Share

Dinikahi Lelaki Kaya
Dinikahi Lelaki Kaya
Penulis: Chokolate_21

Akad

“Bagaimana ini, Pak? Anak Bapak keterlaluan karena sudah melakukan perbuatan tidak menyenangkan,” ucap salah satu warga yang menggiring Mila dan lelaki tidak dikenal itu ke rumah orang tua Mila.

“Nak, di sini saya sebagai orang tua Mila menunggu itikad baik kamu untuk menghalalkan anak saya segera,” kata Adra yang merupakan abi Mila. Adra sangat kecewa dengan perbuatan putrinya padahal Adra sangat membanggakan Mila di depan teman-temannya.

“Abi, apa tidak sebaiknya kita cari tahu dulu kebenarannya?” Yalina—umi Mila— mulai angkat bicara karena tidak tega melihat anak gadisnya menangis meminta keadilan.

“Umi, bukti sudah terlihat nyata di depan mata. Ada Mila dan lelaki asing ini beserta para saksi yang melihat mereka berdua berada di satu gubuk yang sama,” kata Adra.

“Demi Allah, Umi, Mila tidak melakukan perbuatan tidak menyenangkan itu bersama lelaki itu.”

“Abi harus percaya sama Mila. Mila tidak mungkin melakukan perbuatan itu, Abi. Apa lagi Mila tidak mengenal lelaki ini.”

Seorang gadis menangis di bawah kaki umi dan abinya mencoba meminta keadilan di depan semua orang yang sudah menuduhnya dengan kejam. Sedangkan sosok laki-laki yang telinganya dipenuhi dengan tindik dan anting hanya menatap datar gadis tidak berdaya itu.

“Umi percaya Nak, tapi bagaimanapun juga kamu dan dia harus segera menikah.”

“Umi, Mila tidak mau menikah dengan lelaki asing itu.” Meskipun tangis Mila semakin menjadi, tetapi tidak ada satu orang pun yang peduli kecuali sang umi. Akan tetapi, sang umi juga tidak bisa berbuat apa-apa karena keputusan telah ditetapkan Mila dan lelaki asing itu harus segera menikah.

Gadis bernama Awamila Durnaz Zelinda memukul-mukul dadanya sendiri untuk menghilangkan rasa sesak di dalam sana. Hari ini, hariyang seharusnya menjadi hari paling sejarah dalam hidupnya karena di usianya yang ke 22 tahun sudah mendapatkan gelas S-2-nya, tetapi nasip buruk ternyata lebih berpihak kepadanya.

“Saya bersiap menikahi anak Om dan Tante, karena saya adalah laki-laki yang bertanggung jawab.” Lelaki itu berucap mantap, tanpa berpikir badai apa lagi yang akan menerjang di depan.

Sontak kedua mata Mila yang dipenuhi air mata menatap penuh kebencian kearah lelaki itu. Apakah lelaki itu tidak ada niatan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya? Pertanyaan itulah yang ada di dalam pikiran Mila.

“Besok kalian berdua menikah secara kekeluargaan dan kamu harus membawa orang tuamu ke sini,” kata lelaki paruh baya yang tidak lain adalah abi Mila.

“Maaf Om, kedua orang tua saya sudah lama meninggal,” kata lelaki itu, masih dengan tatapan yang datar.

Dalam diamnya Mila masih berandai-andai, jika saja ia mendengarkan kata kedua orang tuanya untuk pulang bersama bukannya pergi bersama teman-teman untuk merayakan hari kelulusan, pasti tidak akan jadi seperti ini kejadiannya. Cita-cita Mila untuk membahagiakan kedua orang tuanya ternyata hanya sebatas S-2 saja, padahal masih banyak rencana di dalam kepala yang belum terwujudkan.

Akibat hujan lebat dan angin besar Mila memutuskan untuk berteduh di sebuah ruko kosong sambil menunggu jemputan datang, tapi siapa sangka ada sosok laki-laki juga ikut masuk ke dalam. Mila berpikir tidak akan terjadi sesuatu, tetapi ternyata ada teman abinya yang memotret keberadaan mereka berdua kemudian disebarluaskan melalui grup chatting. Akhirnya Mila dan lelaki itu pun dibawa secara paksa oleh warga dan merekapun disidang diminta untuk segera menikah agar tidak terjadi bencana besar.

***

“Sudah bisa bicara?”

“Hemm.” Mila mengangguk, kemudian kembali diam.

“Saya Waldi Daiquan Elvern.” Lelaki yang akrab disapa Waldi itu mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan. Karena sejak awal bertemu mereka berdua belum saling mengenal.

Mila menangkupkan tangannya di depan dada, bukan bermaksud menolak, tetapi gadis itu tahu batasan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya.

Waldi tidak marah, lelaki itu menganggukkan kepalanya paham. Ia lupa, padahal penampilan Mila yang sangat tertutup sudah bisa menjawab semuanya bahwa gadis itu bukan gadis yang gampang disentuh oleh lelaki lain.

“Keputusan Saya tidak akan berubah, besok kita berdua tetap harus menikah,” kata Waldi, memecahkan keheningan yang terjadi.

“Kenapa? Kenapa kamu tidak bilang yang sebenarnya?” tanya Mila, gadis itu kembali meneteskan air mata.

Waldi terkekeh pelan, kemudian lelaki itu berkata, “Kamu tidak yakin sama Saya karena Saya terlihat seperti lelaki beringasan?”

“Katanya udah lulus S-2, tapi lihat orang tetap dari penampilan luarnya.” Lalu Waldi berdiri berniat untuk pergi.

“Tunggu!” Mila mencegah Waldi agar tidak pergi, karena ada beberapa hal yang ingin gadis itu sampaikan.

“Aku menerima keputusan kamu demi nama baik orang tuaku. Tapi kamu harus menyetujui beberapa syarat,” kata Mila.

“Syarat apa itu?” tanya Waldi.

“Kamu tidak boleh menyentuhku sebelum aku siap disentuh olehmu dan tidak boleh mencampuri urusan masing-masing,” jawab Mila.

“Baik, saya setuju.” Waldi pun menyetujui syarat yang diajukan Mila.

“Apa ada lagi?” tanya Waldi.

“Tidak,” jawab Mila.

“Kalau begitu saya permisi.” Waldi pun akhirnya pergi menyisakan Mila yang masih duduk di tempatnya.

***

Waldi melantunkan surah Ar-Rahman dengan suara yang sangat indah dan merdu bahkan orang-orang yang menjadi saksi nikah pagi ini sampai terdiam mendengarnya. Terlebih lagi abi Mila yang sedang duduk di meja akad bersama Waldi dan penghulu. Diam-diam Waldi sudah mempersiapkan diri untuk membaca ssurah Ar-Rahman di hari pernikahannya tanpa memberi tahu Mila. Katakanlah surah Ar-Rahman yang ia bacakan sebagai kejutan untuk semua orang.

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Waldi Daiquan Elvern bin Jeff Caldwell Farrelino dengan anak saya yang bernama Awamila Durnaz Zelinda binti Adra Imam Ashraff dengan maskawin berupa emas 5 gram tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Awamila Durnaz Zelinda binti Adra Imam Ashraff dengan maskawain yang tersebut, tunai.”

“Bagaimana para saksi? Sah?”

“SAH!” Semuanya berucap secara bersamaan.

Akhirnya seorang Waldi Daiquan Elvern, lelaki berusia 35 tahun resmi menjadi seorang suami dari gadis bernama Awamila Durnaz Zelinda.

Setelah dinyatakan sah menjadi suami istri barulah Mila dibawa keluar untuk menemui Waldi yang sudah sah menjadi suaminya. Netra hitam milik Waldi terpaku saat Mila keluar memakai pakaian serba putih bahkan dimata Waldi, Mila jauh lebih cantik dari awal pertama mereka bertemu. Namun, pada saat Mila sudah duduk di sampingnya, wajah Waldi berubah marah ketika melihat kedua mata Mila bengkak dan merah. Meskipun sudah ditutup dengan bedak, tapi bekas air mata itu masih ada di pipi merah merona gadis itu. Waldi tidak suka ada air mata, lelaki itu paling membenci kesedihan.

Untuk pertama kalinya Mila memegang tangan laki-laki selain tangan abinya dan untuk pertama kalinya juga punggung tangan Waldi dicium oleh seorang perempuan. Detik berikutnya Mila tumbang tidak sadarkan diri membuat semua orang panik terutama orang tua Mila sendiri.

Air mata Mila terus menetes dan ia berucap di dalam hati, "Ya Allah, kuatkan aku menjalani semua ini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status