Share

Alam Kandungan

Nyam...nyamm.. eumhh.. nyamm..

Tampaknya lelaki kelebihan hormon itu menikmati sekali kuah bakso yang dicampur dengan eskrim coklat sesuai keinginannya sambil cekikikan melihat video aku meracik bakso tadi. Matanya fokus dan sesekali hilang ketika tawanya semakin lebar. Dia seperti lagi makan makanan terenak di dunia padahal aku yang lihatnya aja sungguh eneg, tapi dia sepertinya ketagihan banget.

Aku bahkan gak tertarik nanya gimana rasanya, yang pasti rasanya aneh.

"Enak ih beneran, pedes manis dingin gitu.."

"Benar enak? Ini aneh loh Akang, mana ada kuah bakso dikasih eskrim coklat."

"Siapa bilang gak ada? Ini buktinya saya makan. Kamu cobain deh, rasanya langka."

Dia menaikkan sendok dan menyodorkan bakso dengan kuah aneh itu ke mulutku, tapi secepat kilat aku menutupnya dan menolak mentah-mentah suapan itu.

"Akang ah, Rey gak mau. Akang makan aja sendiri ya, silakan dihabiskan sampai kenyang."

"Ih sesuap aja Ay, please."

"Gak mau.. Ayaaaahhh Akang jahat."

"Kok malah panggil mertua sih, jauh gak bakal denger."

Kalau bukan karena keinginannya, aku dari tadi sudah selesai bersih-bersih dan masuk kelas komputer buat ngajar. Tapi Akang menahanku dan katanya ingin ditemani sampai selesai makan. Jadinya aku tertahan di ruang televisi sampai hampir menjelang sholat Dzuhur.

Soal pulang sekolah anak-anak? Tenang saja, ada bus sekolah pengantar pulang sampai ke rumah masing-masing. Tak heran uang SPP sekolah si kembar menyentuh angka 1,5 juta perbulannya.

Makin lieur...

"Besok kita chek kandungan ya Ay, kita lihat keadaan baby untuk memastikan segalanya baik-baik saja. Saya harap dia tumbuh dengan baik dan mengizinkan aku untuk memanjakan Umanya.."

"Siap.. oh iya, apa kita akan ke dokter Syakira lagi?"

"Iya lah, dokternya wanita yang saya percayai."

"Sehat-sehat ya anak Abi di dalam sana, jangan minta yang aneh-aneh lagi, kasian Abi sama Uma ya nak.."

Cuphh~ Lagi-lagi hatiku menghangat saat Akang mencium perut rataku. Kasih sayangnya terasa sampai perutku sedikit tergelitik.

"Ingysallah Abi, doakan saja.." Aku menjawabnya dengan tiruan nada anak kecil.

Btw anak-anak aku belum tahu kalau mereka akan punya adik, aku masih merahasiakannya sampai punya waktu yang pas untuk kasih taunya. Bagaimana pun mereka masih kecil, butuh diberi pengertian ektra supaya mereka menerima adik bayi dengan lapang dada. Oh iya, Reza!!

"Hmm Akang..."

Allahuakbar, Allahuakbar...

"Udah adzan Ay, saya ke masjid dulu ya. Kalau mau ngobrol, setelah sholat saja."

Padahal baru saja aku punya keberanian buat bilang kalau Reza mengajar di sekolah si kembar, eh malah keburu ditinggal. Hufft, harus bagaimana aku ini, kapan aku bisa ngomong dengan sejujurnya?

****

"Lihat, itu kantong embrionya ya. Dia di dalam kandungan dan kini.. perkiraan usianya 7 Minggu, sesuai hari pertama haid terakhir. Vitamin dan kapsul penambah darahnya di minum ya, supaya janin sehat dan terhindar dari permasalahan."

Aku dan Akang fokus memperhatikan layar hitam putih di atas sana yang memperlihatkan kehidupan alam kandungan. MasyaAllah, dzat maha kuasa yang tidak bisa dijelaskan melalui kata-kata, menciptakan suatu alam di mana ruh ditiupkan. Air mata Akang menetes, tak hentinya mengucap syukur karena benihnya telah tumbuh menjadi calon bakal manusia yang akan beribadah pada Allah.

"Jangan nangis ustadz, malu sama Rey," goda dokter Syakira menahan tawanya.

"MasyaAllah, saya hanya bahagia Dokter, alhamdulilah masih diberi kepercayaan sama Allah untuk menjaga amanahnya."

"Rey, kamu ada mual-mual?"

Selesai perutku di periksa, kini aku berpindah ke tempat duduk di samping Akang untuk ditanya-tanya.

"Mual sih gak ada, bahkan awalnya yang muntah-muntah itu Akang Husein Dok, yang banyak ngidam aneh-aneh ya dia juga." Aku gak bohong kan? Bodo amat dia malu juga, yang penting itu kenyatannya.

"Haha, memang ada pasangan yang sebagian begitu, yang mual dan ngidam itu suaminya. Adil ya ustadz, biar gak semua Rey yang merasakan. Nanti pas trimester ke tiga, yang pegal-pegal pasti Reynata."

Aku ketawa, sedangkan Akang meringis membayangkan bagaimana ia akan mual dan muntah di pagi setiap harinya. Apalagi dengan segala keinginan anehnya yang memusingkan banyak orang, untung saja dia sabar. Untung kita juga sabar.

"Kalau gitu, tebus obat di depan ya. Susu hamil harus diminum dan ingat, jangan stress jangan kecapekan. Dan untuk hubungan badan, sebaiknya dilakukan setelah trimester kedua. Masih banyak media selain itu kan, ustadz?"

Paham, kite paham arah pembicaraan dokter Syakira dan untungnya kami diberi penjelasan sedetail mungkin tentang dampak terlalu sering dan terlalu jarang berhubungan badan saat hamil.

Ilmu bermanfaat itu akan kita simpan baik-baik.

"Baik dokter, terima kasih atas bantuannya. Semoga tidak lelah menjadi dokternya Rey ke depan."

"Sama-sama ustadz, semoga sehat selalu ibu dan bayinya."

Aku juga akang pamit keluar ruangan lalu duduk di depan apotek menunggu resep obat selesai.

"Habis ini mau ke mana? Makan atau jalan-jalan? Saya mumpung free." Ucapan Akang memecahkan lamunanku di dalam mobil.

"Hmm, pengen itu ke saung nikmat, pengen terapi ikan di kaki, boleh kan?"

"Boleh dong, yuk kita ke sana. Tapi sebelumnya kita mampir dulu ke tukang nangka ya.."

"Buat apa?" Jelas aku syok karena Akang tau kalau aku sangat benci sama buah satu itu. Jangankan baunya, pohonnya aja aku gak suka. Tapi ini? Buat apa dia mampir ke sana coba?

"Saya pengen bolu nangka, nanti buatin ya."

"Tapi Rey kan gak suka nangka, baunya aja gak enak."

"Tapi saya pengen bolu nangka Ay, ayoklah.."

"Ibu aja yang buatin."

"Enggak mau, pokoknya harus kamu. Please ya Ay, demi baby."

Oh Tuhan, kenapa ini? Curiga jangan-jangan dia juga lagi hamil.. kenapa lebih manja dari gua... huuwaaa.. bundaa...

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status