Share

Salah Menduga

Author: Cahaya Asa
last update Last Updated: 2022-03-15 17:52:32

"I--ibu!" Senyum Diana langsung mengembang. Ia maju selangkah, hendak merengkuh tubuh sang Ibu. Di luar dugaan, wanita paruh baya itu justru mundur dan mengangkat tangannya sebagai tanda "jangan mendekat".

Meski begitu, senyum Diana tak pernah luntur. Ia berpikir Ibu bersikap demikian karena masih kecewa padanya. Buktinya ia masih saja membayar biaya rumah sakitnya.

"Makasih ya, Bu. Ibu sudah sangat baik padaku. Kalau bukan karena Ibu yang membayar biaya pengobatanku, mungkin sekarang aku masih terbaring dia rumah sakit.

Wanita yang dipanggil ibu itu tak menyahut. Hanya menatap Diana sekilas lalu oergi meninggalkannya. Namun bagi Diana itu lebih dari cukup. Ia tak peduli meski ibunya masih bersikap cuek.

Langkah kakinya membawa ia ke lantai dua. Kamar yang semalam tak ia sambangi karena harus bermalam di rumah sakit. Ia juga tersenyum melihat Desta yang sedang mengobrol dengan adik dan bapaknya. Itu artinya masalah mereka sudah selesai.

Pagi hari berikutnya, Diana sudah bersiap hendak ke sekolah. Hari ini jadwalnya cukup padat sehingga ia harus berangkat lebih pagi. Dengan hati riang, ia menuju ruang makan. Di sana sudah ada adik dan juga kedua orang tuanya. Ia melangkah menuju meja makan untuk bergabung. Namun belum sempat ia mendudukkan dirinya di sana, Meta sudah bangkit meninggalkannya.

"Aku dah selesai," ucapnya dingin tanpa melirik Diana sama sekali.

Lalu bapak juga ikut berdiri diikuti ibu. Lagi, hati Diana berdenyut nyeri mendapat perlakuan demikian. Ia tak jadi duduk. Lalu memilih untuk langsung berangkat ke sekolah dan sarapan di kantin.

Suasana hatinya yang mulai ceria kembali mendung. Namun ia menepis semua pikiran buruk tentang keluarganya. Bagaimanapun ia yakin suatu saat akan kembali normal. Tak akan ada keluarga yang tega membuang anak ya sendiri bukan?

***

Seorang pria bertubuh atletis keluar dari ruang operasi. Ia baru saja menyelesaikan tugasnya. Penampilannya tampak kacau. Lingkar hitam di kelopak matanya menunjukkan ia kurang tidur. Setelah mengganti pakaiannya, ia memilih untuk berbaring sejenak di sofa yang ada dalam ruangannya. Memejamkan mata untuk sekadar menghilangkan penat.

Belum juga terlelap, HP-nya berdering. Meski mencoba untuk mengabaikannya, benda itu tak berhenti berbunyi. Alhasil terpaksa ia duduk dan mengangkatnya.

"Halo, ada apa?" jawabnya ketus.

[Hoo ... santai, Bro. Bisa ke tempat biasa? Gue tunggu sekarang]

"Ck, mengganggu saja! Emang Lo dah pulang?"

[Sudah, Bro. Semalam nyampai dan gue pengen kita ketemu. Bisa ke sini?]

"Gue capek. Baru saja selesai operasi. Lo aja deh yang ke ruangan gue!"

[Ok. Ok. Gue yang ke sana]

Sambungan ditutup. Desta mencoba untuk kembali memejamkan mata. Rasa lelah yang menggelayut tak mampu ia redam. Terlebih akhir-akhir ini pikirannya terkuras oleh masalahnya dengan Diana dan sang kekasih. Satu hal yang ingin dia lakukan saat ini hanyalah istirahat dan memejamkan mata tanpa ada yang mengganggu. Namun lagi-lagi HP-nya berdering.

Hampir saja ia mengumpat kasar karena istirahatnya terganggu. "Awas saja kalau nggak penting, gue bakal blokir siapapun yang nelpon tanpa tahu waktu begini," ucapnya.

Seketika ia menarik kembali kata-katanya ketika sebuah nama tertera di layar handphone-nya.

Sepasang matanya membola saat sebuah nama yang ditunggu-tunggu tertera di layar. Serta merta ia bengkit menegakkan tubuhnya. Lalu mengangkat panggilan itu dengan jantung berdetak cepat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
عمرو هيكل
aku jadi sebeul engga dilanjutkan
goodnovel comment avatar
Juc'k Baharu
apk novel tdk bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi Calon Ipar   Kelahiran Sang Jagoan

    Pertama kali bertemu orang yang melahirkan ke dunia seumur hidupnya, Diana seperti mimpi dan tak ingin bangun lagi. Selama ini ia mengira ibunya Meta adalah orang yang telah melahirkannya juga. Ternyata dia salah.Dan kini, wanita yang telah menyediakan rahimnya untuk dia tumbuh selama sembilan bulan lebih, talah ada di depan mata. Mereka masih berpelukan melepaskan rindu. Seolah hanya ada mereka berdua di sini. Bahkan, Diana sampai melupakan suaminya. Dalam kondisi normal, ia akan merasa malu bersikap seperti ini di depan suaminya. "Apa kalian nggak menganggap kami ada?" ucap Daniel dengan nada cemburu. Sepasang wanita kembar beda usia itu melerai pelukannya. Lalu menatap tajam pada pria yang barusan berbicara. Seolah mengerti dengan tatapan itu, Daniel memilih untuk duduk di samping Desta. "Apa setelah bertemu kalian akan bersekutu untuk memusuhiku? Kenapa tatapan kalian seperti itu?" cicitnya membuat ia mendapat lemparan dua bantal sofa secara bersamaan. "Tuh, kan ... benar. Bah

  • Dinikahi Calon Ipar   Kejutan Terindah

    Pagi-pagi sekali, Diana sudah berkutat di dapur. Efek tak bisa tidur semalaman karena memikirkan ibu angkatnya, ba'da subub ia sudah berkutat di dapur. Membuat nasi goreng dan roti bakar untuk sarapan. Bi Ijah berkali-kali sudah melarang. Tak tega melihat majikannya di depan kompor dengan perut besar. Apalagi sesekali Diana menekan punggungnya yang mulai pegal. Namun, dasar Diana, ia tetap melakukan aktivitas meski sudah dilarang. Katanya biar persalinannya nanti lancar. Bahkan andai Desta nggak memaksa, ia tetap ingin pergi mengajar. Tepat pukul 6 pagi semua sarapan sudah terhidang di meja makan. Delapan puluh persen Diana yang membuatnya. Setelah siap, wanita itu segera masuk ke kamarnya. Semenjak usia kandungannya mencapai tujuh bulan, Desta memindahkan kamar mereka di kamar tamu yang ada di lantai satu. Jadi, Diana tak perlu susah payah naik turun tangga. "Mas, sarapannya sudah siap, tuh!" Diana mendekati suaminya yang asik dengan HP pintarnya. "Dari habis subuh kamu menghilan

  • Dinikahi Calon Ipar   Menagih Janji

    "Eh, Gita, belanja juga?" Kedua sahabat lama ini langsung berpelukan. Menyingkir dari tempat itu dan membiarkan Deata menyelesaikan pembayaran. "Alhamdulillah, ini sudah delapan bulan. Kamu ...?" Diana tak melanjutkan pertanyaannya. "Anakku sudah dua.""Oh ya? Masyaa Allah, lama tak berkabar tahu-tahu dah berbuntut dua," ujar Diana nyengir. Mereka terlibat obrolan panjang sampai suami Diana mendekat. "Sudah, Mas?" "Udah. Yuk!" ajak Desta sembari menarik pinggang sang istri. Saat itulah tatapan matanya bersirobok dengan Gita. Sesaat keduanya terpaku. Kenangan silam masa SMA teringat kembali oleh mereka. Gita adalah orang yang pernah menolong Diana waktu kecelakaan dulu. Saat itu Diana berlarian ke halte karena ia tak mau ketinggalan UAS. Saat bersamaan ada pengendara sepeda motor dengan kecepatan tinggi melaju dari arah kanan. Spion motor itu menyenggol tubuh Diana membuatnya terjatuh. Untuk hanys luka ringan sehingga ia masih bisa ikut UAS. Gita yang sedang mengendari mobil berhe

  • Dinikahi Calon Ipar   Absurd

    "Jadi?""Yah, begitulah faktanya." Dengan santai pria yang mengaku bernama Eldi mencomot kembali udang crispy yang masih setengah porsi milik Diana. Tentu kelakuan nggak sopan pria ini membuat dua pria lain menganga melihatnya. "Hei, kalau mau makan pesan aja sendiri! Jangan main comot gitu, dong!" Desta tampak menggeram melihat kelakuan sewenang-wenang pria yang mengaku teman SMA istrinya. Namun sepertinya Eldi tak merasa terganggu dengan tatapan membunuh 2 pria di sampingnya . Mau tak mau Diana menyudahi makannya meski sebenarnya iya masih sangat ingin melahap udang crispy itu. Namun mengingat aura yang mulai berubah horor, wanita hamil ini menekan keinginannya."Eh, eh, eh, mau kemana? Temani aku dulu di sini napa? Sepertinya kamu sudah nggak takut ma cowok lagi. Kalau gitu, boleh dong babang El PDKT sama Diana cantik," ucapnya tanpa disaring dulu. Iya Bahkan tak mau repot-repot melihat dua orang yang menjadi bodyguard Diana. Baginya dua orang pria itu dianggap seperti bayangan

  • Dinikahi Calon Ipar   Pria Pengganggu

    Mobil yang mereka tumpangi berbelok ke restoran seafood yang ada di pinggir pantai. Diana berjalan lebih dulu ketika mobil telah berhenti. Memilih tempat dengan view yang menarik. Dia sangat suka laut. Maka tak heran ia memilih saung yang berhadapan langsung dengan laut. Dari sini mereka bisa melihat matahari terbenam secara langsung. Sayangnya, saat mereka sampai, surya masih bersinar terang dan belum condong ke barat. "Mau pesan apa, Sayang?" tanya Desta saat bobot tubuhnya mendarat sempurna di samping sang istri. "Aku mau cumi asam manis, udang krispi, sama ca kangkung aja." "Ok. Minumnya?""Es degan.""No! Wanita hamil tak boleh minum es." "Kata siapa?""Kata suamimu yang paling ganteng," ucap Desta narsis. Daniel memeragakan akting memuntah pada sohib sekaligus iparnya itu yang ditanggapi dengan gelak tawa. Wanita hamil yang sejak tadi fokus pada deburan ombak di laut, bahkan ketika menyebutkan menu yang diingini, menoleh pada sumber suara. Menatap takjub pada pria tampan

  • Dinikahi Calon Ipar   Diana Berbeda

    Pria tua yang dipanggil paman oleh Diana ini berdiri. Tatapannya nyalang seperti hendak memakan orang. Diana yang sudah biasa diperlakukan demikian olehnya tak merasa heran. Sejak dulu adik kandung bapak angkatnya ini memang terlihat nggak suka padanya. Selalu saja mengatakan jika Diana sebagai anak pembawa sial. Entah apa maksud dari ucapannya itu. Kini, Diana paham. Yang dimaksud pamannya itu adalah karena Diana mendapat bagian harta yang lebih banyak. Padahal jika dipikir-pikir, bagiannya sama rata. Karena selain mendapat lahan sawit, bapak dan paman mendapat saham perusahaan masing-masing lima puluh persen. "Tolong, Pak, jaga sikap. Semua pembagian sudah dihitung secara adil. Selain lahan sawit, bapak-bapak masih mendapat saham perusahaan.""Ya, tapi seharusnya perempuan pembawa sial ini nggak perlu dapat bagian. Kenapa tidak Meta saja yang mendapatkannya? Dia putri kandung keluarga ini!""Maaf, Pak. Saya hanya menjalankan perintah almarhum. Keputusan ini sah dan dilindungi huk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status