Share

Posesif

Author: Riwriter
last update Last Updated: 2025-05-16 14:33:25

“Kamu suka bibir saya, Jana?” Bumi melengkungkan sudut bibirnya.

“Sepertinya kamu memang tertarik dengan bibir saya atau sebenarnya sudah candu sampai berkeinginan untuk mencium saya lagi?” Untuk pertama kalinya ia tersenyum pada Renjana. Namun, bukan senyum tulus, melainkan senyum meledek.

Renjana langsung mencebik kesal. Sudah pertanyaannya tadi diabaikan, sekarang Bumi pun seolah sengaja malah menyudutkan atas penawaran cium bibir itu. “Dih! Aku kasih penawaran ciuman semata-mata sebagai bentuk pancingan aja, biar om terdorong mau jawab jujur. Nggak usah kegeeran deh. Lagian siapa juga yang doyan sama bibir murahan. Yang kerjaannya nemplok sana-sini.”

Tak marah dengan kalimat blak-blakan yang diucapkan istrinya, Bumi justru semakin tersenyum meledek. “Apa salahnya jujur saja?”

“Ih! Ayo jawab jujur pertanyaan aku tadi! Jangan mengalihkan ke topik lain. Om sebenarnya udah nidurin berapa cewek selama ini?”

“Bukannya sudah saya bilang sebelumnya? Kamu tidak berhak mencampuri privasi saya.”

Tajam mata hazel Renjana menatapnya. “Tapi, aku ini istrinya, Om! Istri sah! Jadi, aku berhak tau seluk-beluk tentang om di masa lalu. Mau yang baik atau buruk, aku berhak tau!”

“Jangan terlalu menuntut, Jana. Posisi kamu tidak lebih cuma pengganti. Bahkan, Amaris yang bertahun-tahun bersama saya tidak pernah turut mencampuri privasi saya sama sekali.”

Semakin bertambahlah tingkat kekesalan Renjana.

Diturunkanlah tangannya yang memegang pipi Bumi. Kemudian Renjana dengan gerakan cepat mengigit kuat lengan pria itu sampai jerit kesakitan terdengar seketika memenuhi ruangan.

“Aku marah! Marah banget! Pengen nelan om hidup-hidup, andai bisa! Om Bumi nyebeliiin! Bikin tensi darahku naik berkali-kali lipat! Pantas aja mama nekat kabur, ternyata kelakuan om emang senyebelin ini!” cecar Renjana langsung bangun. Geram karena rasa penasarannya tentang kondom tak mendapatkan titik terang.

Sementara Bumi masih sesekali terdengar meringis samar saat mengusap pelan lengannya yang jadi korban pelampiasan kemarahan.

“Kamu ini sebenarnya manusia asli atau jelmaan hewan, Jana? Giginya tajam sekali.”

Renjana bersedekap. “Aku lagi marah! Jangan ngajak ngomong atau aku gigit lagi semua badan om biar tau gimana rasanya main-main sama aku!”

“Sakit, Jana ... gigi kamu sepertinya menembus daging saya. Bagaimana kalau seandainya saya malah terinfeksi?”

Mendengar suara Bumi yang pelan sekali. Renjana bertambah geram. Ia menoleh ke belakang. Ingin memberi sesuatu, seperti tonjokan misalnya. Namun, jadi urung saat melihat Bumi yang menunduk dengan raut wajah kesakitan.

Sebenarnya ada sepercik rasa bersalah atas tindakan kurang ajarnya itu, tapi rasa kesal dan marahnya tentu saja masih lebih besar.

Renjana menolak luluh. Menurutnya yang lebih sakit di sini justru adalah mendengar perkataan nyelekit Bumi yang menyebutnya hanya istri pengganti dan tak berhak tahu apa pun tentang seluk-beluk kehidupan masa lalu pria itu.

“Halah! Om Bumi lebay! Badan gede gitu, udah kayak titan nggak wajar ngeluh sakit! Cemen banget jadi cowok! Perasaan aku juga gigitnya nggak kuat! Bilang aja nyari simpati!”

Wanita itu kemudian turun dari ranjang. Bumi mengikuti Renjana dengan tatapannya. Hanya untuk memastikan ke mana istrinya akan pergi.

Detik kemudian Bumi melotot saat melihat Renjana mulai melepas pakaian satu persatu.

“Untuk apa kamu melepas pakaian?!”

Tak mendapat respon, Bumi semakin berdebar-debar tak karuan. Apalagi melihat yang tersisa di tubuh istrinya hanya tinggal tank top dan celana ketat sebatas paha.

“Jana!”

Renjana menoleh dengan malas. “Aku gerah. Pengen mandi.”

Bumi bernapas lega karena ia pikir Renjana akan melakukan hal di luar nalar lagi. “Kalau mau mandi, sebaiknya kamu lepas pakaian di kamar mandi.”

“Siapa bilang mandi di kamar mandi?”

“Lalu?”

“Kolam lah.”

Kembali Bumi melotot dengan dengan respon Renjana yang tak ia sangka-sangka. Sudah ketar-ketir pria itu. Selarut ini Renjana malah berkeinginan untuk mandi di kolam?

Sedang kesurupan atau bagaimana? Lagi pula akan bagaimana jadinya jika sampai penampilan seksi Renjana bisa saja disaksikan oleh orang lain yang tinggal di rumah sebelah?

Bergegaslah Bumi turun dari ranjang dan mencekal pergelangan tangan kanan Renjana saat wanita itu hendak melangkah menuju pintu untuk keluar.

“Jangan di kolam, Jana.”

“Aku pengen.”

“Di kamar mandi kan bisa. Apa bedanya air kolam sama air kamar mandi? Sama-sama air kan?”

“Beda lah. Sensasinya beda. Di kolam lebih adem. Aku sekalian mau berenang.”

“Sudah larut malam. Jangan aneh-aneh.”

“Justru karena itu. Biasanya semakin larut, airnya semakin dingin.”

***

“Bisa tidak, kamu jangan keras kepala?”

“Bisa nggak, om nggak usah ngatur-ngatur?”

Sengit mereka saat sedang berdiri berhadapan dengan tatapan sama-sama tajam. Bumi bersedekap, begitu pun dengan Renjana yang tak mau kalah.

“Saya melarang keras, Jana!” ujar Bumi menekan kata-katanya.

“Kenapa coba? Orang aku cuma mau cari kesenangan dikit dilarang-larang. Aku kangen berenang, Om!”

“Bisa besok pagi.”

“Maunya sekarang!”

“Tidak bisa! Kalau kamu sakit–”

“Cieee ... ada yang khawatir.” Renjana tersenyum meledek. “Awww, aku terharu banget dikhawatirin, rasanya mau pingsan aja saking bapernya ....”

Bumi hanya menghela napas berat, lalu mengalihkan pandangan. Malas meladeni. Renjana malah terdorong semakin ingin meledek.

“Udah cinta ya sama aku? Posisi mama bakal ke geser nih bentar lagi.”

“Kalau kamu sakit saya yang repot! Besar kepala sekali kamu menganggap saya sudah cinta. Memangnya sejak kapan kalimat seperti itu diartikan sebagai bentuk cinta?”

“Cie ... cie ... Om Bumi udah falling in love sama aku, tapi sengaja nggak mau ngaku.”

“Terserah kamu saja, Jana, mau menyebutnya apa. Saya cape meladeni tingkah absurd kamu.”

“Tapi, aku tetep mau mandi di kolam. Om nggak boleh larang-larang.”

Selepas mengatakan keputusannya, Renjana sudah sepenuhnya membalik badan.

Sudah memegang gagang pintu dan bersiap menariknya. Namun, tiba-tiba saja Bumi menggendongnya.

“Om Bumi! Ih! Turunin! Aku pengen mandi!”

Renjana memberontak brutal. Ia tonjok kuat seluruh tubuh Bumi. Sayangnya tak mempan sama sekali karena yang ia tonjok pun malah bersikap biasa saja. Tak terdengar mengeluh sakit.

“Sekarang waktunya tidur, bukan mandi!”

Setelah meletakkan Renjana di atas ranjang, Bumi mengambil remot AC. Menyalakannya sampai di angka suhu yang paling dingin.

“Gerah bukan alasan untuk mandi, Jana. Ada AC sebagai solusinya.”

“Om Bumi kejam!”

“Yang kejam itu kamu. Melakukan kekerasan fisik terhadap saya beberapa kali.”

Bukan Renjana namanya jika langsung menurut. Dasar keras kepalanya menurun dari Amaris. Wanita itu hendak bangun untuk turun. Namun, kalah cepat dengan posisi Bumi yang tiba-tiba saja sudah berada di atas. Mengurung keseluruhan tubuhnya.

“Apa saya matikan saja AC-nya, lalu kita menghabiskan malam di ranjang ini sampai sama-sama berkeringat? Ketimbang membuang-buang tenaga berenang, lebih baik kamu kerahkan tenaga itu untuk melayani saya sepenuhnya.”

“Posesif banget sih. Aku cuma mau mandi aja dipermasalahkan. Pantas aja ditinggal sama mama–”

Renjana langsung melotot. Bola matanya nyaris akan keluar dari tempat saat Bumi mencium bibirnya dengan cara kasar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Seru juga ceritanya, jadi penasaran dengan ceritanya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    Kesedihan yang memupuk di hati Renjana berlangsung cukup lama. Sendu yang menghiasi mata cantiknya itu tak kunjung hilang. Bahkan, ketika sepulangnya ia dan Bumi dari kedai hingga kini keduanya sudah tiba di rumah.Bersama Bumi yang selalu setia di sisinya, perempuan itu kini betah mendekam di kamar, rela menahan lapar. Masih sesekali Bumi dapati tak berhenti mengusap pipi yang selalu ditetesi air mata.Kebenaran dari mulut Suriya rupanya cukup berefek parah terhadap mood Renjana. Ia seperti drop. Merasa seakan terpuruk di titik paling rendah hingga sulit bangkit.Bumi bukan enggan membujuk atau tak mau menenangkan sang istri, tapi ia sengaja membiarkan Renjana meluapkan semua rasa sedih itu sampai puas. Sampai lelah dan tak ingin menangis lagi.Biar bagaimanapun itu adalah salah satu reaksi dari rasa tak terima Renjana karena selama bertahun-tahun hidup dalam kebohongan Amaris. Untuk kecewa, sebenarnya Renjana berhak merasakan itu. Bumi tak akan melarang."Ternyata aku anak haram, M

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    "Benar seperti itu? Kamu tidak ada niat untuk mencampakkan cucu saya kan setelah puas bermain?" tanya Suriya memastikan. Entah ada apa dengan pikirannya yang masih tak bisa lepas dari curiga dan prasangka buruk terhadap Bumi.Wanita itu menganggap jika Bumi sengaja menikahi Renjana karena punya maksud tertentu."Meski memang kecewa dengan Amaris, tapi sejak awal menjadikan Renjana sebagai istri, saya tidak pernah menganggap pernikahan kami sebagai permainan, yang bisa mudah berakhir begitu saja saat saya sudah puas," balas Bumi serius. Diambilnya satu tangan Renjana dan digenggam. Sebagai bukti nyata atas kesungguhan dari setiap kalimat panjang yang terlontar barusan."Kalau pun saya memang benar memiliki niat tercela seperti itu, mungkin sudah lama saya menceraikan cucu kesayangan oma ini, bahkan bisa saja malam itu setelah saya memberi nafkah batin untuknya." Bumi melanjutkan tanpa ragu.Penjelasan demi penjelasan itu membuat Suriya terdiam sejenak. Mampu membuat pemikiran buruk ten

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Mas Bumi mau bantu aku baikan sama mama? Serius?” Renjana bertanya ulang untuk memastikan. Kedua alisnya terangkat.Bumi yang kini menampakkan raut wajah ramah membalas dengan anggukan serius. Lelaki itu kemudian meletakkan kedua tangan berototnya pada meja, masing-masing di samping paha sang istri. Ia juga sedikit membungkuk supaya tinggi badannya selaras dengan Renjana yang sedang duduk.“Demi apa?” tanya Renjana lagi sedikit syok, tapi senyum semringahnya terbit setelah itu.Pengakuan Bumi yang mendadak mengatakan akan membantu supaya hubungannya dengan sang mama membaik wajar saja membuat Renjana terkejut.Sebelumnya lelaki yang berstatus sebagai suami sah-nya ini yang Renjana tahu membenci Amaris.Bukankah aneh kalau tiba-tiba saja Bumi berbaik hati tanpa sebab?“Demi kesejahteraan kita,” balas Bumi ikut tersenyum. Ia tatap lekat wajah putih Renjana yang memiliki beberapa jerawat merah kecil.Tangan kanan Bumi kemudian terangkat. Gemas, ia cubit pelan pipi istrinya yang gembul s

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Saya mau mandi dulu.” Bumi membalas lembut setelah terdiam beberapa saat. Sengaja mengabaikan keluhan Renjana tentang Amaris.Bukan tak peduli, tapi otak dan tubuhnya masih terlalu lelah selepas bekerja tadi. Belum lagi harus menempuh perjalanan jauh saat pulang ke rumah ini. Lelah sekali rasanya. Bumi butuh sesuatu yang dingin untuk menenangkan pikiran juga menyegarkan badannya.Dan mandi adalah salah satu solusi.Pelan-pelan Bumi lepas pegangan Renjana di kedua lengannya.“Setelah itu baru kita jemput oma kamu. Saya tidak lama mandinya,” kata Bumi pada Renjana yang sudah berubah cemberut.Tak ingin kesempatan yang ada jadi terbuang sia-sia, Bumi pun bergegas pergi untuk melaksanakan kegiatan mandinya.Renjana jadi lesu ditinggalkan seorang diri.“Aku diabaikan ...,” bisiknya tiba-tiba mendramatis. Ia menunduk, menatap sendu jari-jari kakinya. Dadanya mendadak dihinggapi rasa sesak karena keluhannya tentang kepulangan Amaris ke Indonesia tak ditanggapi Bumi.“Aku lagi pengen dipeluk

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    Perintah Amaris adalah hal yang wajib dilakukan. Setelah pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Indonesia, Kiran tak ikut Amaris pulang menuju apartemen, tempat tinggal baru mereka, melainkan perempuan itu langsung mengikuti omanya Renjana yang entah akan ke mana.Saat duduk tenang di dalam taksi yang lajunya dalam keadaan sedang, ponsel Kiran tiba-tiba saja berdering.Sudah bisa menebak siapa sang penelpon, Kiran segera merogoh benda pipih itu di dalam tas selempangnya.“Halo, Bu ... saya sekarang berada dalam perjalanan mengikuti omanya Renjana.” Seperti itulah kalimat pembuka Kiran setelah ponsel menempel di telinga kanan.“Oke. Saya sangat mengandalkan kamu dalam hal ini. Lakukan yang terbaik ya,” balas Amaris dengan suara lembut.Tanpa berkata-kata lagi, Kiran hanya mengangguk patuh. Seakan merasa Amaris berada di dekatnya dan melihatnya melakukan itu.Kemudian, panggilan telpon mereka pun sama-sama berakhir.Kiran kembali menyandarkan punggung sepenuhny

  • Dinikahi Calon Suami Mama   Season 2

    “Loh, Mas? Kok, balik lagi?” Renjana mengangkat kedua alis heran saat pintu terbuka bukan Endah yang ia dapati, melainkan sang suami.Bumi yang tak menampakkan ekspresi sengaja tak menjawab. Ia melangkah mendekat, langsung mengapit tangan kiri Renjana, lalu menutup pintu. Kemudian dibawanya sang istri menuju sofa.Keanehan yang tengah terjadi sekarang membuat Renjana bertanya-tanya dalam hati. Hal apa yang membuat suaminya sampai kembali lagi? Apakah karena melupakan sesuatu?Renjana yang kini posisinya sudah duduk di sebelah Bumi lantas menoleh. Dalam diam ia tatap sejenak wajah kaku sang suami yang selalu tak bisa ditebak sikapnya itu.“Mas lupa bawa apa? HP? Dompet? Atau ada sesuatu yang mau mas ambil di rumah?” tanya Renjana membuka bicara, tak bisa menahan rasa penasaran.“Saya haus ....” Tanpa menatap sang istri, Bumi menyahut pelan. Ia bersandar, lalu tiba-tiba saja pria itu sudah menanggalkan satu kancing kemeja bagian atas.Meskipun lagi-lagi hanya bisa keheranan, Renjana yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status