“Kamu ini, Pa, gak dapat ibunya, tetap saja terobsesi dengan keluarganya. Anak sendiri masih muda, cantik kaya, malah dapatnya suami orang. Nambah anaknya pula.” Rana terus menggerutu di kursi orang tua pengantin. Wanita itu masih tidak ikhlas jika putrinya menikah dengan Romi; anak dari wanita yang dahulunya digilai suaminya. Ditambah posisi Romi saat ini masih istri dari Elsa yang baru tiga puluh dua hari yang lalu melahirkan, tentu saja pernikahan yang seperti terburu-buru ini mengundang banyak gosip di luaran sana. “Ma, anaknya saling suka, kok. Kenapa kita harus gak setuju? Romi itu anak baik. Solatnya rajin dan juga pintar. Dia belum lulus aja udah dapat kerjaan. Pernikahannya dengan Elsa itu kecelakaan, bukan seperti pernikahan lainnya. Mama gak perlu khawatir, anak perempuan kita pasti senang dan bahagia bisa menikah dengan pujaan hatinya.” Levi tersenyum pada para tamu undangan yang sedang berjalan ke arahnya untuk bersalaman. Di seberang kursi orang tua ada L
Dewasa(21+) Romi dan Mutia sudah tiba di Bali. Tiket honeymoon pemberian Elsa tentu saja saja tidak akan dilewatkan oleh keduanya. Ya, Elsa-lah yang memberikan Romi tiket bulan madu sebagai hadiah pernikahan kedua suaminya. Sampai kapan pun Elsa merasa tidak akan bisa membalas semua kebaikan dan juga ketulusan suaminya. Pemuda yang menjadi tersangka atas skandal yang ia susun bersama kekasihnya Kevin. Sebuah foto dikirimkan Mutia pada Elsa sebagai informasi bahwa mereka sudah sampai di kamar pengantin yang dipesan oleh Elsa. Selamat berbulan madu. Itulah pesan yang dibalas oleh Elsa. Mutia memperlihatkan balasan pesan pada suaminya. “Aa yakin kalau Mbak Elsa baik-baik saja? kenapa diterima hadiah bulan madu seminggu ini. Mahal banget loh,. Padahal papa juga mau kasih tiket bulan madu, tapi udah keduluan Mbak Elsa,” kata Mutia tisak enak hati. Romi tersenyum hangat, lalu menarik Mutia dalam pelukannya. “Ing
"Ma, Kevin gak bersalah, Ma. Wanita itu memfitnah Kevin. Kevin gak tahu apa-apa soal Dion dan Kevin gak kenal wanita itu!" Kevin terus merengek pada mamanya dari balik jeruji besi. "Mama justru bingung sama kamu. Kalau kamu gak kenal, kenapa wanita bernama Elsa itu punya semua buktinya? Dia sampai punya struk pembayaran hotel, villa, bukti chat ponsel, bukti transfer, dan rekaman suara kamu berencana mencelakai lelaki bernama Dion. Mama gak bisa bantu kamu, Kevin. Mama harap kamu bertaubat! Pantas Tuhan tidak ijinkan Mama berbesan dengan Bu Rana, ternyata emang anak Mama yang gak pantas bersanding dengan putri mereka.""Mama, semua itu fitnah! Mama harus percaya Kevin." Namun yang dilakukan wanita adalah segera beranjak dari penjara. Tujuannya hari ini adalah pergi ke rumah orang tua Elsa. Ya, ia harus mendengar cerita tentang Elsa dan juga Kevin.Bu Dian terheran-heran melihat kedatangan seorang wanita yang tidak ie kenal."Ibu siapa ya?" tanya Bu Dian yang saat ini sedang menimang
Luisa adalah seorang istri cantik dari pria kaya bernama Edmun. Apapun yang ia minta, selalu dituruti oleh suami tercinta. Hidupnya bergelimang harta sejak ia masih kecil, hingga ia menjadi istri Edmun. Namun, suatu hari, semua berubah. "Sayang, ada apa ini? Kenapa tiga mobilku tidak ada di garasi? Lalu, brangkas perhiasan dan uang di kamar ini ada di mana?" Luisa begitu terkejut saat ia pulang dari jalan-jalan ke Singapore dan melihat rumah mewahnya dalam keadaan kosong. Mobil dan brangkas tidak ada di tempatnya. Begitu juga beberapa perabotan mahal lainnya. "Sayang, ada apa?" Luisa bertanya lagi dengan lembut sambil menghampiri suaminya. Menyentuh pundak pria tampan itu dengan hati-hati. "Luisa, bukan hanya mobil dan brangkas. Kita bisa kehilangan rumah ini juga kalau kamu tidak segera menolongku." Edmun meraih tangan Luisa, menggenggamnya dengan erat. Matanya begitu merah dan tubuhnya sangat bau. Luisa menahan mual setengah mati karena aroma menjijikkan dari suaminya yang tengah
"Tidak, Mas, aku tidak mau foto tanpa busana seperti ini! Apa kamu sudah tidak waras? Aku istrimu, Mas! Hanya lelaki tidak punya akal panjang yang meminta istrinya foto tanpa busana. Untuk apa? Mau diberikan pada siapa? Ada apa sebenarnya dengan kamu, Mas?" Luisa berteriak histeris sambil mencoba membungkus tubuhnya yang polos dengan seprei. Ya, mau tidak mau, ia harus gerak cepat untuk mencabut karet sudut seprei agar terlepas dan lain berwarna putih itu bisa menutupi tubuhnya. "Luisa, sedikit saja! Ayolah, aku mohon sekali padamu, Sayang! Sini, berikan kain ini, aku janji nanti akan aku blur bagian penting." Edmun menarik ujung kain yang tersisa. "Tidak! Jangan, Mas! Aku gak mau!" Luisa menahan seprei yang berhasil ia kenakan sembarangan di tubuhnya. Ponsel Edmun masih mengarah padanya. Tarik-menarik terus terjadi dengan is akan ketakutan Luisa. Sadar ini bukan saat yang tepat, Edmun pun mengalah. Karena semakin ia memaksa, Luisa akan semakin takut padanya. Hal ini tidak boleh ka
Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tetapi Edmun belum juga bisa tidur. Ia bergerak gelisah di samping sang Istri yang sudah terlelap. Pakaian yang dikenakan Luisa pun malam ini tertutup. Piyama berlengan panjang dan juga celana panjang. Sepertinya Luisa sudah mawas diri dari suaminya sendiri. Tidak biasanya ia tidur dengan piyama panjang, karena ia suka tidur dengan pakaian seksi sambil dipeluk suaminya. Namun, malam ini Luisa tidur menunggu ngilang Edmun, karena wanita itu masih kesal bercampur takut. Ting! Sebuah pesan dari bos besar, ia buka dengan hati was-was. 'Jika secara langsung kamu tidak bisa mendapatkan foto Luisa, kamu bisa menggunakan obat tidur. Ia akan sangat lelap untuk beberapa jam. Itu lebih mudah tanpa ia ketahui. Aku tunggu paling lambat besok malam. ''Baik, Pak, segera saya lakukan seperti arahan Bapak.'SendSetelah mendapatkan saran ide dari bosnya, barulah Edmun bisa tidur. Ya, ia tidak mungkin mengambil foto naked istrinya secara terang-terangan,
["Mas, kamu di mana? Kenapa kamu ambil uang di dalam dompetku? dan sekarang rekeningku gak bisa dipakai untuk narik uang. Bik Noni mau gajian bulan ini, Mas."]["Iya, Luisa, tadi aku pakai dulu uang di dompet kamu. Aku udah berusaha bangunin kamu, tapi kamu tetap pulas. Aku pakai dulu ya. Nanti segera aku bayarkan kalau hari ini dapat uang. Aku janji."]["Kamu jangan bohong, Mas! Awas aja kalau bohong!"]Panggilan itu terputus begitu saja. Entah sinyal atau memang Edmun sengaja memutusnya. Luisa keluar dari bilik ATM dengan langka lunglai. Untunglah masih ada saldo di akun aplikasi go*ek sehingga ia masih bisa ke sana-kemari tanpa mengeluarkan uang. Tidak ada cara lain, ia harus pergi ke rumah papanya. Ia harus minta tolong pada papanya, paling tidak pinjam uang untuk membayar gaji Bik Noni dan tentu saja untuk uang pegangannya selama suaminya terlilit utang yang tidak jelas ia tahu untuk apa. Dengan naik ojek online, Luisa pergi ke rumah orang tuanya yang berada di kawasan elit ib
Luisa sudah di rumah sejak pukul tujuh malam. Gaji Bik Noni sudah ia berikan dan Bik Noni ijin pulang kampung untuk dua hari. Memang sudah menjadi kebiasaannya, setelah menerima gaji, makan akan ijin selama dua hari untuk melihat anaknya di kampung yang masih berusia enam tahun. Sekarang hanya dirinya saja yang berada di rumah besar, duduk di ranjang sambil menyalakan TV. Ia sama sekali tidak berani keluar kamar jika tidak ada Bik Noni di rumah ataupun suaminya. Acara yang ia lihat juga acara discovery Channel tentang hewan. Jika menonton drama Korea, ia akan mudah baper, kalau nonton horor, ia akan semakin mati ketakutan di rumah, jika nonton kartun, maka rasa pesimis nya kembali datang. Kenapa? Karena sekian tahun menikah, ia belum juga mendapatkan keturunan dari Edmun. Suara motor berhenti di depan rumahnya. Luisa turun dari tempat tidur, kemudian berjalan ke arah jendela untuk melihat apakah benar motor itu berhenti di depan rumahnya. Rasa was-was itu pasti ada, apalagi ia send