Share

Permintaan Aneh Pt.1

Dunia itu luas.

Tidak, dunia itu sempit.

Dunia itu sempit!

Tidak, kataku dunia itu luas. Sangking luasnya, aku sampai sekarang belum bisa ketemu sama Jimin BTS walaupun diannya pecicilan ke mana-mana. Tapi, di dunia yang seluas ini, kenapa aku harus bertemu dengan masa lalu yang sangat-sangat ingin aku lupakan.

Reza!

Bagaimana bisa dia di sini, di depanku dan menjadi guru di sekolah baru anakku?

Seantero jagat raya, kenapa harus bertemu dia lagi?

"Reynata, kamu kan ini? Aku.. aku gak nyangka kita bertemu lagi." Dia berdiri tegak menghadap ke arahku dengan kata-kata yang sedikit terputus-putus.

Dan aku pun sama, mendadak beku ketika melihatnya. Eentah mau jawab apa aku benar-benar gak tau. Kaget iya, sungkan juga iya, gak enak sama Akang iya pakek banget. Aku jadi ngerasa bersalah masukin si kembar ke sini, harusnya aku cari tahu dulu guru-gurunya.

Aku benar-benar bimbang, apa yang harus aku katakan sama Akang, kalau ternyata guru anaknya adalah mantan kekasih aku sendiri.

"Reza, iya ini aku. Gak nyangka kalau kamu jadi guru TK di sini." Jujur, aku ngomong satu kalimat itu aja udah berhasil bikin panas dingin.

"Hehe ceritanya panjang. Ini anak kamu? Wah, coba kita sapa, siapa nama pangeran dan putri yang cantik ini?" Atensi Reza beralih pada dua bocah kecil setinggi lututnya, lalu dia menunduk dan justru kini berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka. Tangannya dibuat bergerak mengusap rambut Zulfikar dengan lembut.

"Hai jagoan, siapa namamu?"

"Aku julpikay Om, ini kembayan aku, juyaikah.." Dengan nada cadelnya, zulfi menjawab pertanyaan Reza. Tapi ada yang harus aku perbaiki, dia bukan om, tapi di sini, di sekolahan ini, Reza adalah gurunya.

"Zulfi sayang, ini bukan Om, tapi Pak Reza. Ini gurunya Zulfi dan Zula, jadi hormati ya."

"Siaappp Uma..." Gigi susunya menyapa saat mereka tersenyum lebar padaku.

"Good boy, good girl. Kalian kebanggaan Uma."

Baik Retno maupun Reza sendiri tersenyum saat melihat interaksi antara aku dan kedua buah hatiku.

"Lucu banget anak kamu Rey, hehe.. yuk, siapa yang mau bermain sama Pak Reza?"

"AAKKUU!!"

Dengan gembira, Reza menuntun dua buah hatiku di tangan kanan dan kirinya. Mereka berloncatan dengan riang, sesekali ber-high five dengan loncatan tinggi untuk menjangkau tangan Reza yang tak seimbang dengan tinggi mereka.

Bagaimana ya melihatnya? Aneh.. gelenyar aneh terasa di dalam dadaku, ketika melihat keakraban mereka. Darahku berdesir hangat, jantungku terpompa kuat dan jujur aku tidak menyukai ini.

"Eumhh Ret, emhh...soal tadi.."

"Aku paham Mba, sebelum mba yang menceritakan duluan, Retno gak akan bilang apa-apa sama ustadz Husein, janji!"

Syukurlah, aku khawatir karena ini Husein akan memindahkan anak kembarnya, bukan karena aku tahu di sana ada Reza, tapi aku cuma tidak mau repot dan banyak pertanyaan dari keduanya. Belum lagi biaya sekolah yang tidak sedikit dan seragam yang sudah didapat akan sangat mubazir bila dikembalikan begitu saja.

Saat ini, aku tidak boleh banyak menghamburkan uang karena keperluan sekolah anak-anak lebih penting.

Saat aku fokus ke jalan raya, Retno dengan ponselnya aku mendengar nada dering ponselku berbunyi dan pastinya itu dari Akang. Karena aku menyetel lagu khusus sebagai tanda kalau itu dari Akang. Bila mana aku sedang mengajar dan bukan dari suamiku, aku tidak mau mengangkatnya.

"Assalamualaikum Ay, ini sudah di mana?" Suara di sana kudengar menggema, seperti lagi ada di ruangan kosong. Akang lagi di mana ya?

"Waalaikumsalam, Rey bentar lagi nyampe rumah, ada apa Akang?"

"Begini, kalau tidak repot, saya mau kamu belikan bakso cuanki yang dekat perempatan itu, tolong ya."

Akhirnya, setelah darahku dibuat hampir mendidih tadi ada juga hal yang membuat aku ingin tertawa lebar.

"Akang ngidam? Kan bisa beli sendiri pulang dakwah."

"Gak mau, maunya kamu yang beliin Ay. Pokoknya harus kamu yang racik, nanti minta videoin sama retno ya, harus kamu yang kasih kuah juga. Sama es krim cup rasa coklat satu. Saya pulang jam sepuluh, oke."

Ya ampun, ini kenapa permintaan dia jadi aneh begini? Melebihi ngidam yang dialami aku dulu. Apaan minta aku yang ngeracik cuanki nya, kan malu?

"Akang aku gemes deh, untung sayang."

"Bawaan baby Ay, aku juga gak tau kepengen banget. Sudah ya, saya keluar dari toilet dulu. Bye Istriku, assalamualaikum."

"Hehe.. waalaikumsalam big baby-ku.."

Aku gak bisa berword-word lagi deh, suamiku unik banget pengen aku yang racik sendiri. Semoga nanti gak diketawain abang-abang baksonya.

****

"Ya ampun neng, suaminya macem-macem banget dah..."

"Maapin ya Mamang, kalau gak diturutin nanti anaknya ileran, Amang mau tanggung jawab?"

"Dih ya gak mau sih, kan gak kenal. Tapi harus ya divideoin gini? Masuk tipi gak?"

"Pede banget duh, mamangnya gak masuk video tenang aja. Ini cuma sebagai bukti supaya suami saya percaya."

"Terserah deh, yang penting senang. Belinya cuma satu?"

"Iyalah, yang mau kan dia doang, Mamang."

"Ya udah cepetan neng, itu ngantri tuh pembelinya"

Sumpah, aku pengen kabur aja sama Retno. Ini malunya sampe lebaran tahun depan kayaknya, gak lagi beli cuanki ini. Akaaaangggg!!!!!

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status