ini. Karena kondisi Diana yang sudah mulai sehat. Dalam dua minggu ini belum ada perkembangan berarti dengan hubungan mereka. Desta masih bersikap acuh meski tak menolak perhatian Diana. Ya, setiap pagi wanita ini selalu menyiapkan pakaian dan sarapan untuknya. Begitupun setiap malam ia akan menunggunya dan membuatkan makan malam meski terkadang nggak disentuh sedikit pun. Namun Diana tak pernah menyerah. Ia terus berjuang demi bayi yang dikandungnya.Ia tak peduli jika pria itu masih belum bisa membuka pintu hatinya. Karena ia yakin, suatu saat nanti jika bayi mereka lahir, lelaki dingin itu akan luluh. Jangankan hati manusia, batu yang keras saja akan hancur jika ditetesi dengan air terus menerus. Setelah memastikan semua masakannya tersaji apik
"Dia bilang akan menikah di villa yang sudah ia belikan untukmu sebagai mahar di Lombok. Tapi malah kalian menikah sederhana tanpa mengabari kami." Wanita itu mengerucutkan bibir saat bercerita begitu. Namun Diana hanya menjadi pendengar yang baik. Sekaligus berpikir tentang apa yang dikatakan ibu mertuanya. Ia bahkan tak tahu dengan impian suaminya yang akan menikah di villa Lombok. Ah iya, pasti yang diceritakan Desta adalah Meta. Dan impian pernikahan itu tentu saja dengannya. Bukan dirinya. Karena ia sempat mendengar jika pernikahan adiknya itu akan berlangsung sangat mewah di Lombok.Seketika hatinya meringis mengingat ia memang bukan istri yang diharapkan suaminya. Hanya kebetulan karena sebuah insiden, terpaksa dia menjadi mempelai wanita sementara menggantikan adiknya. Ya, hanya sementara. Ketika sudah satu tahun, dia akan kembali diceraikan dan adiknya yang akan menggapai impiannya."Sayang, kamu nggak perlu merasa bersalah begitu. Momy nggak mar
Acara makan malam berlangsung kaku. Desta terlihat lebih banyak melamun. Hanya Mommy yang sesekali bercanda dengan menantunya tanpa digubris oleh Desta. Ucapan mommy tentang cucu sedikit banyak memengaruhi pikiran pria itu. Apakah benar Diana hamil? Tapi kenapa dia nggak pernah mengatakannya padaku? Membayangkan hal itu ada yang berdesir dalam dada Desta. Entah mengapa hatinya terasa gembira mendengar bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. "Kamu mau ke mana Des? Apa tidak rindu sama mommy? Kenapa buru-buru sekali masuk kamar?" "Sorry, Mom, Desta sangat capek. Lebih baik Mommy juga istirahat, besok kita baru ngobrol, oke?"Tanpa menunggu jawaban mommy, pria itu langsung melangkah menuju kamarnya. Segera ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh sekaligus mendinginkan pikirannya. Tepat pukul 10 malam ia membaringkan tubuh di ranjang dan mencoba memejamkan mata meski pikirannya terus melayang pada ucapan mommy.
"Ada apa dengan Diana?" Tanpa menjawab pertanyaan mommy Desta langsung berbalik ke kamar dan mengangkat Diana ke bawah. Sambil berlari dia berteriak pada Mommy untuk membuka pintu garasi agar ia bisa masuk ke dalam mobil.Dengan kecepatan diatas rata-rata Desta melajukan mobilnya menuju Rumah sakit tempatnya bekerja. Sampai di sana ia langsung masuk ke UGD dan membaringkan tubuh ringkih istrinya di salah satu brankar yang ada di sana."Tolong periksa istri saya, Dok!" ucapnya kepada dokter Vera yang sedang berjaga. "Baik, dokter bisa keluar dulu supaya saya leluasa memeriksanya?" Pria itu mengangguk dan keluar lalu menutup pintu UGD. Di depan ruangan itu terlihat Mommy sedang duduk menantinya. Wajahnya tak kalah khawatir dengan dirinya. "Duduklah, sayang kamu membuatku pusing!"Desta mengangguk dan duduk disamping mommynya. Kepalanya menunduk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Sesekali ia mengacak rambutnya sam
Setelah mendonorkan darahnya untuk sang adik, Daniel berjalan menuju tempat dimana Desta dan Mommy berada. Tatapan mata elang keduanya saling beradu menguarkan aroma permusuhan. Namun Desta berusaha menekan egonya. Bagaimanapun sahabatnya ini telah menolong sang istri dan calon buah hatinya."Thanks, Bro. Lu telah menolong istri gue.""Tentu saja. Karena dia sangat berharga bagi hidup gue. Meskipun Lo nggak meminta kalau gue tahu dia membutuhkan sudah pasti akan gue lakukan apapun untuknya. Dan Lo, tolong jaga dia baik-baik kalau Lo benar-benar seorang pria sejati!"Sebenarnya Daniel ingin sekali menggampar wajah pria di hadapannya ini. Sungguh ia sangat tak rela adik yang selama ini ia cari, hidup menderita bersama sahabatnya. Andai saja ia bisa mengatakannya sekarang kalau dia adalah adik kandungnya ... sayangnya ia harus bersabar hingga kebenaran terungkap. Mommy yang tidak tahu masalah yang terjadi di antara mereka hanya diam menyaksikan perdebatan putra dan sahabatnya itu. Lalu
Diana merasa bosan terlalu lama di rumah sakit. Ini adalah hari ketiga dia berada di rumah sakit ini. Sebenarnya kondisinya sudah mulai membaik tapi sang mertua yang tahu bahwa Diana pernah mengalami pendarahan dan hampir keguguran terlalu posesif padanya. Sehingga tak mengizinkan Diana untuk pulang lebih cepat. Tentu saja hal itu membuat wanita yang berprofesi sebagai guru itu merasa suntuk karena terus berbaring di kamar berbau alkohol itu. Tadi pagi mommy pamit untuk pulang karena ada sesuatu yang harus diurus. Sementara Desta sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter. Maka untuk menghilangkan kejenuhan ia meminta kepada seorang perawat untuk mengantarkannya menuju ke taman yang ada di rumah sakit. "Terima kasih, Sus. Tinggalkan saya sendiri," ucap Diana dengan senyum tipisnya. "Tapi Bu, Pak Desta nanti marah kalau bu Diana sendirian di sini." "Tidak, Sus nanti biar aku hubungi Mas Desta," ucapnya lagi. Akhirnya perawat yang mengantarkannya kembali dan meninggalkan Di
"A--apa maksudmu, Diana?" tanya Desta gelagapan."Bukankah Kamu sendiri yang bilang kalau pernikahan kita hanya satu tahun?" Diana mendongak menatap wajah suaminya yang tak terbaca. "Aku hanya mengingatkan pada diriku sendiri untuk tidak terlena dengan pernikahan ini, Mas. Sekarang aku mulai sadar di mana posisiku saat ini di hatimu. Aku tak lebih hanya seorang yang mengisi hidupmu untuk sementara waktu. Ada saatnya aku harus kembali ke asalku."Setelah mengatakan itu Diana memutar kursi rodanya dengan menggunakan jemari dan menjauh dari 2 orang itu. Sepanjang lorong menuju kamar tak henti air matanya berlomba membasahi pipi. Dadanya terasa sesak setelah mengatakan apa yang seharusnya tidak ia katakan.Sesampainya di kamar Diana termenung di depan jendela. Membayangkan nasib kehidupan dengan sang buah hati kedepannya. Ada rasa yang menyayat di dalam hati memikirkan anaknya kelak tidak bisa memiliki kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya.Seseorang masuk tanpa mengusik lamu