Dunia itu luas.
Tidak, dunia itu sempit.Dunia itu sempit!Tidak, kataku dunia itu luas. Sangking luasnya, aku sampai sekarang belum bisa ketemu sama Jimin BTS walaupun diannya pecicilan ke mana-mana. Tapi, di dunia yang seluas ini, kenapa aku harus bertemu dengan masa lalu yang sangat-sangat ingin aku lupakan.Reza!Bagaimana bisa dia di sini, di depanku dan menjadi guru di sekolah baru anakku?Seantero jagat raya, kenapa harus bertemu dia lagi?"Reynata, kamu kan ini? Aku.. aku gak nyangka kita bertemu lagi." Dia berdiri tegak menghadap ke arahku dengan kata-kata yang sedikit terputus-putus.Dan aku pun sama, mendadak beku ketika melihatnya. Eentah mau jawab apa aku benar-benar gak tau. Kaget iya, sungkan juga iya, gak enak sama Akang iya pakek banget. Aku jadi ngerasa bersalah masukin si kembar ke sini, harusnya aku cari tahu dulu guru-gurunya.Aku benar-benar bimbang, apa yang harus aku katakan sama Akang, kalau ternyata guru anaknya adalah mantan kekasih aku sendiri."Reza, iya ini aku. Gak nyangka kalau kamu jadi guru TK di sini." Jujur, aku ngomong satu kalimat itu aja udah berhasil bikin panas dingin."Hehe ceritanya panjang. Ini anak kamu? Wah, coba kita sapa, siapa nama pangeran dan putri yang cantik ini?" Atensi Reza beralih pada dua bocah kecil setinggi lututnya, lalu dia menunduk dan justru kini berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka. Tangannya dibuat bergerak mengusap rambut Zulfikar dengan lembut."Hai jagoan, siapa namamu?""Aku julpikay Om, ini kembayan aku, juyaikah.." Dengan nada cadelnya, zulfi menjawab pertanyaan Reza. Tapi ada yang harus aku perbaiki, dia bukan om, tapi di sini, di sekolahan ini, Reza adalah gurunya."Zulfi sayang, ini bukan Om, tapi Pak Reza. Ini gurunya Zulfi dan Zula, jadi hormati ya.""Siaappp Uma..." Gigi susunya menyapa saat mereka tersenyum lebar padaku."Good boy, good girl. Kalian kebanggaan Uma."Baik Retno maupun Reza sendiri tersenyum saat melihat interaksi antara aku dan kedua buah hatiku."Lucu banget anak kamu Rey, hehe.. yuk, siapa yang mau bermain sama Pak Reza?""AAKKUU!!"Dengan gembira, Reza menuntun dua buah hatiku di tangan kanan dan kirinya. Mereka berloncatan dengan riang, sesekali ber-high five dengan loncatan tinggi untuk menjangkau tangan Reza yang tak seimbang dengan tinggi mereka.Bagaimana ya melihatnya? Aneh.. gelenyar aneh terasa di dalam dadaku, ketika melihat keakraban mereka. Darahku berdesir hangat, jantungku terpompa kuat dan jujur aku tidak menyukai ini."Eumhh Ret, emhh...soal tadi..""Aku paham Mba, sebelum mba yang menceritakan duluan, Retno gak akan bilang apa-apa sama ustadz Husein, janji!"Syukurlah, aku khawatir karena ini Husein akan memindahkan anak kembarnya, bukan karena aku tahu di sana ada Reza, tapi aku cuma tidak mau repot dan banyak pertanyaan dari keduanya. Belum lagi biaya sekolah yang tidak sedikit dan seragam yang sudah didapat akan sangat mubazir bila dikembalikan begitu saja.Saat ini, aku tidak boleh banyak menghamburkan uang karena keperluan sekolah anak-anak lebih penting.Saat aku fokus ke jalan raya, Retno dengan ponselnya aku mendengar nada dering ponselku berbunyi dan pastinya itu dari Akang. Karena aku menyetel lagu khusus sebagai tanda kalau itu dari Akang. Bila mana aku sedang mengajar dan bukan dari suamiku, aku tidak mau mengangkatnya."Assalamualaikum Ay, ini sudah di mana?" Suara di sana kudengar menggema, seperti lagi ada di ruangan kosong. Akang lagi di mana ya?"Waalaikumsalam, Rey bentar lagi nyampe rumah, ada apa Akang?""Begini, kalau tidak repot, saya mau kamu belikan bakso cuanki yang dekat perempatan itu, tolong ya."Akhirnya, setelah darahku dibuat hampir mendidih tadi ada juga hal yang membuat aku ingin tertawa lebar."Akang ngidam? Kan bisa beli sendiri pulang dakwah.""Gak mau, maunya kamu yang beliin Ay. Pokoknya harus kamu yang racik, nanti minta videoin sama retno ya, harus kamu yang kasih kuah juga. Sama es krim cup rasa coklat satu. Saya pulang jam sepuluh, oke."Ya ampun, ini kenapa permintaan dia jadi aneh begini? Melebihi ngidam yang dialami aku dulu. Apaan minta aku yang ngeracik cuanki nya, kan malu?"Akang aku gemes deh, untung sayang.""Bawaan baby Ay, aku juga gak tau kepengen banget. Sudah ya, saya keluar dari toilet dulu. Bye Istriku, assalamualaikum.""Hehe.. waalaikumsalam big baby-ku.."Aku gak bisa berword-word lagi deh, suamiku unik banget pengen aku yang racik sendiri. Semoga nanti gak diketawain abang-abang baksonya.****"Ya ampun neng, suaminya macem-macem banget dah...""Maapin ya Mamang, kalau gak diturutin nanti anaknya ileran, Amang mau tanggung jawab?""Dih ya gak mau sih, kan gak kenal. Tapi harus ya divideoin gini? Masuk tipi gak?""Pede banget duh, mamangnya gak masuk video tenang aja. Ini cuma sebagai bukti supaya suami saya percaya.""Terserah deh, yang penting senang. Belinya cuma satu?""Iyalah, yang mau kan dia doang, Mamang.""Ya udah cepetan neng, itu ngantri tuh pembelinya"Sumpah, aku pengen kabur aja sama Retno. Ini malunya sampe lebaran tahun depan kayaknya, gak lagi beli cuanki ini. Akaaaangggg!!!!!***Nyam...nyamm.. eumhh.. nyamm..Tampaknya lelaki kelebihan hormon itu menikmati sekali kuah bakso yang dicampur dengan eskrim coklat sesuai keinginannya sambil cekikikan melihat video aku meracik bakso tadi. Matanya fokus dan sesekali hilang ketika tawanya semakin lebar. Dia seperti lagi makan makanan terenak di dunia padahal aku yang lihatnya aja sungguh eneg, tapi dia sepertinya ketagihan banget. Aku bahkan gak tertarik nanya gimana rasanya, yang pasti rasanya aneh."Enak ih beneran, pedes manis dingin gitu..""Benar enak? Ini aneh loh Akang, mana ada kuah bakso dikasih eskrim coklat.""Siapa bilang gak ada? Ini buktinya saya makan. Kamu cobain deh, rasanya langka."Dia menaikkan sendok dan menyodorkan bakso dengan kuah aneh itu ke mulutku, tapi secepat kilat aku menutupnya dan menolak mentah-mentah suapan itu."Akang ah, Rey gak mau. Akang makan aja sendiri ya, silakan dihabiskan sampai kenyang.""Ih sesuap aja Ay, please.""Gak mau.. Ayaaaahhh Akang jahat.""Kok malah panggil mert
"Hmm mau ngomong apa?"Sejujurnya ini salah, ajakan Reza saat ingin ngobrol denganku dan aku menyetujuinya, ini salah. Aku merasa masa lalu kelam terulang kembali dengan membohongi Akang. Harusnya aku menolak, tidak harusnya aku bilang ke Akang tentang ini. Aku justru menyembunyikannya dan malah menerima ajakan ngobrol ini. Aku pasti sudah gila. Aku pasti kehilangan akal warasku karena setuju duduk di bangku taman ini berdua dengan yang bukan suamiku. Kapan aku jujurnya? Kapan aku bisa bilang kalau ternyata Reza guru anak-anak kita, Akang? Cuma mampu membatin, gak bisa diungkapkan langsung."Sebentar aja, aku cuma mau bilang selamat katanya kamu lagi hamil lagi.""Hah?" Aku sedikit terkejut karena dia bisa tau itu dari mana? Bahkan ibu mertua dan anak aku aja baru tau tadi malam. "Hehe jangan terkejut, aku tahu dari anak-anak kamu Rey. Tadi pas mau masuk kelas dia cerita kalau mereka mau punya adik." Mendengar penjelasan dari Reza, akhirnya aku paham dia bisa tahu privasi itu dari
(Author POV)"Sarah?" Husein benar-benar tak sengaja menyebut nama itu karena hanya nama Sarah yang terpikir olehnya. Bukan berarti selama ini Husein punya celah untuk memikirkan Sarah, hanya saja wajah itu tampak tak asing menyapa indera penglihatannya. "Astaghfirullah, apa yang terjadi padamu mba Sarah?"Yang ditanya hanya diam dan belum bersedia menghentikan tangisannya, bahkan wanita itu juga masih enggan beranjak dari posisinya yang sedang terduduk menyender di pintu mobil Husein dengan wajah yang ditelusupkan ke lipatan tangan. "Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Jika ada yang melihat ini, saya yakin pasti akan mengundang kesalahpahaman dan berujung fitnah." Husein masih menenteng kantung kresek belanjaannya dan sibuk berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang. Pertama mungkin alangkah lebih baik jika dia meninggalkan wanita ini karena demi menghindari fitnah. Tapi ketahuilah, Husein bukan manusia tanpa hati yang tega meninggalkan hamba Allah apalagi terlihat sedang d
Karena setelah setengah jam tidak ada perubahan, maka Husein putuskan untuk mengakhiri pertemuan 'tak sengaja' ini sekarang juga. Ia berpikir ingin segera sampai di rumah dan menceritakan semua yang terjadi pada Reynata. Mungkin jika pada sesama wanita, Sarah akan lebih terbuka untuk menceritakan masalahnya.Berhubung minimarket yang mereka datangi juga bersiap mau tutup, jadi alangkah baiknya kalau-"Ustadz.. boleh saya bicara?"Belum selesai Husein bermonolog dalam hatinya, rupanya Sarah membuka pembicaraan."Sebetulnya itu yang saya harapkan sejak tadi. Tiga puluh menit saya habiskan dengan sia-sia di sini, dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Meminta kamu menceritakan masalahmu jujur itu bukan hak saya, tapi saya tidak bisa meninggalkan kamu sendirian. Bahkan jika itu bukan kamu Mba Sarah, saya akan melakukan hal serupa." kata Husein saat merasakan kelegaan dalam hatinya dan mengucurlah segala unek-unek yang dia tahan selama tiga puluh menit lamanya."Maafkan saya.. saya ha
"Ini apartemen kamu mba Sarah, ini kuncinya."Jangan tanya bagaimana kondisi ustadz Husein saat ini, jauh lebih kacau dari Sarah yang mengalami musibah. Apa yang dilakukannya mungkin terlihat jahat pada sang istri, tapi nyata dia bisa menyelamatkan nyawa seseorang.Beberapa saat lalu, Sarah menolak bantuan Husein dan bersikeras tidak ingin berhubungan lagi dengan lelaki itu. Biar saja untuk malam ini Sarah memilih tidur di sembarang tempat sebelum mencari pekerjaan dan mengumpulkan uang untuk menyambung hidupnya. Bahkan Sarah sudah pergi dari hadapan Husein.Tapi, lelaki itu tidak bisa begitu saja membiarkan Sarah pergi sendiri. Ingatannya entah kenapa melompat pada peristiwa beberapa tahun lalu saat nama baiknya tercoreng sebagai pelaku pemerkosa dan pembuahan.Husein tak mungkin lupa jasa Sarah yang bersaksi di hadapan banyak orang ketika berjuang membersihkan namanya lagi, dan itu akan jadi hutang budi seumur hidup. Bahkan Husein sempat rela akan menikahi perempuan itu sebagai syar
Warning!!!!!!!!!!Ceritanya akan sering ganti-gantian sudut pandang, Soalnya di season kedua ini akan fokus ke Reynata dan juga ke ustadz Husein. Jadi kalau sedikit pusing harap maklum ya readerrsssss..*****Mobil yang dikendarai Husein telah sampai dengan selamat di depan kediamannya dan ketika melirik jam tangan, sekarang tepat pukul sepuluh malam.Jawaban apa yang akan diberikan Husein ketika istrinya bertanya dari mana dan apa yang dilakukannya sampai pukul sepuluh malam?Yaps, jawabannya berdakwah. Apa Husein berbohong? Tentu tidak, karena sepanjang koridor menuju pintu apartemen Sarah Husein tidak henti-hentinya memberikan ceramah atau nasihat-nasihat pada wanita itu, dalam artian berdakwah agar perempuan itu senantiasa mengingat Allah di kala diterpa musibah seperti ini.Walau hanya pada satu orang, tetap dikatakan berdakwah kan?"Assalamualaikum... Ay??" Tidak terdengar sahutan berarti Husein menganggap Reynata sudah tertidur pulas dengan dua buah hatinya. Ia berjalan ke ara
"Ay, mau makan apa?" Saat ini Husein dan Rey duduk di sofa ruang tengah, atau ruang keluarga dan apa yang Rey lakukan adalah sedang mengeringkan rambut gondrong suaminya yang basah karena habis keramas. Rutinitas baru aku akhir-akhir ini yang sering dia lakukan adalah manjain Akang Husein lebih dari biasanya. Bahkan, untuk pakai baju aja Rey pengen dia sendiri yang pilihkan untuk suaminya.Gak jauh beda sih, dari dulu juga begitu tapi itu berlaku buat baju Koko, gamis, atau setelan jas untuk dakwah. Hanya yang sekarang, baju sehari-hari pun harus Rey yang pilih."Terserah deh. Akang bisanya masak apa?" Katanya, kali ini Husein yang mau berinisiatif menyiapkan makan siang kami juga untuk anak-anak.Reynata tidak menyuruhnya, yang semangat perang sama talenan dan pisau ya dia sendiri. Katanya, mau jadi suami idaman."Gimana kalau ayam BBQ pedas?""Gak lah, Rey mau mie sama jus aja."'Tadi katanya terserah' batin Husein."Saya agak kurang setuju ya, karena mie kurang baik buat kamu dan
Padahal baru saja Reynata selesai mengurus sang suami yang terkapar akibat mualnya, kini Rey harus menerima kenyataan kalau ustadz Husein harus pergi sebentar.Setelah menerima pesan masuk, Husein berkata kalau dia harus segera pergi."Mau ke mana sih?" "Saya ada urusan sebentar.""Ke mana, sama siapa? Lama enggak? Kira-kira pulangnya jam berapa?"Aneh, tidak biasanya Rey banyak tanya seperti itu. Dulu-dulu ketika Husein mau pergi keluar, ke mana pun Rey tidak pernah bertanya apa tujuannya, dia hanya bilang iya dan satu atau dua jam kemudian sang suami yang amat dicintainya itu sudah kembali pulang.Tapi sekarang saat Husein menyimpan rahasianya sendiri justru rasa takut itu muncul dan tak nyaman dengan berbagai pertanyaan yang dilontarkan istrinya. Husein hanya tidak mau banyak membungkus jawabannya, mencari perlindungan yang membuat dia perlu berbohong karena itu semua, dosa."Saya ada urusan sebentar, saya akan cepat kembali. Saya mau ajak kamu tapi lihat, sebentar lagi anak-anak