Share

Chapter 2

Yasmin pov.

Aku menatap pintu kamar mandi yang ada di dalam kamarku, Ah lebih tepatnya kamarku bersama dosen nyebelin itu. Seharusnya aku menempati kamar yang sama dengan keenan, pria yang sangat aku sukai dan ingin aku nikahi sejak dulu. Tapi semua itu hanya tinggal mimpi saja karena sekarang aku sudah sah menjadi istri dosen menyebalkan itu.

"Raga buruan, gue juga mau mandi!" Teriakku sambil mengetuk pintu kamar mandi. 

Setelah itu aku melihat pintu kamar mandi yang terbuka, pria itu sudah selesai mandi tampaknya. Sangat terlihat jelas dari rambutnya yang masih basah akibat keramas. 

"Raga, Raga. Aku ini suamimu, panggil yang benar," Omelnya padaku yang masih berdiri didepan pintu kamar mandi.

Aku mendengus kesal, memangnya salah jika aku memanggilnya nama saja? Dia mau aku memanggil apa? Mas? Atau sayang? Hueek sampai kapanpun aku tidak akan sudi memanggilnya dengan sebutan itu. "Memangnya lo mau gue panggil apa? Abang? Abang tukang siomay, mari-mari sini aku mau beli. Begitu mau lo?" 

"Liriknya bakso bukan siomay!" Protes Raga mengkritik lirik lagu yang baru saja aku nyanyikan. Astaga benar-benar ya pria itu, masalah lirik lagu saja harus dibahas. Menyebalkan!

"Terserah gue lah, mulut-mulut gue." 

"Ya itu emang terserah kamu. Lain kali panggil nama yang benar, aku ini lebih tua darimu. Apalagi sekarang aku juga sudah menjadi suamimu, jadi bersikap sopanlah pada suamimu." 

"Bener-bener ya, masalah panggilan aja harus jadi masalah? Udah minggir gue mau mandi. Kalau lo mau gue panggil sopan yaudah gue panggil dengan sopan deh tapi lo minggir dulu."

Kulihat pria itu menuruti ucapanku. Dia berjalan keluar dari kamar mandi. Setelah itu aku masuk ke kamar mandi tapi sebelum menutup pintunya, aku mengatakan sesuatu padanya. "Tadi mau dipanggil sopan kan? Yaudah gue panggil sopan. Om Raga, Yasmin yang cantik nan imut ini mau mandi dulu ya jangan diganggu," Ucapku berhasil membuat Raga melotot kearahku.

Melihat pria itu melotot, akupun bertanya. "Kenapa? gue nggak salah kan? Tadi lo minta gue panggil dengan sopan, yaudah barusan gue panggilnya dengan sopan. Lo kan emang lebih tua dari gue, jadi wajar kan gue panggil lo, Om?"

"Ya nggak om juga, Yasmin!!"

"Bodo amat!" Setelah mengatakan itu, aku langsung menutup pintu kamar mandi. Dari dalam aku mendengar Raga berteriak memanggil namaku kencang. Sepertinya dia marah karena aku memanggilnya om tapi aku sama sekali tidak peduli.

***

Raga pov.

Gadis itu benar-benar ya, bisa-bisa nya dia memanggikku om. Memangnya aku ini om-om apa? Akupun berjalan menuju kaca besar yang ada dikamar. Aku mengaca sambil meneliti wajahku. Seketika aku tersenyum segitu melihat wajah tampanku dari kaca. "Ganteng gini dipanggil om-om, yang benar saja," gumamku sambil mengusap daguku yang tampak sangat bersih setelah aku cukur tadi saat mandi.

Puas manatap wajah tampanku, aku segera beralih menuju ranjang. Merebahkan tubuhku diatas ranjang empuk yang sekarang menjadi ranjangku bersama Yasmin. 

Astaga badanku rasanya sangat pegal. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Tidak hanya harus berdiri seharian diacara pernikahan, aku juga harus bekerja ekstra menggagalkan Yasmin yang beberapa kali ingin kabur. Mengingat gadis itu beberapa kali berniat kabur membuatku kembali mengehela nafas. Sebegitu tidak suka kah gadis itu padaku? Memangnya apa kurangku?.

Aku tampan, pintar, mapan, dan juga menjadi dosen populer. Banyak sekali gadis yang ingin menjadi pasanganku tapi kenapa gadis itu justru terlihat membenciku dan tidak mau menikah denganku? Atau jangan-jangan Yasmin itu penyuka sesama jenis? 

Aku segera menggeleng dan membuang jauh-jauh pikiran bodohku itu. Mana mungkin Yasmin penyuka sesama jenis. Ah sudahlah daripada pusing mikirin itu lebih baik aku tidur saja. Aku yakin setelah ini pasti aku harus bekerja ekstra menghadapi gadis barbar itu.

***

Butuh waktu setidaknya 30 menit untuk Yasmin menyelesaikan kegiatannya didalam kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, gadis itu melihat Raga yang tampak sudah tertidur pulas. Setelah selesai melakukan kegiatan rutin malamnya seperti memakai skincare dan yang lainnya, Yasmin menghampiri Raga. 

"Woy bangun," Ucap Yasmin sambil mengguncang tubuh Raga agar pria itu bangun.

Dengan mata yang masih terpejam, Raga hanya berdehem menanggapi gadis itu. Rasanya terlalu lelah walau hanya untuk membuka matanya saja.

"Bangun dong, gue mau tidur nih."

"Tidur ya tinggal tidur, Yasmin."

"Gamau! Pokoknya bangun dulu ih!" Teriak Yasmin sambil mengguncang tubuh Raga lebih keras lagi. Membuat pria itu mau tak mau membuka matanya sambil beranjak duduk.

"Ada apasih? Kalau mau tidur ya tinggal tidur aja. Kamu mau minta jatah malam pertama? Besok aja ya, aku lelah," Ucap Raga dengan entengya berhasil membuat bantal guling yang ada disamping pria itu terlempar ke wajahnya.

Yasmin tampak menatap tajam pria didepannya itu setelah ia berhasil lempar bantal guling di wajah Raga. "Sembarangan kalau ngomong, siapa juga yang mau minta jatah. Amit-amit, disentuh lo aja gue nggak akan sudi!"

Mendengar kalimat yang terdengar seperti hinaan itu membuat Raga harus berusaha menahan emosinya. Pria itu sudah sangat hafal sifat Yasmin yang barbar dan suka berbicara seenaknya, jadi dia tidak akan terpancing dengan ucapan gadis itu.

"Cihh tidak mau disentuh tapi nyosor duluan," Sindir Raga mengingatkan kejadian diacara pesta pernikahan tadi. Tentang Yasmin yang lebih dulu mencium bibirnya.

Ucapan Raga itu sontak membuat Yasmin kembali tersipu malu. Dalam hati gadis itu merutuki dirinya yang dengan gegabahnya mencium Raga lebih dulu.

"Jadi gimana, mau sekarang aja malam pertamanya? Yuk, aku juga udah siap," Sahut Raga sambil terkekeh. Pria itu tidak serius dengan ucapannya. Dia hanya berniat menggoda Yasmin dan ingin tahu bagaimana reaksi gadis itu.

"Jangan ngarep!! Udah awas minggir gue mau tidur!!" 

Yasmin langsung berjalan menuju sisi ranjang disebelah Raga. Gadis itu mengambil paksa guling yang ada ditangan Raga lalu meletakkannya ditengah-tengah antara dirinya dengan Raga. "Ini batasannya, awas aja kalau lo berani melanggar batasan ini!" Ancamannya.

Lagi lagi tingkah Yasmin itu kembali membuat Raga terkekeh. "Kenapa harus ada batasannya sih? Kita kan sudah sah menjadi suami istri jadi tidak butuh batasan seperti ini," Ujarnya sambil berniat mengambil guling itu namun dengan cepat Yasmin menahannya.

"Awas kalau lo berani ambil guling ini!! Lo bakal nyesel! Udah sana tidur, ingat jangan melewati batasan ini. Jangan coba-coba mengambil kesempatan juga saat gue tidur!"

"Galak amat sih. Yaudah terserah kamu aja. Tapi yang tadi gimana, jadi nggak? Aku udah siap loh," Balas Raga sambil menaik turunkan alisnya menggoda Yasmin.

"Mati aja lo Raga!!!"

Detik itu juga Raga langsung tertawa puas. Pria itu benar-benar tidak bisa menahan tawanya karena berhasil menggoda Yasmin. Berbeda degan Raga yang tampak puas berhasil menggodanya, Yasmin justru menatap sebal pria itu. Andai saja malam ini orang tua mereka tidak menginap disini pasti Raga sudah dia suruh tidur diluar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status