Home / Romansa / Dinikahi Kakak Angkat / Bab 1. Suami Pengganti

Share

Dinikahi Kakak Angkat
Dinikahi Kakak Angkat
Author: Fiska Aimma

Bab 1. Suami Pengganti

Author: Fiska Aimma
last update Last Updated: 2022-07-12 11:02:36

Sejatinya manusia tak bisa memilih dilahirkan dari rahim siapa, jadi jangan salahkan kenapa dia dilahirkan karena itu takdir yang tak terbantahkan.

==

Dinikahi Kakak Angkat

"Maaf keluarga kami tidak bisa melajutkan rencana pernikahan ini, Randi tidak bisa menikahi Ana karena kami kecewa ternyata ayah kandung Ana bukanlah Pak Agus tapi lelaki yang memiliki keterbelakangan mental."

Jleb. Seolah ada tusukan pisau yang tepat mengenai dadaku ketika mendengar ucapan ayahnya Randi. Tak menyangka dia akan menggagalkan pernikahan aku dan anaknya yang tinggal lima hari hanya karena aku bukan anak kandung Pak Agus--pria yang biasa kupanggil Ayah.

Sejujurnya, aku pun baru tahu identitasku seminggu yang lalu kalau ternyata aku hanya anak angkat di keluarga ini.

Menurut cerita Bunda, ayah dan ibu kandungku sama-sama memiliki keterbelakangan mental hanya berbeda tingkatannya saja, mereka bertemu di yayasan binaan sosial lalu karena saling tertarik akhirnya memutuskan menikah.

Tak lama ibuku yang lugu itu hamil dan melahirkan tapi karena dia memiliki keterbatasan jadinya, tanpa sepengetahuan keluarga suaminya dia pergi ke Betawi karena tidak mau mengurusku.

Alhasil, karena kasian Pak Agus yang saat 23 tahun itu bertindak sebagai RT di lingkungan tempat tinggal ayahku bersedia mengangkat aku sebagai anak.

Hal itu dikarenakan dari pihak keluarga ayah kandung tidak ada yang bersedia merawatku sebab mereka memang dari keluarga miskin dan serba kekurangan. Terutama ayah kandungku walau terlihat normal tapi sebenarnya dia sakit dan tak bisa mencari nafkah yang layak bahkan untuk dirinya sendiri.

Jika ada yang bertanya bagaimana perasaanku setelah mengetahui ini, pasti aku akan menjawab sangat sedih dan syok. Tapi, aku nggak bisa apa-apa, kata Bunda bagaimana pun mereka harus tahu kenyataannya.

Aku hanya bisa pasrah pada keputusan keluarga Randi. Walau hati ini teramat sakit dan aku masih berharap Randi memperjuangkanku tapi sayang dia masih membisu.

Dia layaknya kerbau yang dicocoki hidungnya.

"Tapi Pak, kasian Ana. Kita sudah mempersiapkan semuanya, kan? Bukannya Pak Gunawan tidak memandang Ana dari harta mau pun rupa, jika begini kami menyesal memberi tahukan semuanya ...," kata Ayah dengan mata yang memerah.

Dia marah.

Pak Gunawan menggelengkan kepala. "Maaf, tapi keputusan kami sudah bulat. Kami tak ingin anak kami menikah dari keturunan orang c*cat gimana kalau anaknya yang mereka lahirkan juga c*cat?" tegas Pak Gunawan dengan tatapan mata yang nyalang.

Astaghfirullah!

Kompak aku dan kedua orang tua angkatku beristighfar tak menyangka akan sehina itu Pak Gunawan memandangku.

Namun, aku sama sekali tak menyalahkan mereka. Aku hanya bisa menangis sambil dipeluk Bunda.

Kutatap Randi untuk meminta pembelaan dan meminta kasih sayangnya tapi tetap saja dia malah membuang muka.

Hancur. Hatiku sudah hancur, nyatanya ungkapan cinta Randi padaku selama satu tahun ini semua palsu.

"Pak Gunawan! Anda tidak boleh bilang seperti itu!"

"Loh, memang iya kan, Pak?"

"Diam! Sekarang kalian semua pergi dari rumah saya! Saya tak sudi punya besan seperti kalian!" usir Ayah membuat keluarga Randi dan Randi langsung angkat kaki.

Meninggalkan kami yang tergugu dalam tangis.

"Bun, bagaimana ini Bu? Apa kita batalkan saja, Bu?" Suara Ayah terdengar bergetar. Saat ini di ruang tamu hanya tinggal kami bertiga, rasanya suasana semakin mencekik saja.

Bunda terhentak tak langsung menjawab. Matanya memandang ke arah sekeliling rumah yang tampak sudah penuh dengan persiapan pernikahan.

Dari mulai catering, hiasan, dekorasi sampai ke baju pengantin semua sudah siap. Membatalkan pernikahan sama saja melemparkan aib pada keluarga.

Melihat itu aku hanya bisa menggigit bibirku kuat-kuat. Rasanya dadaku teramat sesak, sehingga tak sanggup bilang apa.

Kenapa harus aku yang menerima ini? Kenapa aku hanya bisa menjadi beban?

Setelah lama diam, Bunda akhirnya membuka suaranya.

"Jangan dibatalkan Yah, kita masih punya Haikal," jawab Bunda tiba-tiba membuat aku dan Ayah berpandangan.

"Ha-Haikal? Maksud Bunda, Bunda mau Ana menikah dengan Haikal?" tanya Ayah dengan mata melotot. Begitu pun aku.

Ibu menganggukkan kepala. "Iya, Ana akan menikah dengan Haikal, itu jalan keluarnya. Mau atau tidak, kita harus nikahkan! Harus!" tegas Bunda membuat aku sontak membelalakan mata.

Apa? Aku harus menikahi lelaki yang sudah kuanggap Kakakku sendiri? Tidak mungkin! Ini sama saja bunuh diri!

Ya Allah! Tolong hamba.

(***)

Lima hari kemudian, akad nikah tetap terlaksana tapi bukan Randi yang ada bersamaku di singgasana tapi Mas Haikal.

Dia adalah lelaki yang sudah kuanggap sebagai Kakak kandungku sendiri tapi dalam hitungan hari dia sudah berubah status menjadi suami.

Rasanya seolah mimpi, tapi ini terjadi. Kami berdua harus menerima ini, untungnya Mas Haikal tipe lelaki yang patuh pada orang tua. Dia lelaki yang bertanggung jawab dan berbeda tujuh tahun dari aku.

Ketika Bunda memintanya pulang dari Malang karena insiden yang terjadi, dia langsung pulang ke sini dan dengan berat hati harus menikahiku.

Hanya saja, masih kuingat bisikannya di telinga saat aku mencium punggung tangannya untuk pertama kali.

"Kamu hanya adikku Ana, tolong jangan jatuh cinta sama saya karena saya tak bisa menjadi suamimu," ujar Mas Haikal membuat air mataku menetes seketika.

Ya Allah! Inikah jalanku? Dinikahi Kakak angkat. Dan aku hanya bisa membisu menyesali keadaan tanpa bisa menyalahkan.

==

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Kakak Angkat   Bab 24. Good News

    Waktu berjalan terlampau cepat, tak terasa pernikahan kami sudah mau setahun.Sudah banyak perubahan yang terjadi di antara kami. Mas Haikal yang biasanya jarang laporan kalau mau ke mana-mana sekarang apa pun dia kabarkan padaku.Entah apa alasannya, mungkin dia takut aku curiga. Drama salah paham yang dulu pernah menyerempet perselingkuhan tampaknya cukup membuat kami banyak belajar dan menjadi dekat termasuk antara keluarga.Sudah beberapa minggu ini juga, aku lebih sering pulang ke rumah Bunda dan menjenguk Ibu yang sudah tampak lebih baik. Wanita spesial yang memiliki keterbelakangan mental itu akhirnya mau aku ajak berkomunikasi dibanding sebelumnya. Dia tampak mulai mau mengenali aku sebagai anaknya.Kata-kata usiran kini tak ada lagi yang ada hanya kasih sayang meski lewat matanya. Sementara jika berbicara tentang bapak kandungku jujur saja aku sudah tak lagi mempertanyakan. Karena bagiku memiliki Mas Haikal, Bunda, Ayah dan dapat bertemu ibu kandungku sudah lebih dari cukup.

  • Dinikahi Kakak Angkat   Bab 23. Camping Vibes.

    Camping adalah kegiatan yang paling aku inginkan selama hidupku. Namun, sebelumnya tak pernah tercapai karena Bunda selalu melarang."Biar Haikal saja yang jadi pendaki dan suka ninggalin rumah, kamu jangan!" Begitu Bunda bilang kalau aku ijin pergi.Kata Bunda, anak gadis jangan naik-naik gunung. Itulah mengapa semasa kuliah, aku hanya gemar mendengar cerita yang dibawa Mas Haikal saja dibanding merasakannya sendiri.Kemudian sekarang, setelah aku menikah alhamdullilah Mas Haikal si pecinta alam ingin mewujudkannya. Dia berencana membuat moment berbeda untuk kami berdua.Manis banget nggak, sih?"Kamu yakin mau naik gunung Puntang, kan? Tenang aja, karena tingginya nggak setinggi Semeru Mas yakin ini cocok buat pemula," kata Mas Haikal seraya merekatkan jaket ke tubuhku."Ya Mas. Insya Allah yakin."Aku tersenyum dan mengangguk pasti.Setelah memastikan barang bawaan tak ada yang tertinggal di mobil, aku dan Mas Haikal pun berjalan beriringan menuju titik kumpul.Aku menghembuskan na

  • Dinikahi Kakak Angkat   Bab 23. Aku Menang?

    Mas Haikal memasak. Suatu kejadian yang langka, aku yakin jika kami tak lagi gencatan senjata dan aku sakit pasti dia tak mau melakukannya."Gimana buburnya? Enak?" tanya Mas Haikal yang aku langsung jawab dengan anggukan.Dia tersenyum lega. Setelah kejadian salah paham tadi pagi, Mas Haikal kembali menjadi suami yang siaga. Lelaki itu seolah tak pernah lelah menjagaku. Mas Haikal bahkan tetap di sisiku sampai aku menghabiskan makanan buatannya."Alhamdullilah, tadi Mas sempet khawatir kamu gak suka. Sekarang, diminum dulu obatnya," kata Mas Haikal sambil menyerahkan segelas air minum dan obat penurun demam.Aku mengambil gelas tersebut dan lekas meminumnya sesuai perintah Mas Haikal."Setelah sembuh, jangan ke mana-mana ya, kamu di sini saja. Saya gak mau kamu sakit lagi," kata Mas Haikal. Wajah tampannya tampak sangat khawatir, padahal aku hanya demam dan panas."Iya. Iya. Lagipula aku sakit juga karena siapa," gumamku pelan tapi sepertinya dia mendengar."Maaf. Mas tahu, Mas yang

  • Dinikahi Kakak Angkat   Bab 22. Perhatian Haikal

    Apa? Alvia pindah ke apartemen sebelah? Bener-bener nyari perkara tuh orang!Aku membanting pintu apartemen dengan kasar. Lalu, masuk dan menghempaskan diri di sofa. Dadaku bergemuruh dan kepalaku berdenyut karena sakit kepala usai bertengkar dengan Alvia.Aku memang bodoh. Jelas-jelas bodoh. Bagaimana bisa aku mengajukan syarat yang belum tentu bisa aku penuhi? Membuat Mas Haikal bilang cinta? Alamak! Sama saja menantang buaya."Pusing kepalaku!" Aku mendengkus keras sambil menyandarkan kepala ke bantalan sofa.Pertemuan tak terduga dengan Alvia membuat dadaku emosi dan sukses mengurungkan niat untuk pergi dari apartemen.Saat ini, diam-diam aku berdoa semoga malam ini Mas Haikal tak pulang. Sehingga kami tak perlu bertemu dan mengakibatkan suasana canggung. Akan tetapi, baru saja beberapa menit aku berdoa tampaknya hal itu belum terkabul.Tiba-tiba di sela keheningan apartemen aku mendengar bunyi pintu apartemen ditekan seseorang.Aku yakin pelakunya Mas Haikal. Siapa lagi yang tahu

  • Dinikahi Kakak Angkat   Bab 21. Rasa Hati

    Pada akhirnya sebuah rahasia yang ditunda lama pasti akan terkuak juga. Layaknya, serapat apa pun sebuah rasa dipendam pasti akan muncul ke permukaan. Setelah terbongkar maka tinggal tersisa dua pilihan memperjuangkan atau mempertahankan.Kukira inilah yang tengah terjadi pada hidupku sekarang. Tak kusangka Mas Haikal akan berdiri di ambang pintu saat aku mengucapkan kejujuran dari hati yang terdalam. Namun, tetap saja tak merubah kondisi atau lantas jadi suatu pembenaran untuk memaafkan. Bagiku ... semua terlambat. Sekali saja kepercayaan dikhianati maka akan sulit bagiku untuk bisa kembali seperti dulu.Begitu juga berbicara hati, sekali hati ini koyak dan hancur maka akan sulit disatukan serpihannya. Meski harus kuakui, aku masih cinta, sangat-sangat cinta bahkan.Karena itulah aku membencinya dan benakku tak henti bertanya. Kenapa harus dia yang berkhianat? Kenapa harus Mas Haikal yang dicium Alvia?"Ana. Apa benar yang kamu katakan?" tanya Mas Haikal. Muka lelaki itu tampak cerah

  • Dinikahi Kakak Angkat   Rasa Sakit

    Aku menghembuskan napas kasar sembari memandang wajahku sendiri di depan cermin rias yang ada di kamar hotel. Hari ini aku terbangun dengan kepala yang sangat berat setelah menangis semalaman.Aku tak ingat sudah berapa jam aku menangis dan sudah berapa tisu yang aku habiskan sampai pagi ini. Namun, yang kutahu muka dan rambutku sudah acak-acakan begitu juga mataku telah membengkak.Itu bukti kalau aku terlampau larut dan lama terkungkung dalam tangisan.Ternyata begini rasanya patah hati karena dikhianati. Kenapa perihnya lebih menganga dibanding saat aku gagal nikah?Sumpah ...!Ingin rasanya mencoba menepis bayangan Mas Haikal yang berselingkuh dengan Alvia semalam tapi anehnya ingatan itu malah melekat semakin dalam.Aku sangat jijik. Bukan hanya dengan mereka tapi dengan diriku sendiri. Membayangkannya saja aku sudah merasa buruk.Jangan-jangan benar kata Alvia, bahwa selama ini, aku hanya menjadi pelampiasan nafsu Mas Haikal itu pun karena Bunda dan apa yang kusentuh tak lebih da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status