Perutku makin membesar dan seperti layaknya ibu hamil aku mengalami kesulitan bergerak bebas, tidur dengan nyenyak dan cepat kegerahan.
Aku menghabiskan banyak waktu dirumah bersama Dewa dan bi Asih, mas Arsen memanjakan diriku dengan banyak perhatian. Sepertinya dia hendak menebus apa yang tidak bisa dilakukan dulu saat aku hamil Dewa.
"Aaww...!" aku menjerit kesakitan saat kakiku terasa kram di malam hari.
Mas Arsen terbangun dengan terkantuk-kantuk kemudian mengganti lampu tidur dengan lampu kamar.
"Kenapa? mana yang sakit?" tanya mas Arsen sambil mendekatiku.
Aku menjawab dengan menunjuk pada kakiku yang terlihat kaku, ini sudah kali kedua aku mengalaminya di malam hari. Saat hendak merubah posisi tidur tiba-tiba saja kakiku kaku dan sakit.
Perutku yang membuncit tidak memungkinkan untuk memijatnya sendiri. Mas Arsen segera mengambil mi
POV ARSEN ____________ "Mari kita lakukan, ini buat baby girl yang ada di perutmu," coba kubujuk lagi Vira untuk mau melakukan 'hubungan'. Calon anak kami yang sedang di kandung Vira memang anak perempuan. Dia trus saja menolakku hingga aku kesal dibuatnya, padahal aku sudah mengikuti semua yang dia inginkan. "Apa kamu tidak ingin segera bertemu dengannya? Pasti dia secantik dirimu?" ucapku sambil mencium tengkuknya. Kuhirup aroma yang menguar dari tubuhnya."Kamu sangat wangi istriku," bisikku membangkitkan rasa percaya dirinya. Vira berbalik dan menghadap ke arahku, kuelus perutnya "Hai baby girl, ayo segera keluar. Daddy sama mommy sudah sangat ingin bertemu denganmu!" aku berkata sambil menciumi perut Vira. Vira terliha
"Tidurlah di kamar ini, ini kamarku. Malam ini aku akan tidur dikamar Riko," ucap mas Arsen. Arseno Candra Wijaya laki-laki yang beberapa jam lalu menikahiku berkata datar tanpa ekspresi, setelah berkata begitu dia keluar kamar tanpa berkata lagi.Aku hanya diam tidak menjawab ucapannya, otakku masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi padaku. Harusnya hari ini adalah hari yang bahagia buatku, aku akan menikah dengan orang yang sangat aku cintai, Riko Candra Wijaya adik dari mas Arsen.Pagi tadi, saat semua sudah siap, penghulu sudah menunggu tapi rombongan pengantin laki-laki tidak kunjung datang. Sampai waktu sudah molor satu jam dari jadwal mereka masih belum datang, saat semua sudah mulai panik karena telpon pun tak ada yang menjawab akhirnya mas Arsen datang.Dia datang seorang diri, tanpa mas Riko maupun iringan pengantin. Mas Arsen datang dengan kabar duka, dia bilang mobil yang ditumpangi mas Riko dan mamanya mengalami kecelakaan. Mas Riko mening
Keluarga Chandra Wijaya adalah keluarga yang cukup kaya di kota kami. Papa dan pak Candra Wijaya adalah teman dekat sejak dulu, selain teman mereka juga partner bisnis.Karena sering bertemu sehingga hubungan papa tidak hanya dekat dengan pak Candra, tapi juga dengan istri dan anak-anaknya. Pak Canda memiliki tiga orang putra dan putri, Arsen Candra Wijaya, Alana Candra Wijaya, dan Riko Candra Wijaya.Pertemuan kami dengan mereka membuat benih-benih cinta tumbuh aku dan mas Riko anak ketiga mereka. Sebenarnya mereka hendak menjodohkan aku dengan putra pertama mereka tapi aku malah tertarik dengan mas Riko.Mas Riko orang yang hangat, ceria, dan romantis, jauh berbeda dengan mas Arsen yang kaku, selalu serius dan dingin. Mungkin karena dia anak pertama yang dari kecil sudah disiapkan untuk menjadi penerus papanya sehingga tidak ada jiwa santai dalam dirinya. Entahlah aku sendiri kurang tahu.
"Mas, boleh gak aku ke makam mas Riko," aku bertanya usai kami menghabiskan sarapan. "Tidak, tidak sekarang," jawab pria itu datar. "Kenapa mas, aku ingin melihat makam mas Riko sekali saja mas." aku mencoba memaksakan kehendak. "Sekarang ini kamu istriku, kalau aku bilang tidak maka kamu tidak boleh pergi kemanapun," mas Arsen berkata setengah berteriak dan pergi meninggalkanku sendirian di meja makan. Air mataku jatuh tanpa bisa dibendung, aku harus bagaimana menghadapi semua ini. Aku binggung dengan keadaan ini, aku berharap setidaknya dia mengijinkan ku untuk pergi ke makam mas Riko setelah itu akan berusaha menjadi istri yang baik untuknya. "Sabar yaa non, tiba-tiba bik Sumi sudah ada di belakangku. " Ayo ikut bibi aja lihat tanaman bunga di samping rumah, siapa tahu bisa menghilangkan sedih di hati non Vira." Tanpa banyak berpiki
POV ARSEN____________Musibah yang menimpa keluarga kami sungguh diluar dugaan, harus hari ini adalah hari yang berbahagia buat adiku Riko. Dia akan menikah dengan wanita yang dia cintai, tapi kecelakaan itu merenggut nyawanya ditempat itu juga."Arsen pergilah ke tempat pernikahan, kamu harus mengantikan adikmu menikahi Elvira. Meskipun kita tengah bersedih tapi kita tidak boleh mengacaukan acara pernikahan ini. Papa masih punya anak laki-laki yaitu kamu, pergi sekarang juga," titah papa kepadaku.Dengan berat hati akhirnya aku pergi hanya dengan seorang sopir ke acara pernikahan itu, aku ceritakan semuanya termasuk perintah papa. Tanpa banyak diskusi akhirnya aku mengantikan adikku menikahi wanita itu.Di malam hari setelah kami sampai dirumah aku meninggalkannya seorang diri di kamarku, aku pun tidak tahu apa yang harus aku lakukan kepadanya dan pilihan itu aku rasa yang terbaik. Kami semua dalam
Mas Arsen mengajakku ke makam mas Riko, apa aku tidak salah dengar. Tadi pagi dia melarang dengan marah-marah sekarang mengajak kesana. Ah bodo amat, yang penting dia mau mengantarkan aku kesana.Setelah mas Arsen keluar aku segera mengganti baju dengan baju berwarna gelap, ku pilih rok panjang berwarna hitam dan blus atasan berwarna senada tak lupa aku menutup kepalaku dengan pasmina hitam.Meskipun aku belum memakai jilbab tapi sehari-hari aku selalu memakai baju panjang. Sampai saat ini aku belum bisa memaksa diriku menjalan kewajiban muslimah yang satu itu.Setelah siap bergegas aku menuju mobil, dimana mas Arsen sudah menungguku. Saat aku sudah sampai didepan mobil, terlihat dia menatapku tanpa berkedip.Akupun menatapnya dan diam di tempat aku berdiri, tiba-tiba dia membuka kaca jendela mobil dan berteriak " sampai kapan kamu akan mematung di situ? cepat masuk mobil!"
Mas Arsen masih mengendongku menaiki tangga, aku masih menatap wajahnya yang menatap kedepan datar tanpa ekspresi. Selepas sampai di lantai atas dia tanpa bilang apa-apa melepas diriku begitu saja hingga aku mendarat dengan mulus di lantai."Aaww!" aku menjerit kaget"Lain kali hati-hati jika berjalan, aku tidak mau kamu terluka dirumah ini," mas Arsen berkata sambil berlalu menuju ruang kerja yang ada di antara kamar mas Arsen dan mas RikoAku mendengus kesal, bisa-bisanya dia melepasku begitu saja. Ah, setidaknya aku tidak mengelinding di tangga tadiAku mengikuti mas Arsen masuk ke dalam ruang kerjanya. Ruang kerja yang luas dan nyaman, ada rak berisi buku-buku, dan ada sofa juga didalamnyMas Arsen sudah duduk di belakang meja dan terlihat sibuk dengan berkas-berkas. Sedangkan aku memilih duduk di sofa dan sibuk dengan pikiranku sendiri, akupun tidak menge
POV ARSEN___________Pagi ini aku berangkat ke kantor tergesa-gesa sehingga membuat dompetku tertinggal dikamar, Vira memanggilku dan memberikan dompet itu padaku. Saat aku hendak mengambilnya tiba-tiba kedua tangannya meraih tanganku dan menciumnya. Aku kaget hingga dompet itu jatuh ke tanah.Setelah itu dia malah lari terbirit-birit meninggalkanku tanpa menoleh sama sekali, ah... manis sekali istriku ini.Hari ini memang di kantor sedang banyak pekerjaan, selain tergesa-gesa berangkat aku juga akan terlambat pulang. Tinggal aku dan sekertarisku saja di kantor, serta satpam yang menjaga di depan.Hari ini Mona, sekertarisku itu memakai pakaian yang sangat minim. Lebih minim dari biasanya, sebenarnya aku kurang suka padanya dan ingin memecatnya. Tapi mama selalu melarang dengan alasan dia putri temannya.Baru saja dia masuk dan membawakanku teh manis. Ka