bab lain otw đ
Arsen segera pergi meninggalkan Lily. Dia melajukan mobilnya menuju perusahaan Arya.Saat sampai di sana, Arya ternyata mengajak Arsen bicara empat mata di rooftop.Hari sudah gelap, Arsen berjalan menuju pagar pembatas. Dia menengok ke bawah sebelum menatap pada Arya.âApa kamu berniat membunuhku di sini?â tanya Arsen dengan nada sindiran.Arya tertawa lepas.âApa kamu bercanda? Terlalu mencolok jika aku melakukannya di sini, karena aku pasti akan langsung menjadi tersangka utama,â balas Arya.Arsen tersenyum mencibir, tidak menyangka Arya masih bisa berbicara setenang ini.âKamu tahu, memiliki saudara sepertimu adalah aib bagiku dan keluarga Luis. Aku tidak habis pikir, kenapa Kakek masih peduli padamu,â ucap Arya mulai menjelek-jelekkan Arsen.âIbumu hanya wanita tak berguna yang merusak rumah tangga orang lain, seharusnya Kakek tidak pernah mengasihanimu,â ucap Arya lagi.Arsen mengepalkan kedua telapak tangannya di samping tubuh. Dia mencoba tenang sebelum membalikkan ucapan Arya
Lily mengangguk. Untuk saat ini dia hanya bisa mempercayakan semuanya pada Arsen.Setelah selesai bersiap, mereka akhirnya pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Lily.Arsen sangat cemas karena Lily tadi berlari kencang, perut istrinya itu sudah pasti terguncang.Sepanjang perjalanan, Arsen terus menempatkan tangannya di atas perut Lily. Dia merasa bersalah, hampir setiap menit Arsen menoleh istrinya itu, hingga Lily memintanya untuk fokus ke depan.âBahaya kalau kamu terus saja menoleh begini, bagaimana kalau tiba-tiba ada kendaraan muncul di depanmu,â kata Lily.Arsen hanya tersenyum. Jantungnya hampir melompat keluar tadi saat Lily marah dan mendiamkannya.Setengah jam kemudian, mereka sampai di rumah sakit yang sama seperti yang mereka datangi pagi tadi.Arsen menggunakan fasilitas yang dia miliki di rumah sakit itu, sehingga Lily tidak perlu mengantri agar bisa bertemu dengan dokter kandungan.Saat pemeriksaan, Lily terlihat lega karena tidak ada hal buruk yang terjadi
Pria itu memegang kantong infus Edo setelah bertanya, lalu perlahan ingin menyuntikkan cairan dari dalam alat suntik ke kantong infus. Namun, sebelum dia berhasil menekan alat suntik untuk memindahkan cairan di dalamnya, tiba-tiba ada yang menendangnya dari arah belakang hingga membuatnya tersungkur. Pria itu kaget dan tak menyangka bahwa aksinya sudah diketahui. Dia hendak kabur tapi polisi lebih dulu masuk sambil mengacungkan senjata api. Edo yang berbaring di ranjang sampai gemetar ketakutan. Ternyata Arya benar-benar kejam. Dia menatap ke arah polisi yang menendang pria jahat itu. Jika saja mereka tidak bergegas membuat rencana setelah anak buah Jerry mengabari. Mungkin Edo saat ini sudah mati. "Amankan dia!" Perintah seorang polisi ke rekannya. Pria pembunuh itu memberontak, tapi dia tidak bisa melepaskan diri. Dia dipaksa keluar kamar oleh polisi sambil terus menyangkal perbuatannya. "Ini sungguh gila! Aku yakin jika kejadian ini tersebar ke media, maka akan menjad
Di Kantor Arya Siapa sangka Bryan ternyata berdiri di depan ruang kerja papanya yang tidak tertutup sempurna. Dia mendorong sedikit pintu dan diam-diam mendengarkan pembicaraan Arya dan Ruben. Bryan mengepalkan telapak tangannya di sisi badan, tak menyangka Arya memang sangat kejam. Bryan mendengar jelas papanya memberi perintah agar Ruben menghabisi nyawa seorang pria bernama Edo. âLebih baik aku pergi dari sini, daripada ikut terkena masalah.' Bryan bergumam di dalam hati. Dia memilih segera meninggalkan tempat itu sebelum Arya menyadari keberadaannya. Bryan turun ke lantai bawah sambil berusaha menghubungi Arsen, tetapi pamannya itu tidak membalas panggilannya sama sekali. âKenapa Paman tidak menjawab panggilanku?â gerutu Bryan, lalu diam sejenak dan mencebikkan bibir. Bryan memutuskan untuk tidak peduli Arya mau jahat pada siapa, lantas dia pun pergi ke rumah orangtuanya untuk bertemu Monica. Monica menyambut Bryan dengan suka cita karena putranya itu sudah semi
Arya marah. Dia naik pitam mendengar kabar bahwa semua rencananya gagal. Arya pikir Arsen tidak akan pernah menemukan Raymond karena pria itu sudah mati dan tidak ada rahasia yang disimpan. Namun, kemarin malam Edoâpreman yang dia perintahkan mengawasi Arsen, memberi kabar sekretarisnya kalau Arsen begitu lama berada di rumah Rena, bahkan sampai memanggil banyak orang dengan membawa alat kebersihan. Arya meminta Ruben untuk memerintah Edo menggeledah rumah Rena setelah semua orang pergi, agar tahu apa yang dilakukan Arsen . Edo masuk dan memukul Rena yang memergokinya sampai jatuh tersungkur. Dia lantas mengecek lebih jauh, hingga melihat sebuah lemari terbuka dengan bekas lubang baut di beberapa tempat. Edo buru-buru mengabari Ruben dan yakin bahwa Arsen baru saja mengambil sebuah brankas dari sana. Edo hendak keluar saat Thomas lebih dulu kembali, hingga terjadilah perkelahian yang menyebabkan Thomas mendapat luka sayat di telapak tangan kiri. "Anda tenang saja, saya
Thomas gemetaran menatap mobil Arsen yang tertabrak sampai terdorong ke bahu jalan. Dia semakin syok saat melihat keberadaan Lily dari pantulan kaca spion. Thomas melihat Lily keluar dari mobil Jerry dan berlari mendekat ke arah mobil Arsen. Beberapa waktu lalu, Lily yang curiga meminta Jerry membuntuti Arsen, sesaat setelah suaminya itu pergi. Lily berteriak histeris melihat Mercedes-Benz G-Class yang dikendarai Arsen tertabrak truk tepat di depan matanya. "Tidak!" Lily menangis histeris mencemaskan kondisi Arsen yang masih berada di dalam mobil. "Arsen akan membunuhku," ucap Jerry ketakutan seraya menyusul Lily. Lily menggedor kaca jendela mobil Arsen, hingga dia melihat suaminya itu turun dari mobil tanpa luka yang berarti. Lily melihat hanya kening Arsen yang terlihat sedikit berdarah, tapi suaminya itu baik-baik saja. "Kenapa kamu di sini?" tanya Arsen ke Lily. Dia lalu menoleh Jerry dengan tatapan menusuk. "Entahlah, Ars! Terserah kalau kamu mau membunuhku,"