Yasmin pov.
Aku menatap pintu kamar mandi yang ada di dalam kamarku, Ah lebih tepatnya kamarku bersama dosen nyebelin itu. Seharusnya aku menempati kamar yang sama dengan keenan, pria yang sangat aku sukai dan ingin aku nikahi sejak dulu. Tapi semua itu hanya tinggal mimpi saja karena sekarang aku sudah sah menjadi istri dosen menyebalkan itu.
"Raga buruan, gue juga mau mandi!" Teriakku sambil mengetuk pintu kamar mandi.
Setelah itu aku melihat pintu kamar mandi yang terbuka, pria itu sudah selesai mandi tampaknya. Sangat terlihat jelas dari rambutnya yang masih basah akibat keramas.
"Raga, Raga. Aku ini suamimu, panggil yang benar," Omelnya padaku yang masih berdiri didepan pintu kamar mandi.
Aku mendengus kesal, memangnya salah jika aku memanggilnya nama saja? Dia mau aku memanggil apa? Mas? Atau sayang? Hueek sampai kapanpun aku tidak akan sudi memanggilnya dengan sebutan itu. "Memangnya lo mau gue panggil apa? Abang? Abang tukang siomay, mari-mari sini aku mau beli. Begitu mau lo?"
"Liriknya bakso bukan siomay!" Protes Raga mengkritik lirik lagu yang baru saja aku nyanyikan. Astaga benar-benar ya pria itu, masalah lirik lagu saja harus dibahas. Menyebalkan!
"Terserah gue lah, mulut-mulut gue."
"Ya itu emang terserah kamu. Lain kali panggil nama yang benar, aku ini lebih tua darimu. Apalagi sekarang aku juga sudah menjadi suamimu, jadi bersikap sopanlah pada suamimu."
"Bener-bener ya, masalah panggilan aja harus jadi masalah? Udah minggir gue mau mandi. Kalau lo mau gue panggil sopan yaudah gue panggil dengan sopan deh tapi lo minggir dulu."
Kulihat pria itu menuruti ucapanku. Dia berjalan keluar dari kamar mandi. Setelah itu aku masuk ke kamar mandi tapi sebelum menutup pintunya, aku mengatakan sesuatu padanya. "Tadi mau dipanggil sopan kan? Yaudah gue panggil sopan. Om Raga, Yasmin yang cantik nan imut ini mau mandi dulu ya jangan diganggu," Ucapku berhasil membuat Raga melotot kearahku.
Melihat pria itu melotot, akupun bertanya. "Kenapa? gue nggak salah kan? Tadi lo minta gue panggil dengan sopan, yaudah barusan gue panggilnya dengan sopan. Lo kan emang lebih tua dari gue, jadi wajar kan gue panggil lo, Om?"
"Ya nggak om juga, Yasmin!!"
"Bodo amat!" Setelah mengatakan itu, aku langsung menutup pintu kamar mandi. Dari dalam aku mendengar Raga berteriak memanggil namaku kencang. Sepertinya dia marah karena aku memanggilnya om tapi aku sama sekali tidak peduli.
***
Raga pov.
Gadis itu benar-benar ya, bisa-bisa nya dia memanggikku om. Memangnya aku ini om-om apa? Akupun berjalan menuju kaca besar yang ada dikamar. Aku mengaca sambil meneliti wajahku. Seketika aku tersenyum segitu melihat wajah tampanku dari kaca. "Ganteng gini dipanggil om-om, yang benar saja," gumamku sambil mengusap daguku yang tampak sangat bersih setelah aku cukur tadi saat mandi.
Puas manatap wajah tampanku, aku segera beralih menuju ranjang. Merebahkan tubuhku diatas ranjang empuk yang sekarang menjadi ranjangku bersama Yasmin.
Astaga badanku rasanya sangat pegal. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Tidak hanya harus berdiri seharian diacara pernikahan, aku juga harus bekerja ekstra menggagalkan Yasmin yang beberapa kali ingin kabur. Mengingat gadis itu beberapa kali berniat kabur membuatku kembali mengehela nafas. Sebegitu tidak suka kah gadis itu padaku? Memangnya apa kurangku?.
Aku tampan, pintar, mapan, dan juga menjadi dosen populer. Banyak sekali gadis yang ingin menjadi pasanganku tapi kenapa gadis itu justru terlihat membenciku dan tidak mau menikah denganku? Atau jangan-jangan Yasmin itu penyuka sesama jenis?
Aku segera menggeleng dan membuang jauh-jauh pikiran bodohku itu. Mana mungkin Yasmin penyuka sesama jenis. Ah sudahlah daripada pusing mikirin itu lebih baik aku tidur saja. Aku yakin setelah ini pasti aku harus bekerja ekstra menghadapi gadis barbar itu.
***
Butuh waktu setidaknya 30 menit untuk Yasmin menyelesaikan kegiatannya didalam kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, gadis itu melihat Raga yang tampak sudah tertidur pulas. Setelah selesai melakukan kegiatan rutin malamnya seperti memakai skincare dan yang lainnya, Yasmin menghampiri Raga.
"Woy bangun," Ucap Yasmin sambil mengguncang tubuh Raga agar pria itu bangun.
Dengan mata yang masih terpejam, Raga hanya berdehem menanggapi gadis itu. Rasanya terlalu lelah walau hanya untuk membuka matanya saja.
"Bangun dong, gue mau tidur nih."
"Tidur ya tinggal tidur, Yasmin."
"Gamau! Pokoknya bangun dulu ih!" Teriak Yasmin sambil mengguncang tubuh Raga lebih keras lagi. Membuat pria itu mau tak mau membuka matanya sambil beranjak duduk.
"Ada apasih? Kalau mau tidur ya tinggal tidur aja. Kamu mau minta jatah malam pertama? Besok aja ya, aku lelah," Ucap Raga dengan entengya berhasil membuat bantal guling yang ada disamping pria itu terlempar ke wajahnya.
Yasmin tampak menatap tajam pria didepannya itu setelah ia berhasil lempar bantal guling di wajah Raga. "Sembarangan kalau ngomong, siapa juga yang mau minta jatah. Amit-amit, disentuh lo aja gue nggak akan sudi!"
Mendengar kalimat yang terdengar seperti hinaan itu membuat Raga harus berusaha menahan emosinya. Pria itu sudah sangat hafal sifat Yasmin yang barbar dan suka berbicara seenaknya, jadi dia tidak akan terpancing dengan ucapan gadis itu.
"Cihh tidak mau disentuh tapi nyosor duluan," Sindir Raga mengingatkan kejadian diacara pesta pernikahan tadi. Tentang Yasmin yang lebih dulu mencium bibirnya.
Ucapan Raga itu sontak membuat Yasmin kembali tersipu malu. Dalam hati gadis itu merutuki dirinya yang dengan gegabahnya mencium Raga lebih dulu.
"Jadi gimana, mau sekarang aja malam pertamanya? Yuk, aku juga udah siap," Sahut Raga sambil terkekeh. Pria itu tidak serius dengan ucapannya. Dia hanya berniat menggoda Yasmin dan ingin tahu bagaimana reaksi gadis itu.
"Jangan ngarep!! Udah awas minggir gue mau tidur!!"
Yasmin langsung berjalan menuju sisi ranjang disebelah Raga. Gadis itu mengambil paksa guling yang ada ditangan Raga lalu meletakkannya ditengah-tengah antara dirinya dengan Raga. "Ini batasannya, awas aja kalau lo berani melanggar batasan ini!" Ancamannya.
Lagi lagi tingkah Yasmin itu kembali membuat Raga terkekeh. "Kenapa harus ada batasannya sih? Kita kan sudah sah menjadi suami istri jadi tidak butuh batasan seperti ini," Ujarnya sambil berniat mengambil guling itu namun dengan cepat Yasmin menahannya.
"Awas kalau lo berani ambil guling ini!! Lo bakal nyesel! Udah sana tidur, ingat jangan melewati batasan ini. Jangan coba-coba mengambil kesempatan juga saat gue tidur!"
"Galak amat sih. Yaudah terserah kamu aja. Tapi yang tadi gimana, jadi nggak? Aku udah siap loh," Balas Raga sambil menaik turunkan alisnya menggoda Yasmin.
"Mati aja lo Raga!!!"
Detik itu juga Raga langsung tertawa puas. Pria itu benar-benar tidak bisa menahan tawanya karena berhasil menggoda Yasmin. Berbeda degan Raga yang tampak puas berhasil menggodanya, Yasmin justru menatap sebal pria itu. Andai saja malam ini orang tua mereka tidak menginap disini pasti Raga sudah dia suruh tidur diluar.
"Raga, Yasmin mana? Nggak ikut sarapan?" Tanya ibu Yasmin saat melihat Raga datang ke ruang makan sendirian."Yasmin sudah berangkat ke kampus tadi pagi, Bu. Katanya nggak mau berangkat bareng saya takut teman-temannya tahu kita sudah menikah," Jawab Raga sambil berusaha tersenyum ramah.Wanita paruh baya itu menatap senyum pria yang saat ini sudah menjadi menantunya. Dengan lembut dia mengusap pelan lengannya dan berkata "Maafin Yasmin, ya. Gadis itu pasti belum bisa menerima pernikahannya. Tapi ibu yakin suatu saat nanti Yasmin pasti mau menerimamu. Ibu harap kamu mau bersabar menghadapi sikapnya itu."Raga terlihat mengangguk menanggapi ucapan ibu mertuanya itu, dia sangat paham mungkin ibu mertuanya takut jika dia akan merasa sakit hati karena sikap Yasmin. "Ibu tidak perlu khawatir, saya sudah sangat hafal sifat Yasmin jadi saya tidak akan mengambil pusing apapun yang dia katakan.""Baguslah, ib
"Sumpah Keenan ganteng banget sih. Capek gue mikirinnya."Yasmin bersama Naomi dan beberapa teman mereka sedang berkumpul di kantin kampus. Sejak tadi gadis itu tidak berhenti memandang wajah tampan sang pujaan hati yang duduk beberapa meter didepannya bersama teman-temannya. Wajah tampan Keenan benar-benar mampu menghipnotis gadis itu, apalagi saat dia bertawa. Menambah kesan tampan berkali-kali lipat.Melihat sahabatnya dalam mode on bucin, Naomi hanya bisa menggelengkan kepalanya. Jika ditanya apa Naomi tidak mengagumi Keenan juga? Jawabannya adalah Iya. Hanya saja Naomi jauh lebih menyukai dosen tampannya, Raga dibanding Keenan. Bayangkan saja jika Naomi juga sangat menyukai Keenan, Mungkin sekarang dia dan Yasmin tidak akan pernah menjadi sahabat lagi.Ditengah kesibukan memandang wajah sang pujaan hatinya, Tiba-tiba Yasmin dikejutkan dengan suara teriakan salah satu mahasiswi yang entah siapa namanya dia tidak tahu
Yasmin povSudah hampir 1 jam aku menemani Naomi galau menangisi dosen nyebelin itu di kamar kost-annya. Sejak tadi aku sudah berusaha menangkannya tapi dia terus menangis dan mengeluarkan sumpah serapahnya pada perempuan yang ada difoto pernikahan yang tadi siang tersebar. Selama aku mengenal dan bersahabat dengan Naomi, ini pertama kalinya dia semarah ini."Sumpah kalau gue ketemu sama cewek itu, gue bakal jambak rambutnya sampai botak!!"Aku langsung menyentuh rambutku begitu mendengar ancaman Naomi itu. Oh astaga, bahkan belum apa-apa saja aku sudah bisa membayangkan betapa sakitnya itu. Terlebih lagi saat Naomi kembali bersuara tidak hanya akan menjambak perempuan yang ada didalam foto itu, dia juga akan menampar dan kalau perlu menghabisinya. Seketika aku langsung lemas, bahkan untuk menelan ludah saja rasanya sangat sulit. Sebegitu bucin kah Naomi pada dosen nyebelin itu sampai dia berubah seseram ini? Bagai
Mendudukkan dirinya di sudut kursi yang berada di club malam, Yasmin menatap beberapa temannya yang terlihat asik menggoyangkan tubuh mereka mengikuti alunan musik yang sedang diputar. Seperti biasa, jika sedang dalam suasana hati yang tidak baik, Yasmin akan pergi ke tempat itu bersama teman-temannya. Gadis itu masih merasa kesal dengan kejadian tadi siang, saat Raga hampir saja membongkar rahasia mereka didepan semua mahasiswa dan dosen. Saat sedang asik menyendiri, seorang temannya datang menghampirinya dan mengajaknya untuk bergabung namun gadis itu menolak dengan alasan sedang tidak mood. Hingga beberapa saat kemudian ponselnya bergetar, terlihat sebuah panggilan masuk dari Raga terpampang jelas di layar ponselnya. Awalnya mungkin Yasmin enggan mengangkatnya, tapi Raga terus menghubunginya. Karena sudah terlewat kesal, gadis itu akhirnya mengangkatnya. "Kenapa? Jangan ganggu gue, gue sibuk!" teriak Yasmin dalam sambungan telepon itu. "Kamu dimana? Kenapa
Tidak bosan-bosannya Yasmin memandangi wajah Keenan yang terlihat fokus menyimak penjelasan Raga yang saat ini sedang mengajar di depan kelas. Gadis itu bahkan lebih memilih menatap wajah tampan pria yang sangat ia sukai daripada menyimak penjelasan dari dosen yang sangat tidak ia sukai. Baginya Keenan adalah satu-satunya pusat yang menjadi perhatiannya.Raga sendiri sejak tadi sudah mengetahui jika gadis itu tidak menyimak penjelasannya sama sekali, tapi pria itu memilih diam dan membiarkannya berharap jika Yasmin akan kembali fokus pada pelajaran nantinya. Namun tampaknya dugaan Raga itu salah. Bukannya menyimak penjelasannya, Yasmin justru semakin lekat memandangi wajah Keenan sambil sesekali menyunggingkan senyum manisnya.Selama hampir 1 minggu menikah dengan Yasmin, Raga sama sekali tidak pernah mendapatkan senyum manis dari gadis itu tapi sekarang gadis itu justru malah memberikan senyum manisnya pada orang lain alih-alih pada suaminya sendiri. Karena merasa sud
Bak seorang detektif yang sedang mengintai targetnya, Yasmin dan Naomi terlihat mengikuti Keenan dan seorang gadis yang tengah berjalan melewati lorong kampus menuju ruang perpustakaan. Sesekali kedua gadis itu bersembunyi saat melihat Keenan dan gadis itu menghentikan langkahnya. Tampaknya Keenan mulai sadar jika sejak tadi ada yang mengikutinya. Buktinya saja sekarang, pria itu terlihat menghentikan langkahnya sambil menoleh kearah sekelilingnya."Kayaknya kita ketahuan deh, Yas. Udah lah langsung samperin aja deh ya daripada ngumpet-ngumpet gini kayak mau maling aja," ucap Naomi, membuat gadis itu langsung di tutup mulutnya oleh Yasmin."Keenan, lo cari siapa? Ayo," tanya gadis yang tadi bersama Keenan.Keenan diam sebentar, pria itu masih terlihat melihat sekeliling. Namun disana hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang "Sepertinya ada yang mengikuti kita," ujarnya membuat gadis tadi langsung ikut melihat sekeliling."Siapa? Perasaan lo aja kali,
Raga menatap Yasmin yang sedang menyatap makan malamnya dalam diam. Saat pria itu menghampirinya, tiba-tiba Yasmin menyudahi kegiatannya dengan sisa makanannya yang terlihat masih cukup banyak. Gadis itu bangkit hendak beranjak pergi ke kamarnya namun dengan cepat Raga menahan pergelangan tangannya "Mau kemana? Duduk dan habiskan makananmu."Yasmin melirik sekilas kearah tangannya yang saat ini ada pada genggaman Raga kemudian menariknya hingga genggaman itu berhasil terlepas "Gue udah nggak mood makan," balasnya dingin. Gadis itu berniat ingin melanjutkan langkahnya menuju kamar tapi lagi lagi Raga menahannya.Helaan nafas panjang terdengar keluar dari mulut Yasmin. Saat ini gadis itu sedang tidak ingin berdebat dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya itu. Tenaganya sudah cukup habis setelah digunakan untuk menangisi kenyataan tentang Keenan yang sudah mempunyai kekasih."Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, duduk."Karena tidak ingin berdebat, Yas
Raga berjalan keluar rumah hendak berangkat ke kampus untuk mengajar, didepan pintu dia melihat Yasmin yang masih berdiri di teras sambil mengadahkan tangannya, mengecek apakah hujannya masih turun atau tidak. Hujan memang sudah turun sejak tadi subuh hingga sekarang.Dengan senyum tipisnya Raga menghampiri gadis itu dan berdiri tepat di sampingnya "Mau bareng nggak?" tanyanya berhasil membuat Yasmin langsung menoleh ke arahnya.Yasmin tidak menjawab pertanyaan Raga itu, dia memilih diam karena masih marah dengan kejadian semalam. Saat Raga memaksanya menandatangi surat perjanjian yang pria itu buat. Karena tidak mendapat respon dari Yasmin, akhirnya Raga pun kembali melayangkan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya. Namun lagi-lagi Yasmin hanya diam enggan menjawabnya.Karena sudah 2x bertanya dan tidak mendapat respon, pada akhirnya Raga memutuskan untuk kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil. "Yakin nggak mau bareng? Jam 8 nanti kamu ada kelasku