Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tetapi Edmun belum juga bisa tidur. Ia bergerak gelisah di samping sang Istri yang sudah terlelap. Pakaian yang dikenakan Luisa pun malam ini tertutup. Piyama berlengan panjang dan juga celana panjang. Sepertinya Luisa sudah mawas diri dari suaminya sendiri.
Tidak biasanya ia tidur dengan piyama panjang, karena ia suka tidur dengan pakaian seksi sambil dipeluk suaminya. Namun, malam ini Luisa tidur menunggu ngilang Edmun, karena wanita itu masih kesal bercampur takut. Ting! Sebuah pesan dari bos besar, ia buka dengan hati was-was. 'Jika secara langsung kamu tidak bisa mendapatkan foto Luisa, kamu bisa menggunakan obat tidur. Ia akan sangat lelap untuk beberapa jam. Itu lebih mudah tanpa ia ketahui. Aku tunggu paling lambat besok malam. ''Baik, Pak, segera saya lakukan seperti arahan Bapak.'SendSetelah mendapatkan saran ide dari bosnya, barulah Edmun bisa tidur. Ya, ia tidak mungkin mengambil foto naked istrinya secara terang-terangan, harus diam-diam. Jika tidak cepat, maka bunga utangnya pada pria dewasa itu semakin bertambah banyak. Keesokan paginya, Luisa bangun terlambat dan ia tidak menemukan di mana suaminya. Di kamar mandi dan di semua ruangan yang ada di rumah, Luisa tidak menemukan suaminya. Ponsel Edmun pun tidak bisa ia hubungi. "Nyonya sudah bangun," sapa Bik Noni yang baru kembali dari halaman belakang, sambil membawa keranjang cucian. "Bik, suami saya ke mana ya? Apa Bibik lihat kapan suami saya pergi?" tanya Luisa sembari meneguk air putih dingin langsung dari botol yang ada di dalam kulkas. "Jam delapan tadi, Nyonya. Ini sudah jam sepuluh, apa Nyonya mau sarapan?""Oh, sudah pergi sejak pagi. Ya sudah, saya mau mandi dulu saja, nanti baru makan. Kamu masak apa?" "Baru ada nasi goreng, Nyonya. Saya belum belanja karena stok bahan makanan sudah habis semua." Bik Noni menunjukkan freezer yang kosong. Begitu juga dengan tempat penyimpanan sayur pada Luisa. "Oh, ya sudah, saya sarapan nasi goreng saja sama buatkan susu coklat. Saya ambil uang di kamar untuk Bik Noni belanja." Luisa berjalan masuk ke kamar. Ia membuka tas untuk mengambil beberapa lembar uang merah. Memang sudah menjadi rutinitas Bik Noni berbelanja kebutuhan memasak seminggu sekali di pasar. "Eh, kenapa tinggal satu lembar?" Luisa mendadak pucat. Ke mana uang lima juta yang baru ia tarik dari ATM yang ada di bandara kemarin. Ia sangat jelas mengingat besaran uang itu belum sama sekali ia pakai karena saat membayar taksi menggunakan saldo aplikasinya. Pasti Mas Edmun yang mengambil uangnya dari dalam dompet. Batin Luisa kesal. Ia berjalan mengambil ponsel yang ada di atas meja rias. Ia mencoba menghubungi suaminya, tetapi tidak juga tersambung. Kring! Kring! Ponselnya berdering keras, tetapi bukan Edmun yang meneleponnya, melainkan ibu mertua. "Halo, Ma.""Halo, Luisa. Kenapa ponsel Edmun tidak bisa dihubungi sejak subuh. Mama ada perlu sekali.""Gak tahu, Ma. Mas Edmun pergi dari pagi kata Bik Noni. Saya bangun, Mas Edmun sudah tidak ada di kamar.""Ya ampun, kamu baru bangun jam segini?""Eh, iya, Ma. Maaf, semalaman saya gak bisa tidur. Jadinya kesiangan.""Alasan terus deh kamu, Luisa. Sudah, pokoknya kalau Edmun memberi kabar, segera suruh telepon Mama. Penting sekali ini. Mm... atau kamu punya lima puluh juta gak? Mama pinjam dulu untuk nalangin arisan ibu-ibu yang sudah dapat arisan, tapi kabur.""Hah? Lima puluh juta, gak ada, Ma. Mas Edmun juga lagi sepi kerjaan kayaknya, tapi nanti saya sampaikan ya, Ma."Tanpa basa-basi lagi panggilan itu terputus begitu saja. Luisa terduduk sambil menghela napas. Kenapa dua hari ini sangat aneh sekali? Luisa keluar dari kamar setelah ia selesai mandi. Uang merah yang tersisa satu lembar itu ia berikan pada Bik Noni. Tentu saja ART-nya bingung dengan uang yang sekarang ada di tangannya. "Nyonya, mau beli apa dengan uang segini? Ini untuk belanja berapa hari?" tanya Bik Noni. "Untuk hari ini saja, Bik. Saya sedang ingin makan ikan. Masak ikan gurame asam manis saja." Bik Noni pun mengangguk paham. "Uang saya dipakai Mas Edmun dan saya belum sempat ambil uang lagi," kata Luisa beralasan. "Baik, Nyonya, gak papa, tapi hari ini saya jadi gajian kan? Kemarin kata Nyonya, menunggu Nyonya pulang dari Singapura," ujar Bik Noni dengan senyum semringah. Luisa memijat keningnya. Uang lima juta yang ia tarik dari rekeningnya kemarin sebesar empat juta untuk membayar gaji Bik Noni, tetapi uangnya sudah tidak ada di dompet."Ma, Kevin gak bersalah, Ma. Wanita itu memfitnah Kevin. Kevin gak tahu apa-apa soal Dion dan Kevin gak kenal wanita itu!" Kevin terus merengek pada mamanya dari balik jeruji besi. "Mama justru bingung sama kamu. Kalau kamu gak kenal, kenapa wanita bernama Elsa itu punya semua buktinya? Dia sampai punya struk pembayaran hotel, villa, bukti chat ponsel, bukti transfer, dan rekaman suara kamu berencana mencelakai lelaki bernama Dion. Mama gak bisa bantu kamu, Kevin. Mama harap kamu bertaubat! Pantas Tuhan tidak ijinkan Mama berbesan dengan Bu Rana, ternyata emang anak Mama yang gak pantas bersanding dengan putri mereka.""Mama, semua itu fitnah! Mama harus percaya Kevin." Namun yang dilakukan wanita adalah segera beranjak dari penjara. Tujuannya hari ini adalah pergi ke rumah orang tua Elsa. Ya, ia harus mendengar cerita tentang Elsa dan juga Kevin.Bu Dian terheran-heran melihat kedatangan seorang wanita yang tidak ie kenal."Ibu siapa ya?" tanya Bu Dian yang saat ini sedang menimang
Dewasa(21+) Romi dan Mutia sudah tiba di Bali. Tiket honeymoon pemberian Elsa tentu saja saja tidak akan dilewatkan oleh keduanya. Ya, Elsa-lah yang memberikan Romi tiket bulan madu sebagai hadiah pernikahan kedua suaminya. Sampai kapan pun Elsa merasa tidak akan bisa membalas semua kebaikan dan juga ketulusan suaminya. Pemuda yang menjadi tersangka atas skandal yang ia susun bersama kekasihnya Kevin. Sebuah foto dikirimkan Mutia pada Elsa sebagai informasi bahwa mereka sudah sampai di kamar pengantin yang dipesan oleh Elsa. Selamat berbulan madu. Itulah pesan yang dibalas oleh Elsa. Mutia memperlihatkan balasan pesan pada suaminya. “Aa yakin kalau Mbak Elsa baik-baik saja? kenapa diterima hadiah bulan madu seminggu ini. Mahal banget loh,. Padahal papa juga mau kasih tiket bulan madu, tapi udah keduluan Mbak Elsa,” kata Mutia tisak enak hati. Romi tersenyum hangat, lalu menarik Mutia dalam pelukannya. “Ing
“Kamu ini, Pa, gak dapat ibunya, tetap saja terobsesi dengan keluarganya. Anak sendiri masih muda, cantik kaya, malah dapatnya suami orang. Nambah anaknya pula.” Rana terus menggerutu di kursi orang tua pengantin. Wanita itu masih tidak ikhlas jika putrinya menikah dengan Romi; anak dari wanita yang dahulunya digilai suaminya. Ditambah posisi Romi saat ini masih istri dari Elsa yang baru tiga puluh dua hari yang lalu melahirkan, tentu saja pernikahan yang seperti terburu-buru ini mengundang banyak gosip di luaran sana. “Ma, anaknya saling suka, kok. Kenapa kita harus gak setuju? Romi itu anak baik. Solatnya rajin dan juga pintar. Dia belum lulus aja udah dapat kerjaan. Pernikahannya dengan Elsa itu kecelakaan, bukan seperti pernikahan lainnya. Mama gak perlu khawatir, anak perempuan kita pasti senang dan bahagia bisa menikah dengan pujaan hatinya.” Levi tersenyum pada para tamu undangan yang sedang berjalan ke arahnya untuk bersalaman. Di seberang kursi orang tua ada L
"Selamat Pak Romi, bayinya lelaki dan lahir dengan selamat, meskipun baru delapan bulan di dalam perut.""Alhamdulillah, apa saya bisa melihat istri saya, Dok? Istri saya beneran gak papa?""Nggak papa, Pak, semuanya sehat selamat. Lagi disiapkan dulu untuk pindah kamar ya. Bayinya juga dibersihkan dulu, baru nanti bisa diazankan.""Berat badannya berapa, Dok?" tanya Bu Diana menyela."Beratnya tiga kilogram lebih dua ons. Panjangnya empat puluh sembilan. Normal semua dan tampan." Romi tersenyum senang sambil menoleh pada mertuanya. "Alhamdulillah, terima kasih banyak, Dok." Semua orang yang ada di sana ikut senang dengan kabar yang diberikan dokter, termasuk Luisa dan suaminya. Meski mereka tahu yang lahir bukanlah cucu dari benih anak mereka, tetapi mereka tidak keberatan dan tetap menerima Elsa. "Selamat Romi, terima kasih sudah menjaga Elsa dengan baik. Bunda gak sangka anak lelaki Bunda bisa hebat sekali seperti ini," ucap Luisa sembari memeluk putranya. Romi terharu, hingga ad
"Mama gak habis pikir sama kamu, Elsa. Apa maksud kamu membiarkan Romi menikahi gadis bernama Mutia? Romi itu suami kamu. Dia peduli sama kamu, Elsa. Kamu hamil dan dia juga sayang sama anak kamu!" Bu Diana hampir menangis saat mengetahui kabar bahwa Romi baru saja melamar gadis bernama Mutia. "Gak adil buat Romi, Ma. Sampai saat ini saya gak tahu bagaimana saya di masa lalu. Saya juga gak ngerti hubungan saya dan Romi seperti apa. Ternyata Romi punya wanita yang ia suka, begitu juga sebaliknya. Romi terlalu baik, Ma. Gak mungkin Elsa tega mengambil Romi. Setelah anak ini lahir, Elsa akan melepas Romi. Ini sudah keputusan Elsa. Romi pun setuju. Mama gak usah khawatir, Elsa gak papa. Elsa udah anggap Romi itu adik Elsa. Benar dia sayang Elsa, tapi sebagai kakak, bukan pasangan karena Romi menyukai dan mencintai Mutia. Bulan depan mereka akan menikah, dua Minggu menjelang saya HPL, semoga saja berjalan lancar." Bu Dian memijat keningnya. Ia tidak bisa begitu saja merubah keputusan putr
"Mbak Elsa mau tinggal di sini?" Romi menatap Elsa tidak percaya."Iya, mau di sini saja nginep lagi. Rumah bunda kamu adem." Romi merapikan baju kemeja yang hari ini ia pakai ke kampus. Pemuda itu tidak keberatan saat istrinya membantu mengancingkan beberapa kancing kemeja bagian bawah. "Saya mau kuliah.""Iya, yang bilang kamu mau konser itu siapa? Kuliah aja. Aku mau di sini. Ini kan rumah suamiku." Elsa memegang kedua pipi Romi sambil tersenyum."Boleh? Kalau gak boleh, aku cium, nih!" pemuda itu tidak punya pilihan selain setuju. Elsa tertawa, lalu mengambil tas ransel Romi untuk dibawa ke depan."Aku tunggu di ruang makan ya." Romi menatap pintu yang tertutup kembali. Tidak ada debat di jantungnya, seperti bila ia berdekatan dengan Mutia. Murni sikapnya pada Elsa adalah bentuk perhatiannya sebagai suami. Ditambah Elsa yang sedang amnesia bersikap begitu baik, maka tidak ada alasan baginya untuk membalas sikap buruk Elsa sebelum kejadian kecelakaan itu. Gegas ia menyemprotkan p