Share

Ada Yang Tidak Beres

Aвтор: Arrafina
last update Последнее обновление: 2023-03-06 15:03:51

Izzan pun menjelaskan tentang bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi dan kenapa Athar bisa terluka parah. Sementara Halwa hanya bisa menyimak cerita Izzan sambil menutup mulutnya sebab dia merasa sangat terkejut dan tak percaya kalau Izzan bisa menyebabkan kecelakaan separah itu.

“Aku benar-benar merasa bersalah dan ingin menjelaskan dan meminta maaf kepada wanita itu nanti setelah anaknya selesai dioperasi,” ujar Izzan, mengakhiri ceritanya.

Halwa mengerutkan dahinya. “Izzan, apakah wanita itu tidak tahu kalau kau yang telah menyebabkan kecelakaan itu?” tanya Halwa penasaran.

“Tidak. Tadi, kerumunan yang mengelilingi mereka sangatlah banyak sehingga tidak ada yang melihat saat aku baru turun dari mobil,” jawab Izzan. “Tapi, nanti aku akan tetap menjelaskan semuanya dan meminta maaf kepada korban kelalaianku.”

Halwa yang tahu bagaimana wanita akan bereaksi terhadap seseorang yang telah mencelakai orang yang paling dia cintai pun sedikit ragu dengan keinginan Izzan untuk meminta maaf. Wanita itu takut kalau Izza justru dilaporkan ke kantor polisi.

“Izzan, bukankah sebaiknya kau tidak usah berkata jujur? Yang penting kau bertanggung jawab dan tidak kabur. Aku rasa kau tidak perlu mengatakan yang sesungguhnya kepada mereka,” ujar Halwa sambil menggigit bibir bawahnya.

Izzan terkesiap, tidak mengerti kenapa Halwa bisa menyarankan Izzan untuk berbohong. Izzan adalah seseorang yang taat dalam beragama. Dia senantiasa untuk selalu menjauhi larangan-larangan Tuhan. Apalagi, dia juga saat ini menggantikan kakeknya untuk mengurus sekolah Islam di Kota Bandung. Tentu Izzan ingin selalu menjadi contoh yang baik untuk orang-orang di sekitarnya.

“Kau tidak benar-benar memintaku untuk berbohong, ‘kan, Halwa?” tanya Izzan seraya menyipitkan matanya.

Halwa menghela napasnya, berbeda pendapat bukanlah hal yang Halwa inginkan untuk terjadi di antara dirinya dan Izzan. Namun, sepertinya ucapan Halwa bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh Izzan.

“Izzan, aku hanya takut kalau wanita itu nantinya malah melaporkanmu kepada polisi. Apakah kau mau kalau sampai dipenjara?” tanya Halwa.

“Kenapa tidak?” balas Izzan tidak mau kalah. “Aku memang bersalah dan telah menyebabkan musibah yang menimpa mereka. Jadi, memang sudah risikonya kalau aku harus mendekam di balik jeruji besi.”

“Izzan, jangan bersikap seperti itu. Kau seharusnya juga memikirkan orang-orang di sekelilingmu. Kita semua tidak ada yang mau kau masuk ke dalam penjara,” ujar Halwa dengan tegas.

Pria berlesung pipi yang menjadi lawan bicara Halwa menggelengkan kepala, bersikukuh dengan keputusannya. “Lantas mau sampai kapan aku berbohong, Halwa? Sesuatu yang busuk meskipun dikubur dalam-dalam akan tetap tercium juga nantinya. Aku tidak mau hukumanku bertambah berat kalau aku kabur dari tanggung jawabku sekarang ini.”

Halwa lagi-lagi menghela napasnya. “Ya sudah. Kalau begitu lebih baik kita meminta saran dari kakek Fattah saja. Kakekmu pasti memiliki saran terbaik untukmu,” ucap Halwa. “Aku pergi dulu, Izzan. Aku harus segera pergi ke ruangan pasienku.”

***

Seorang pria renta yang tak lain adalah Al Fattah Shadiq memijat pelipisnya sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Pria itu baru saja menerima telepon dari Izzan dan mendengar pengakuan Izzan tentang kecelakaan yang terjadi di depan sekolah miliknya tadi siang. Izzan meminta saran haruskah Izzan meminta maaf kepada korban atau diam saja seperti saran dari Halwa. Al Fattah tentu bingung bukan kepayang. Dia dilema, takut kalau salah mengambil keputusan sehingga dia berkata kepada Izzan kalau dia akan memikirkan semuanya secara matang-matang terlebih dahulu.

Beep ... Beep ... Beep ....

Ponsel Al Fattah lagi-lagi berbunyi. Dia menoleh ke arah meja di mana ia meletakkan ponselnya dan mendapati nama Halwa tertera di layar ponselnya. Pria itu lantas mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut.

“Assalamualaikum, Kek,” sapa Halwa.

“Alaikumsalam, Halwa. Tumben sekali kau meneleponku. Ada apa?” tanya Al Fattah.

“Apakah Izzan sudah menceritakan semuanya kepada kakek tentang kecelakaan itu?”

Al Fattah menghela napasnya. “Iya. Aku pusing sekali memikirkannya. Di satu sisi aku tidak ingin dia berbohong dan menanggung dosa. Tapi, di sisi lain aku juga tidak mau melihat cucuku mendekam di penjara.”

“Kakek, menurutku kakek jangan biarkan Izzan untuk mengakui kesalahannya. Kalau Izzan sampai dipenjara, siapa yang nantinya akan mengurus sekolah islami kakek? Kakek juga sudah sering sakit-sakitan. Kalau Izzan sampai dipenjara, aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib sekolah yang sudah kakek bangun dari nol,” terang Halwa, mengompori Al Fattah supaya pria itu berada di pihaknya.

Al Fattah terdiam sejenak. Dia setuju dengan ucapan Halwa yang ada benarnya. Kalau terjadi apa-apa dengan Izzan, siapa yang akan melanjutkan langkahnya nanti?

“Baiklah, Halwa. Aku akan mencari cara supaya Izzan tidak masuk ke dalam penjara,” ucap Al Fattah.

Di sisi lain, operasi Athar baru saja selesai. Namun, karena dokter menyadari jika mereka harus memantau kondisi Athar secara intensif, mereka lantas memutuskan untuk tidak membawa Athar ke ruang rawat biasa melainkan ke ruang ICU.

“Athar, kenapa kau tidak lekas sadarkan diri?” Inayah menangis sambil terduduk lemah di depan ruang ICU. Ia belum boleh menemui Athar karena kondisi Athar yang belum stabil. Yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah menatap sang putra dari jendela rumah sakit yang sedikit buram.

“Maaf, Bu ....”

“Inayah. Namaku adalah Inayah.”

“Bu Inayah, saran dariku sebaiknya saat ini Anda pergi ke mushola untuk menenangkan diri Anda terlebih dahulu dan berdoa untuk kesembuhan Athar. Aku akan pergi sebentar untuk membeli makanan untuk Ibu,” usul Izzan.

“Aku tidak bisa meninggalkan Athar saat ini. Aku akan tetap di sini sampai dia siuman. Tidak masalah, aku bisa berdoa dari sini,” balas Inayah. Air mata wanita itu bahkan sampai mengering karena dia menangis tanpa henti selama berjam-jam lamanya.

Izzan tersenyum tipis. “Baiklah. Kalau begitu aku akan membeli makanan untuk Anda dulu, Bu. Permisi,” ucap Izzan.

Pria itu melangkahkan kakinya menyusuri koridor rumah sakit yang sibuk. Ketika dia hendak mencapai lobi, Halwa dari kejauhan memanggilnya dan berlari menghampirinya.

“Izzan, polisi sudah menangkap pelaku kecelakaan itu,” ucap Halwa.

Izzan mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa maksud ucapan Halwa. “Kau bercanda, ya? Aku saja masih ada di sini. Bagaimana bisa polisi sudah menangkap pelakunya?”

Halwa mengedikkan bahunya. “Yang jelas sekarang kau tidak perlu khawatir karena kau dianggap tidak terlihat dalam kecelakaan itu,” ucap Halwa sambil tersenyum lebar. “Ada orang lain yang sudah mengaku sebagai pelakunya.”

“Apakah dia gila? Bagaimana mungkin orang yang tidak bersalah tiba-tiba saja menyerahkan diri ke polisi?” tanya Izzan penuh curiga. Pria itu menatap Halwa dengan tatapan menelisik. Sepertinya ada yang tidak beres di sini.

“Ya mana aku tahu.”

“Halwa, jangan bilang kalau kau ada hubungannya dengan ini,” tuding Izzan.

“Apa maksudmu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Akhir Yang Bahagia (End)

    Izzan mengusap wajahnya dengan frustrasi. “Halwa, apakah kau sudah kehilangan akal sehatmu?” tanya Izzan kalut.“Pilihanmu hanya satu, Zan. Kembali padaku atau aku akan mendorong Inayah,” jawab Halwa yang sudah kesetanan.Di saat yang sama, Jody dan Aldi sampai di jembatan itu. Mereka sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh dari jembatan supaya tidak ada yang tahu tentang kedatangan mereka.“Astaga, apa yang sedang Halwa lakukan?” gumam Aldi sambil membelalakkan matanya.Posisi Halwa yang membelakangi Aldi dan Jody membuat mereka kesulitan untuk memahami apa yang terjadi. Hingga akhirnya mereka mendengar ancaman demi ancaman yang terlontar dari bibir tipis Halwa.“Kita harus menyelamatkan Inayah dari sana sebelum Halwa mendorongnya,” ucap Jody lirih supaya Halwa tidak mendengar.“Bagaimana caranya? Apakah kau tidak melihat jika Halwa mengikat Inayah di jembatan?” gerutu Aldi cemas.“Pasti ada caranya, Al. Selalu ada cara untuk menyelamatkan seseorang,” balas Jody dengan yakin.Sementa

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

    "Apa kau mendengar suara itu, Al?" tanya Alita ingin tahu."Iya, sepertinya suara itu berasal dari ruangan ini." Aldi menyentuh knop pintu dan ternyata pintunya terkunci. Pria brewok itu mencoba mengetuk pintu sambil bertanya, "Ada siapa di dalam?" Merasa tidak ada jawaban, dua orang itu pun memutar balik namun baru dua langkah memutar balik tiba-tiba terdengar kembali suara orang meminta tolong, dengan sigap Aldi langsung mengetuk pintu itu kembali dan bertanya, "Halo Ada siapa di dalam?" tanya Aldi ingin memastikan."Tolong!!" Terdengar ada jawaban yang meminta tolong akhirnya Aldi bergegas mendobrak pintu tersebut dan alangkah terkejutnya dua orang itu ketika mendapati Al Fattah Shidiq sedang tergeletak di anak tangga bagian bawah dengan posisi kursi roda menimpa tubuhnya."Astagfirullah, Kakek. Bagaimana bisa ini terjadi di mana Izzan dan Inayah?" tanya Alita dan Aldi bersamaan. Aldi dan Alita membantu pria tua itu untuk duduk kembali di atas kursi rodanya, "Izzan edang me

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Tipu Daya Daniel

    Dan segerombolan pria berseragam datang sembari menyodorkan sebuah pistol ke arah pria tadi. "Borgol dia sekarang," titah pria itu melirik dua orang pria di belakangnya."Kalian tidak akan bisa menangkapku!" serunya masih mengenakan sebuah masker yang menutupi wajahnya."Apa kau masih bermimpi?! Lekas bangun dari ilusimu karena kami sudah menangkapmu sekarang!" jawab seorang pria yang kini sedang berada di daun pintu dengan napas yang ngos-ngosan."Jody," sebut Izzan pelan. Inayah meminta Alita untuk mendekat ke arah Izzan, "Apa kau baik-baik saja, Zan?" tanya Inayah nampak khawatir."Apa kau mulai mengkhawatirkanku?" tanyanya dengan alis terangkat."Tentu saja, kau terluka seperti ini karena melindungiku dan kakek." Inayah menyentuh jemari Izzan dan membawanya untuk segera duduk di atas sofa, melirik sahabatnya untuk ikut membantu maka Alita pun langsung bergegas cepat. "Aku akan memanggil perawat," ucap Alita mengerti bahwa Inayah tidak ingin sampai terlambat mengobati Izzan.

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Terjadi Perkelahian

    Inayah sontak tertegun, jujur saja dia bingung untuk menjawab apa. Mengingat bagaimana Irsyad dulu pernah ditolak oleh kedua orang tuanya ketika ingin melamar Inayah. "Atas nama orang tuaku, aku memohon maaf.""Maaf untuk apa, Nay?" tanya pria tua itu tak mengerti."Mungkin penolakan orang tuaku beberapa tahun lalu telah menyakiti hati Kakek." Inayah tertunduk malu dan merasa bersalah, jika saja ibunya tidak menulis surat mana mungkin dia bisa tahu bahwa Irsyad pernah berbicara kepada orang tuanya perihal ingin melamar Inayah."Oh, masalah itu Kakek juga tidak terlalu ingat namun waktu itu Irsyad melarang Kakek untuk menemui orang tuamu." Izzan yang ada di ruangan tersebut sontak menatap Inayah, "Apa maksud ucapanmu itu, Nay?" tanya Izzan sangat penasaran, bukankah selama ini yang Izzan tahu bahwa kak Irsyad belum sempat untuk meminangnya, meski dia sudah menyiapkan semua perlengkapan lamaran."Jangan bilang kalau..." Izzan menelisik tajam ke arah Inayah. Seolah dia bisa menebak

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Ingin Meminang Inayah

    "Jalan satu-satunya adalah membawa beliau pergi ke Singapura untuk pengobatan." Dokter hanya berkata seperti itu namun hal tersebut sungguh sangat membubat Izzan bingung."Akan aku usahan, Dok." Izzan mengangguk pelan ndan akan berusaha untuk membujuk kakeknya agar mau melakukan pengobatan. Pria tampan itu kembali masuk ke dalam ruangana tersebut sambil melirik Al Fattah Shidiq yang nampak sangat akrab sekali dengan Inayah, membuat pria itu nampak tersenyum tipis. "Apakah Kakek sudah merasa baikan?" tanya Izzan melirik kakeknya."Alhamdulillah, lumayan membaik, Zan. Bisakah kau bawa Kakek pulang ke rumah?" ucapnya menoleh ke arah cucunya."Kakek kenapa mau pulang? Kondisi Kakek belum membaik sepenuhnya," imbuh Izzan menolak dengan pelan. Pria berlesung pipi itu mencoba untuk menjelaskan bahwa kakeknya harus dirawat di rumah sakit sampai tubuhnya sudah membaik. Izzan habis kata-kata meliha Al Fattah Shidiq selalu saja menolak dan bersikukuh untuk pulang. Melihat Izzan yang t

  • Dinikahi Guru Tampan Putraku   Cerita Yang Sebenarnya

    "Bisakah kau berhenti membekapku?" ketus Alita tak senang. Gadis cantik itu menoleh ke arah Aldi sambil bertanya, "Memangnya apa yang terjadi?" Aldi mengedarkan sepasang bola matanya melihat ke penjuru arah lalu berjalan mendekati Alita, menarik tangan gadis itu untuk mendekatinya sambil berbisik dan mengatakan kejadian yang terjadi dan penyebab Inayah terluka."Apa? Dasara gadis licik!" ketusnya tak senang."Maka dari itu, sebelum Izzan pulang kita harus menjaga mereka dengan baik. Perhatikan dokter dan perawat yang masuk," imbuh Aldi mengingatkan Alita."Kau tenang saja ku paling ahli dalam memeriksa orang, memangnya Izan pergi ke mana?" tanya Alita ingin tahu."Izzan pergi memeriksa perusahaan I2 Group, ada sedikit masalah yang mendadak jadi dia pergi ke sana. Bila ada Izzan maka hal ini tidak akan terjadi, andai saja aku tidak menerima telpon maka hal seperti ini tak akan terjadi," tandasnya penuh sesal dan merasa bersalah. Alita menghela napas beratnya, dia tidak pernah t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status