Share

Dinikahi Calon Ipar
Dinikahi Calon Ipar
Penulis: Cahaya Asa

Salah Mengenali

Diana, gadis manis berkacamata itu tampak menggigil kedinginan di bawah guyuran hujan yang membasahi seluruh tubuhnya.

Perlahan ia memelankan laju motor matic-nya dan berhenti di depan rumah.

"Desta? Kenapa dia ada di sini, bukankah seharusnya dia bersama Meta ke acara pertemuan keluarga?"

Dengan memeluk tubuhnya sendiri, Diana melangkah menuju pintu. Membukanya dengan kunci cadangan yang ia bawa, mengabaikan sosok pria yang tampak tertidur di kursi teras dekat pintu itu.

"Sayang, akhirnya kamu pulang juga. Kamu membuatku tersiksa karena menunggu terlalu lama," ucap pria itu serak sambil memeluk tubuh Diana dari belakang.

Gadis itu membeku mendapati dirinya berada dalam dekapan seseorang yang sebentar lagi akan menjadi iparnya. Lelaki itu semakin mengeratkan tubuhnya membuat sesuatu yang berusaha ditahannya sejak tadi semakin bergolak.

Menyadari posisinya yang salah, Diana berusaha melepaskan diri dan masuk rumah. Dadanya berdebar kencang saat tiba-tiba tangan kekar itu kembali meraihnya. Tetesan air dari badannya membuat lantai yang dipijak licin dan membuatnya terpelanting. Spontan ia memejamkan matanya. Namun beberapa detik ia tak merasakan apa-apa. Hingga hembusan napas panas menerpa wajahnya.

Tatapan matanya bersirobok dengan mata sayu milik Desta. Pria itu semakin mendekatkan wajahnya hingga membuat Diana kalang kabut.

"Tidak! Desta, sadar, ini aku Diana. Jangan lakukan ini!" teriaknya sambil berusaha melepaskan diri dari pria itu.

            "Tolong, bantu aku lepas dari siksaan ini, sayang. Aku sudah tak tahan lagi,"  lirih pria yang berstatus calon ipar itu dengan mata yang sudah tertutup kabut.

            "Tidak! Ini salah. Jangan lakukan itu, aku tidak mau!"

            Diana terus berontak. Berusahamenghindar dari pria yang sedang dalam pengaruh obat itu. Ia tahu, posisinya dalam bahaya. Saat pria itu lengah, ia berlari menuju kamarnya. Namun sial, lagi-lagi ia terpeleset karena tetesan air yang membuat lantai licin. Ia merutuki keputusannya untuk menerobos hujan hingga ia harus terjebak pada situasi yang tidak diinginkannya ini.

            Melihat Diana tergeletak di lantai, pria itu tak menyia-nyiakan kesempatan. Segera ia menindih tubuh mungil gadis itu dan berusaha untuk melepaskan has**tnya yang menggelora akibat obat yang dimasukkan dalam minumannya.

            Dua jam lalu, Desta terpaksa datang ke rumah temannya yang mengadakan pesta lajang untuk dirinya. Hingga ia terpaksa membiarkan Meta, pergi ke acara keluarga bersama kedua orangtuanya. Ia memang sudah berjanji untuk menyusulnya. Namun siapa sangka, teman-temannya mengerjainya dengan menaruh obat perangsang dalam gelasnya.

            Dan di sinilah sekarang. Ia tersiksa menahan tubuhnya yang semakin panas akibat hal itu.

            Diana terus berontak untuk melepaskan diri dari kelakuan calon iparnya. Berulang kali ia memohon agar dilepaskan. Namun pergerakannya justru semakin membuat kabut gai*rah dalam diri pria itu semakin membuncah.

            "Desta, ini tidak benar. Sebentar lagi kamu menikah, tolong jangan lakukan ini!" ucap Diana sendu.

            Suaranya sudah serak akibat berteriak minta dilepaskan. Hujan deras disertai petir menutupi teriakannya, hingga tak ada satu pun tetangga yang mampu mendengarnya.

            Tenaganya semakin melemah, ditambah lagi akibat kehujanan membuat gadis yang berprofesi sebagai guru itu menggigil dan semakin lemah. Hanya do'a yang bisa ia lakukan sekarang. Melawan tenaga pria yang sedang terpengaruh obat, bukan hal yang mudah.

            Tanpa aba-aba, pria itu mencoba untuk menarik kerudung yang dikenakan Diana hingga terlepas dari kepala. Meski sudah kepayahan akibat terlalu lama di bawah guyuran hujan, Diana tak tinggal diam. Ia terus saja bergerak meraih apa saja untuk menggagalkan niat keji pria itu. Semakin lama, tenaga gadis itu makin habis. Kepalanya tiba-tiba pening. Pandangannya memburam dan semakin gelap, hingga semuanya tak lagi bisa ia rasakan.

            Dari arah pintu, seorang gadis baru saja masuk rumah dan berhenti mendapati pemandangan di hadapannya. Tatapan gadis itu nanar melihat pemandangan yang membuat hatinya seperti diremas-remas. Jadi ini sebabnya sang kekasih tak jadi menyusul ke pertemuan keluarga?

            "Apa yang kalian lakukan!"

Desta membeku. Mendengar suara kekasihnya yang muncul dari arah belakang. Tatapan sayunya jatuh pada gadis yang berada di bawahnya. Lamat-lamat ia mengumpulkan kekuatan untuk melawan gejolak yang sudah sampai di ubun-ubun. Lalu meneliti dengan saksama gadis yang dinodainya.

            Matanya membelalak mendapati bukan Meta yang sedang di bawahnya. Dengan kecepatan kilat, ia mencoba bangkit dari posisinya. Namun gerakannya yang tiba-tiba membuat kepalanya berdenyut nyeri. Lalu tiba-tiba semuanya gelap. Pemuda itu ambruk menimpa Diana.

            Pengaruh alkohol yang dicampur obat perangsang membuat pria yang mau menikah beberapa hari lagi ini tak mampu mengendalikan diri. Tubuhnya panas seperti terbakar. Pandangannya kabur dan menciptakan halusinasi yang akhirnya menyeretnya pada masalah yang tidak ia tahu ke depannya akan semakin panjang.

            Akibat pengaruh minuman haram itu, Diana disangka Meta. Ia mengira perempuan yang dari tadi bersamanya adalah Meta, sang calon istri.

            "Nggak usah pura-pura pingsan, Breng**k! Apa yang kamu lakukan sudah terekam jelas dalam otakku!" teriak Meta sambil menendang punggung pria yang telah merenggut rasa cintanya.

            Tatapannya beralih pada sang kakak yang terlihat sangat kacau. Baju basah yang sudah robek sana-sini, kerudung yang selalu menutup auratnya sudah terlepas dari kepala, dan beberapa bekas cakaran yang tampak di kulit putihnya yang sudah tak tertutup sempurna oleh bajunya.

            Dadanya bergemuruh hebat menyaksikan hal itu. Ia melangkah dan berjongkok di hadapan gadis yang masih tergolek lemah di lantai itu. Tangannya hendak terulur untuk menutup bagian tubuh yang terbuka dengan kerudung yang tergeletak di sembarang tempat. Namun mengingat Penghianatan yang dilakukan sang kekasih membuat hatinya mengeras. Rasa iba yang semula menyergap dada terhadap sang kakak berubah menjadi kebencian yang mendalam.

            Gadis itu mencoba menutupi rasa kasihannya pada sosok yang selalu mengalah itu dengan rasa kecewa akibat ulah Desta. Entah siapa yang memulai lebih dulu. Namun melihat baju sang kakak yang basah kuyup membuat pikirannya berkelana.

            "Nggak usah pura-pura pingsan, aku tahu kamu tidak pingsan, Kak. Bangun!" teriak Meta seperti kesetanan. Ia menyiramkan air minum yang ada di teko sebelahnya berdiri tadi kepada Diana yang pingsan sejak tadi.

            Diana gelagapan. Perlahan ia membuka kedua matanya hingga lamat-lamat terlihat wajah sang adik yang dipenuhi kebencian. Lalu memindai seluruh ruangan dan didapati kedua orang tuanya telah berdiri di depan pintu dengan tatapan murka.

            Mencoba untuk menggali ingatan kejadian sebelum pingsan, Diana merasa kepalanya berdenyut nyeri. Tubuhnya menggigil kedinginan serta ketakutan mengingat apa yang telah diperbuat oleh calon iparnya.

            Saat menoleh ke samping, pria itu tergeletak tak sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga, ia mencoba bangkit.

            "Me--meta, kamu sudah pulang? Dia--dia mencoba untuk menodai--"

"Hentikan omong kosongmu, Kak! Kekasihku nggak mungkin berbuat sekeji itu! Pasti kamu yang menggodanya, kan?"

Diana menggeleng-gelengkan kepalannya menyangkal. “Aku tidak serendah itu,” lirihnya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
suka kesel kenapa selalu perempuannya yg disalahkan padahal sudah jelas² jadi korban..
goodnovel comment avatar
Shukri Ahmad
Sangat menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status