Share

Dinikahi Mantan Adik Ipar
Dinikahi Mantan Adik Ipar
Author: Riri Afsana

Satu

Author: Riri Afsana
last update Last Updated: 2022-09-16 11:35:38

“Raf, hari ini jadwal kamu kosong tidak?” tanya perempuan paruh baya pada sang putra sulung yang tengah sibuk dengan gawainya.

“Hm … iya ma. Kenapa? Mau dikenalin lagi sama anak teman Mama?” Pria itu Raffan, menatap curiga kearah sang ibu.

“Ketemu sama anak teman mama dong Raf,” bujuknya sambil duduk disamping Raffan.

"Enggak deh, Ma."

“Kenapa? orangya cantik loh Raff, kamu ingat Aletha? Anak tante Nilam yang dulu sering main kesini. Sekarang dia udah balik dari Inggris setelah menyelesaikan kuliahnya. Rencananya mau menetap di Jakarta lagi, kamu ajakin Aletha jalan gih.”

"Raffan Malas Ma. Heran, Masih aja mau di ngejodoh-jodohin,” kesal Raffan, berpindah ke sofa single, menghindari teror sang mama.

“Raffan Ardian Ghifari, kamu itu yah. Dulu, Mama sama Papa umur 28 itu sudah punya kamu loh. Sekarang, diusia kamu yang segini, pacar saja belum pernah ada yang dikenalkan ke mama.” Wanita itu ikut berpindah, bersandar di sisi sang putra sambil bersedekap dada.

“Belum ada yang cocok Ma.”

“Kamu bukan gay kan Raf?” Sambung wanita itu, sorot wajahnya berubah khawatir, membuat asisten Raffan yang sejak tadi menyimak terkekeh.

“Ucapan mama kok jadi jahat gitu.” Raffan menggeleng pelan, agak setengah jengkel.

“Wajar lah kalau mama nuduh Lo gay, cewek sekelas Raline Salim aja lo tolak, padahal bodynya itu loh Raf! Vhiuuu..." Pria itu bersiul di akhir kalimatnya. "Makanya kita mikir. Eh, lo normal nggak sih?” tanya Rayyan sarkastik sambil menaikkan alisnya. Si bungsu Ghifari yang baru bergabung di ruang keluarga tiba-tiba menyela percakapan mereka.

"Adek kamu saja, Pacar dan mantannya ada dimana-mana. Tobat deh Ray, stop main-main.” Raisa beralih menatap putra bungsunya.

“Loh! Kok jadi Rayyan sih Ma,” Protes Rayyan. Sementara Raffan beranjak dari sofa memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur, memberi kode pada asisten sekaligus sekretarisnya yang sejak tadi hanya mendengarkan dan pura-pura sibuk dengan joystick dan layar di depannya.

“Adri, besok saya ada meeting pagi?” tanya Raffan pada asistennya, berlalu saat perhatian sang ibu mulai beralih pada si Bungsu.

“Iya bos, sekitar pukul sembilan.” Adri mengekor di belakang Raffan.

“Mau mama gimana sih? Raffan yang jomlo di buat pusing, Rayyan yang punya pacar di buat ribet. Aneh Mama nih. maunya apa sih? Heran!”

“Masalahnya Ray, kamu itu cuma main-main. Enggak pernah ada yang dibawa serius. Mereka itu bukan robot yang bisa kamu mainin lalu di buang. Mereka punya hati, mereka sama seperti mama kamu, Perempuan!” ucapnya penuh penekanan di kata terakhir.

"Ingat Karma Ray. "

“Namanya juga penjajakan, Ma ... mencari yang terbaik itu nggak gampang. Mending mama ngurusin Raffan aja deh, anak mama itu sakit, nggak doyan perempuan, Raffan itu kayaknya nggak normal Ma.” Rayyan kembali mengalihkan ke topik awal.

“Jangan sembarangan kamu. Loh, Raffan kemana. Jadi kabur kan, kakak kamu?”

Raffan menggeleng pelan sambil memijit pelipisnya, saat masih mendengar perdebatan mereka. Dicecar tentang perempuan dan pernikahan benar-benar membuatnya kesal

"Bos beneran normal kan?" Tanya Adri yang malah ikut-ikutan. Bawahannya itu segera menutup mulut melihat reaksi sang atasan. Raffan menghunuskan tatapannya.

“Maaf Bos, eh... mau ke mana Bos?” tanya pemuda itu saat Raffan berjalan pergi. Raffan mengibaskan tangannya di udara tanpa perlu menoleh, mengisyaratkan agar asistennya itu tidak mengganggunya.

~

“Astagfirullah!” Perempuan itu terpekik panik. Tak sengaja menabrak mobil dihadapannya. Ia segera ikut meminggirkan mobilnya saat mobil dihadapannya memasang lampu sein kiri.

“Maaf Mas, saya benar-benar tidak sengaja,” ucapnya sambil meringis pada pemuda yang menatap miris mobil sportnya. Pria itu menghela nafas gusar menatap body belakang mobilnya yang ringsek.

“Anda itu bisa menyetir tidak?!” Raffan menatap kesal perempuan yang menutup wajahnya dengan masker berdiri di hadapannya. Namun kekesalan itu tiba-tiba sirna saat matanya jatuh tepat pada manik mata perempuan itu. Hanya beberapa detik karena perempuan itu segera mengalihkan tatapan.

“Maaf banget Mas, rem mobil saya sepertinya blong. Saya sudah coba nginjek rem berkali-kali. Tapi remnya mengalami disfungsi.” Atisha mencoba memberi penjelasan, sekaligus was-was membayangkan biaya ganti rugi, untuk perbaikan mobil mewah pria itu. Raffan mengabaikan ucapan perempuan, itu dan memilih membuktikan langsung alasan Atisha dengan memasuki mobil Brio perempuan itu yang juga ringsek pada bagian depan, Raffan mengendarainya berhenti jauh dari depan mobilnya. Kemudian kembali menghampiri Atisha.

“Ini murni kecelakaan, tapi anda tetap harus tanggung jawab atas kerusakan mobil saya.” Raffan bersedekap dada, menatap lurus ke arah Atisha.

“Saya pasti tanggung jawab kok,” ucap Atisha ragu, menggigit bibir. Kepalanya sedang mengkalkulasi prediksi perbaikan mobil mewah yang amati. Berdoa dalam hati agar biaya perbaikan mobil mewah itu masih dapat di jangkau olehnya.

“Saya akan kabari setelah perbaikan mobil saya di bengkel, anda bisa membayarnya langsung di sana. Nomor handphone anda.” Raffan mengulurkan handphonenya pada Atisha, meminta perempuan itu mengetikkan nomornya.

“Nama anda?”

“Atisha.” Raffan mengernyit mendengar nama perempuan itu. Mengamati Atisha lama, mata yang dimiliki perempuan di hadapannya benar-benar, menarik perhatiannya.

"Jadi saya boleh pergi sekarang? Soalnya saya sedang buru-buru." Atisha lagi-lagi melirik jam tangannya. Sedang yang di tanya belum mengalihkan pandangannya.

"Mas?"

“Oh, iya." Raffan sedikit terkesiap, dengan kejanggalan yang ia rasakan di dalam hatinya, perempuan ini membuatnya merasa aneh, kali ini untuk pertama kali ia merasa cukup penasaran dan entah rasa antipati yang sering ia rasakan pada kebanyakan perempuan lain menghilang kemana. Raffan masih menatapnya saat Atisha memasuki mobilnya.

"Naik taksi aja mbak, remnya blong, nggak usah dikendarai lagi!" Teriaknya yang diabaikan oleh Atisha.

Raffan masih bergeming, dirinya jadi kepikiran bahwa ia membutuhkan perempuan dalam hidupnya untuk menyelamatkan harga dirinya. Beberapa saat kemudian ia menyeringai, perempuan tadi sepertinya bisa membantunya. Perempuan dengan sorot mata meneduhkan, tidak seperti kebanyakan perempuan dengan sorot buas yang seakan ingin menerkamnya. Anehnya tiba-tiba ia membandingkan.

~

Saat memasuki rumahnya, Atisha berjalan dengan lesu, melepas masker dan jilbabnya lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur, menatap gusar langit-langit kamarnya. Mobilnya belum di bawa ke bengkel karena butuh biaya yang tidak murah, terlebih dirinya harus membayar kerugian pemilik mobil sport yang di tabraknya, biaya reparasinya pasti jauh lebih fantastis.

Saat sibuk merenung, perempuan itu menitihkan air matanya, tatkala masalah datang bertubi-tubi. Ia teringat dengan ucapan Omanya yang juga masih dirawat di rumah sakit, berjuang melawan penyakit stroke. Saat sendiri di dalam kamar, ia jadi lebih cengeng.

"Oma ingin melihat kamu berkeluarga sebelum Oma meninggal, menikah ya nak." Sejak tadi Atisha selalu teringat permintaan getir Omanya, satu-satunya anggota keluarga yang ia miliki saat ini.

Atisha menghela nafas gusar, memikirkan bagaimana mungkin ia mewujudkan keinginan tersebut, sejak kecil ia selalu di doktrin bahwa semua laki-laki itu brengsek bahkan sebelum ia mengerti arti kata brengsek. Sejak kecil Atisha selalu menutup diri dan menyembunyikan kecantikannya dari kamu pria, kata Omanya, kecantikan adalah kutukan. Tapi kenapa disaat seperti ini, Oma justru menginginkan ia terikat dengan pria.

Saat menginjak usia dewasa, Atisha mulai mengerti mengapa ia di didik untuk antipati terhadap laki-laki dan paham arti brengsek. Ia pernah mencoba membuka hati, namun kisahnya layu sebelum berkembang.

Dan semakin kesini ia sadar, Omanya tidak salah jika memintanya menikah, ia benar-benar harus menikah. Bukan karena ingin memiliki kisah happy ever after seperti akhir drama percintaan yang sering di tonton Rina, sahabatnya yang juga sebentar lagi akan menikah. Tujuan Atisha ingin menikah untuk memiliki keluarga baru. Tidak muluk, setidaknya ia butuh pria agar bisa punya keturunan yang sah secara hukum dan agama. Walaupun pernikahan itu kelak berakhir dengan perceraian, tak masalah. Asal ia memiliki anak yang akan menemaninya menjalani hidup dan memiliki keluarga biologisnya sendiri.

Atisha tampaknya menimbang, lalu menggeleng pelan. Pikirannya yang sudah seperti benang kusut benar-benar ngawur.

Atisha kembali mengingat biaya perbaikan mobilnya dan mobil pria itu, sudah saatnya memikirkan opsi yang sudah lama ia pikirkan, dia akan mengambil praktik di tiga tempat sekaligus, putusnya. Atisha lalu bangkit menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu sebelum kepalanya benar-benar akan pecah kalau semakin memikirkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   extra part 2

    "Sayang, aku nggak bermaksud buat ingkar janji." Rayyan membujuk setengah putus asa, saat istrinya meninggalkan kamar mereka dan memilih berbaring di atas sofa ruang tengah. "Harusnya nggak usah janji sejak awal." Atisha berenggut memunggunginya. "Maaf ya, janji nggak ak—" "Nggak usah janji lagi! Jatuhnya kamu jadi pembohong tau nggak." "Sayang, maafin aku." pria itu mengambil tempat disisi istrinya, membuat Atisha kian kesal. "Lepas nggak!" Perempuan itu berontak dalam belitan tangan suaminya, sofa yang sempit membuat mereka nyaris terjengkang. "Kamu mau buat aku jatuh? Perut aku sakit tau dibelit kayak gitu. Nggak usah dekat-dekat!" Atisha berucap dengan ketus sambil menatap suaminya tajam. " Tadi Macet sayang. Aku telat, juga karena ternyata meeting-nya alot, karena meyakinkan klien tadi ternyata butuh waktu yang nggak sebentar." Rayyan berdiri di sisi sofa, sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menghadapi Istrinya dalam mede ngambek seperti ini merupakan hal ya

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Ekstra Part

    Pria itu menyeka setetes air mata di pipi yang tak betah di pelupuknya. Genggaman hangatnya ditangan sang istri tak ia lepas sejak satu setengah jam yang lalu. Atisha masih terlelap pulas. Sesekali pria itu mengelus punggung tangan istrinya yang agak bengkak. Flebitis akibat bekas jarum infus, sehingga pemasangan infus di pindahkan di tangan lainnya. Pria itu terpejam, sudah banyak untaian kata maaf ia ucapkan pada sang istri. Ternyata, tak mampu menebus dosa dan mengeringkan penyesalan atas perbuatannya di masa lalu. Ia pernah teramat menyakiti sang istri secara brutal. Sakit istrinya kali ini diluar kuasanya. Ia benar-benar tak berniat menyakiti istrinya lagi. Meski secara tidak langsung ada andilnya pada sakit sang istri. Kehamilan istrinya cukup lemah, perempuannya tak jarang mengalami kram perut hingga bercak darah akhir-akhir ini. Belum lagi morning sicknes yang membuat istrinya kian pucat sejak trimester awal hingga trimester kedua ini. Rayyan mengecup tangan perempuan itu. B

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Delapan

    Saat membuka mata dan mengerjap, Atisha mendapati suaminya tersenyum lembut padanya. Pria itu menyelipkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah istrinya. "Mas." Atisha menatap lekat suaminya, kembali mengingat percakapan mereka sebelum ia jatuh tertidur. Ia Lalu menghembuskan napas dan memeluk sang suami mencari posisi nyaman. "Kok udah bangun sih, padahal tidur baru tiga puluh menit." Rayyan mengangkat tangannya yang bebas dan melirik jam tangannya. "Nggak nyaman yah tidurnya? Pindah di kasur aja yuk." Ajak Rayyan, Atisha hanya menggeleng. "Udah jam berapa?" "Jam lima lewat." Rayyan mendekap hangat istrinya, pipinya menempel di kepala istrinya. Pria itu memejamkan mata sambil tersenyum tak dapat membendung keharuannya dengan kemajuan pesat dalam hubungan mereka setelah sekian lama. Mengungkapkan hal yang selama ini mereka pendam bertahun-tahun memang tidak mudah, bagai mengangkat bongkahan batu yang telah lama tertimbun. Namun sepadan dengan kelegaan yang kini mereka hirup

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Tujuh

    "Kamu nggak ngerti, kamu nggak ingat sama aku yang pernah ngejar-ngejar kamu saat SMA." Atisha menatap suaminya dengan serius, ia sama sekali tak tahu maksud suaminya."Kamu mah, dulu hanya melihat Jerome. Mengabaikan cowok lain yang sedang berusaha dekat sama kamu, padahal aku baru tahu suka dan cinta sama cewek itu apa, kompleks banget karena langsung mengecap sakitnya patah hati..." Rayyan berucap sambil menyentuh pelipisnya, tampak menerawang. Ternyata pengalaman buruk itu masih membuat hatinya meradang kala mengingatnya."Aku cowok yang pernah berkompetisi dengan kamu di salah-satu olimpiade mewakili SMA Gantara. Kamu ingat nggak? Cowok yang selalu berusaha ngedeketin kamu, nungguin kamu setiap pulang sekolah bahkan nekat nerobos masuk di sekolah kamu demi bisa kenal dekat dengan kamu, tapi selalu di cuekin dan kamu anggap nggak kasat mata. Terakhir di taman depan perpustakaan umum, waktu itu aku coba deketin kamu lagi dan jujur tentang perasaan aku, tapi malah nggak digubris pad

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Enam

    "Asha, kok udah bangun jam segini?" Tanya Raisa saat menatap siapa yang berada di depan pintu kamarnya menjelang subuh seperti ini, Asha berdiri di depan pintu kamarnya mendongak menatap wajah sang nenek dengan sorot berkaca-kaca sambil memeluk boneka koala kesayangannya."Cucu Oma kenapa, jam segini kok sudah bangun?" Mendengar pertanyaan keheranan Omanya membuat gadis kecil itu menitihkan air matanya."Mami nggak ada," lirihnya dengan bibir bergetar, Raisa segera menggendong cucunya yang langsung terisak di dekapannya. "Didinya Asha juga belum pulang ya?" Tanya Raisa yang dijawab Asha dengan gelengan kepala, semalam putranya itu belum pulang saat ia masuk kamar dan tertidur. "Asha jangan nangis. Sayang..." Raisa berujar khawatir saat cucunya menangis sesegukan. Selama ini, cucu kesayangannya itu jarang menangis seperti ini, ia lalu menoleh kearah Ghifari yang masih tertidur."Memang maminya kemana?" Tanyanya mengelus lembut punggung cucunya. Ia benar-benar bingung saat tiba-tiba cu

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Lima

    Atisha ditemani dua orang koas baru di stase obgyn yang tengah mengobrol dengannya mendiskusikan kondisi pasien kepadanya, teramat serius sampai tidak melihat dokter Kikan yang hendak ke poli, berpapasan dengannya andai perempuan itu tidak menyapanya lebih dulu. "Selamat pagi." "Pagi, dokter Kikan..." jawab Atisha dengan senyum ramah. "Udah lepas jaga kan, papanya Asha di depan nungguin tuh," ujarnya, sambil tersenyum."Oh iya dok, makasih infonya yah. Padahal tadi mau sarapan bareng mereka dulu di kafetaria sebelum balik. Maaf, lain kali ya..." Atisha menoleh pada dua dokter muda di sisinya. "Iyya dok, nggak papa," jawabnya berbarengan. Atisha lalu pamit sebelum meninggalkan mereka. Rayyan menjemputnya adalah suatu hal yang langka sebenarnya, jadi ia tak ingin membuat pria itu menungguinya terlalu lama."Hai," Rayyan tersenyum kearah Atisha yang menghampirinya. Perempuan itu menghela nafas lirih, sebelum balas tersenyum. "Assalamualaikum," ucapannya sebelum meraih punggung tangan

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Empat

    Malam harinya, pemuda itu baru pulang kerja saat mendapati apartemennya diterobos oleh seseorang. Pria itu menggeleng, melihat sosok yang sedang terpaku dalam cahaya remang-remang, penerangan ruang tamunya hanya bersumber dari TV. Bahkan seluruh penjuru ruangan lain apartemen itu, masih gelap. "Kenapa lagi Lo?" Tanya Bram mendapati Rayyan duduk termenung, menyalakan tv sambil melamun. Rayyan hanya menggeleng sambil menghembuskan nafas jengah."Apa nggak capek hidup kayak gini? Yah, gue tau Lo bahagia punya putri cantik dan menggemaskan, tapi kebahagiaan itu nggak cukup. Lo berubah drastis dan nggak lagi main cewek karena Lo takut karma berlaku. Bagaimanapun Lo punya anak cewek juga. Tapi tetap aja, Lo butuh sosok perempuan yang bisa melengkapi hidup Lo, dan gue tebak istri Lo bukan orangnya. Mending Lo nikah lagi deh Ray, jangan ngekang diri Lo sekeras ini." Bram berujar sambil meletakkan tas kerjanya, lalu duduk di samping teman karibnya melirik Rayyan dengan prihatin. Meski Rayyan t

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Tiga

    Pagi hari, Atisha sibuk di dapur menyiapkan bekal untuk sang putri yang sudah masuk PAUD. Sementara Bibi menyiapkan sarapan. Tidak lama kemudian setelah makanan tersaji di meja, serta bekal Asha yang telah di tata menarik, putrinya muncul dengan seragam yang sudah rapi melekat di tubuh mungilnya, disusul dengan pengasuhnya yang membawa bando lalu memasangkannya pada Ashana. “Mami…” gadis itu berlari sambil merentangkan tangan kearahnya. “Sayang.” Atisha segera melepaskan apronnya sebelum meraih tubuh mungil sang putri dan menggendongnya. “Sarapan dulu nak,” Atisha mendudukkan putrinya di depan meja makan. “Gabung disini aja Ver,” ucap Atisha saat pengasuh Asha memilih masuk ke dalam. Perempuan itu tidak menyuapi Asha, karena sejak kecil Asha memang di didik untuk dibiasakan mandiri mulai dari hal kecil seperti makan sendiri tanpa di suapi, merapikan tempat tidur, merapikan barang-barangnya setelah belajar maupun bermain dan selalu diajarkan untuk meminta tolong jika dihadapkan deng

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Dua

    Malam harinya, Rayyan ikut membaringkan tubuhnya di sisi sang istri, meski Atisha lebih banyak diam setelah mengikuti persidangan hari ini, serta sore harinya ia malah menyerahkan kado terakhir dari Raffan padanya. Rayyan masih merutuki dirinya akan hal itu, saat istrinya justru semakin uring-uringan, makan seadanya dan lebih memilih bungkam. Ia bahkan hanya mendengar suara istrinya kala bersenandung lirih saat menidurkan putri mereka sebelum meletakkannya di boks bayi setengah jam lalu. Rayyan memperhatikan istrinya yang sibuk menatap plafon kamarnya. Pria itu dapat merasakan kekalutan istrinya saat ini. Perlahan ia menepis jarak, lalu memeluk istrinya dalam diam. Sesekali ia mengecup puncak kepala perempuan itu sambil berbisik lembut, mencoba menyalurkan ketenangan. "Jangan sedih Mami Asha." Atisha menoleh, menatapnya dengan nanar."Ray, bisa nggak kamu kembali saja ke kamar kamu?" Pinta Atisha, saat Rayyan masih memeluknya."Hmm..." Rayyan hanya bergumam, mengabaikan protes istr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status