Share

Bab 4. Keegoisan Orang Tua

last update Last Updated: 2025-10-15 22:51:07

Azumi mengernyitkan alis mendengar perkataan Lili. Seketika jadi membandingkan kehidupan Riri jauh lebih bebas di matanya. Tiba-tiba dia mempunyai ide agar Lili dan Ansel bisa bertahan. Dia juga tidak mau Lili bercerai dengan Ansel. 

Jika mereka bercerai, mereka tidak lagi mempunyai penyokong dana perusahaan. Mereka bukan orang kaya, mereka berasal dari orang biasa. Sejak Lili dekat dengan Ansel kehidupan mereka semakin membaik. Keluarga Ansel sering membantu mereka. 

Apalagi sejak mereka menikah, keluarga Ansel menyumbang banyak dana sehingga perusahaan mereka semakin berkembang pesat. Azumi tidak mau jatuh miskin lagi seperti dulu. Dia akan melakukan apapun agar Ansel dan Lili tetap bisa bertahan. Keutuhan rumah tangga Ansel adalah kunci kekayaan mereka.

"Mama punya ide," sahut Azumi gembira.

"Apa ide Mama?" tanya Ansel penasaran.

"Bagaimana jika Riri memberikan kalian anak. Pasti orang tua kalian tidak akan curiga," ujar Azumi egois. Mementingkan kepentingan diri sendiri dan ingin mengorbankan anak yang lain.

"Maksud Mama?" tanya Lili pura-pura tidak mengerti. 

Lili sudah bisa menebak kemana arah pikiran sang mama. Dia dan Azumi sering bersama, sehingga bisa dengan cepat tahu gerak-gerik Azumi.

"Maksud Mama, Ansel menikahlah dengan Riri. Setelah Riri memberikan kalian anak, kamu bisa bercerai lagi dengan Riri," kata Azumi tanpa beban. Bagai menawarkan harga sembako.

"Mama, Mama jangan gila. Riri juga anak kita. Itu akan menghancurkan masa depan Riri, Ma," bantah David tidak setuju.

"Ansel juga tidak setuju Ma. Ansel tidak mau menyakiti Riri apalagi Lili," tolak Ansel juga.

"Jika itu demi pernikahan kita, Lili tidak apa-apa, Ansel. Lili ikhlas," jawab Lili menyakinkan Ansel.

"Nggak Lili, aku tidak akan setuju dan tidak akan pernah setuju. Bagaimana aku menikahi Riri disaat kita sudah menikah. Dia itu kakak kandung kamu."

"Semuanya bisa diatur. Untuk sementara kalian bisa bercerai secara sembunyi agar tidak diketahui oleh orang tua kamu. Setelah itu, kamu dan Riri bisa menikah rahasia sampai Riri memberikan kalian anak. Kemudian kalian bisa bercerai dan kamu bisa menikah lagi dengan Lili. Dengan begitu pernikahan kalian akan baik-baik. Orang tua kamu tidak akan curiga tentang anak itu. Lagian Lili dan Riri saudara kembar, selain mereka mirip maka DNA anak itu tidak akan jauh beda," usul Azumi.

"Ma, pernikahan bukan permainan. Tidak bisa main cerai saja. Mama pikirkan juga perasaan Riri. Riri juga anak kandung kita, Ma!"

"Papa diam saja. Apa Papa mau anak kita sedih dan bercerai. Apa Papa mau kita tidak berbesanan lagi sama orang tua Ansel. Apa Papa pikir, jika tidak ada keluarga Ansel kita bisa seperti sekarang? Apa Lili bisa sesehat sekarang? Papa harus ingat, keluarga Ansel yang telah banyak membantu kita menyembuhkan Lili?" tanya Azumi bertubi-tubi.

"Pa … Papa …." David kehilangan semua kata-kata. Dia tidak bisa memungkiri jika orang tua Ansel sangat berpengaruh bagi bisnis dan keluarganya.

"Pa, Ma cukup. Kalian jangan bertengkar lagi. Salahkan saja Lili," potong Lili.

"Ini bukan salah kamu, Lili," sambung Ansel.

"Jadi bagaimana Ansel?" tanya Azumi.

"Maaf Ma, Ansel tidak…."

"Ansel, aku tidak masalah kok. Aku akan sabar menunggu sampai anak itu lahir. Riri pasti juga tidak akan keberatan. Dia adalah kakak perempuan yang baik," bujuk Lili.

"Tapi …."

"Aku mohon, Ansel. Ini demi hubungan kita."

"Tetap saja aku tidak bisa Lili. Aku …."

"Jadi kamu memiliki berpisah sama aku?" tanya Lili dengan air mata yang keluar membasahi pipi. Hanya air mata solusi terakhir saat Ansel tidak bisa menuruti kemaunya.

"Nggak Lili, kita tidak akan berpisah."

"Jadi kamu setuju Ansel?" tanya Azumi senang.

"Ma, biarkan Ansel berpikir dulu. Ini keputusan yang sangat berat," sahut Ansel tidak berani menatap mereka.

"Ansel, terima kasih," kata Lili senang dan memeluk Ansel.

Lili sangat percaya diri jika Ansel akan menyetujui ide. Seketika sebuah senyuman miring terukir manis di mulutnya. Sekarang semua sesuai dengan rencana.

"Sekarang soal Riri serahkan saja sama Papa. Papa yang akan mengurus semua," ujar Azumi.

"Kok Papa, Ma. Ini kan ide Mama. Papa masih belum setuju," sahut David kaget. Kenapa semuanya jadi dilimpahkan sama dia.

"Kalian berdua istirahat saja. Biar Mama bicara dulu sama Papa ya."

"Baik Ma," jawab Lili.

Azumi segera menyeret David keluar dari kamar Lili. Setelah jauh dari kamar Lili. Azumi memberikan wejangan yang panjang dan lebar kepada David. Dia terus saja membujuk David agar setuju dengan sarannya. Akhirnya David setuju dengan terpaksa.

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 52. Ancaman

    "Kalau begitu, mulai detik ini kamu tidak perlu masuk kerja lagi," perintah Lili."Apa? Aku tidak boleh masuk kerja?" tanya Riri tercengang.Riri sudah bersusah payah memperjuangkan kinerja selama ini. Dia baru menjabat sebagai manajer, mana mungkin dia mau membuang semua usahanya begitu saja."Iya," balas Lili tanpa rasa salah sedikit pun. "Tidak Li, kali ini aku tidak mau. Aku tidak bisa menuruti keinginan kamu," tolak Riri menggelengkan kepala. "Kamu jangan keras kepala. Baru awal hamil saja, kamu sudah pingsan begini. Apa kamu mau terjadi apa-apa dengan bayi yang ada di dalam perut kamu?""Aku janji Li, aku akan menjaga anak ini dengan baik. Lain kali aku tidak akan ceroboh dan memaksa diri lagi," terang Riri sambil memohon. "Halah, aku tidak percaya sama kamu. Pokoknya kamu segera keluar dari kantor itu. Aku tidak mahu tahu, titik," kata Lili tidak mau dibantah. "Aku tetap tidak mau Li. Aku baru saja diangkat menjadi manajer di sana. Mana mungkin aku keluar, Li. Aku mencapai

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 51. Nikah Bohongan

    "Bagaimana kalau minggu depan kita mengkabari mereka kalau kita akan segera punya anak?" usul Lili "Apa mereka tidak akan curiga tentang kebohongan ini?""Kamu tenang saja Ansel. Sekarang kan tidak ada bedanya kalau aku mengaku hamil. Perut orang hamil tidak mungkin langsung membuncit. Jadi orang tua kamu tidak akan curiga. Nanti kalau usia kehamilan diatas empat bulan, baru aku tidak boleh bertemu dengan kedua orang tuamu. Supaya orang tua kamu percaya. Bagaimana?" tanya Lili bersemangat."Baiklah, minggu depan kita akan memberitahu kabar ini. Mereka pasti terkejut.""Aku tidak sabar menunggunya.""Aku juga tidak sabar bayi itu akan lahir," sahut Ansel.Lili rada sedikit kesal Ansel berkata menunggu bayi itu lahir. Dia harus mengubah topik agar Ansel bisa memikirkan topik lain. Terlalu malas mengungkit tentang kehamilan Riri."Apa kamu tidak kembali ke kantor?" tanya Lili agar Ansel segera pergi dari sana."Aku khawatir dengan Riri. Aku mau tunggu dia bangun saja," jawab Ansel."Kam

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 50. Haruskah Senang

    "Selamat ya, Kakak anda saat ini sedang hamil. Isinya sudah memasuki dua bulan. Jadi untuk sementara dia tidak boleh terlalu lelah. Tolong kurangi aktifitas yang memberatkan. Termasuk beban pikiran.""Apa? Hamil?" tanya Lili dan Ansel barengan.Mereka sangat senang mengetahui Riri sedang hamil. Ansel tidak menduga jika dia akan menjadi seorang ayah. Sedangkan Lili senang karena dia bisa segera menjauhkan Ansel dan Riri lebih cepat. Sekarang kesempatan Riri untuk cari perhatian dari Ansel darinya akan hilang. Dia tidak sabar menunggu tujuh bulan lagi. Setelah itu, mereka tidak perlu melihat Riri lagi.'Akhirnya Riri hamil juga. Sekarang keluarga Ansel akan menerima aku dengan baik.'"Aku beneran hamil?" tanya Riri yang sudah siuman. Dia sempat mendengar perkataan dokter."Selamat ya Bu. Usia kandungan Ibu sudah menginjak dua bulan," ucap dokter memberikan selamat kepada ibu pasien seperti biasa.Riri masih tidak percaya dengan perkataan dokter. Dia tidak menyangka akan hamil secepat it

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 49. Hamil

    "Oh, ini. Aku mau menyerahkan dokumen kamu yang tertinggal. Aku tidak sengaja melihatnya saat kamu ke kamar mandi. Jadi ini ketinggalan, aku hanya mau mengantar dokumen ini. Aku pikir dokumen ini penting," terang Lili sambil menyerahkan dokumen ke Ansel."Syukurlah dokumennya sudah ketemu. Aku mencari ini dari tadi," sahut Ansel lega.Ansel menerima dokumen yang diserahkan oleh Lili. Membuka dokumen untuk melihat isinya ada yang hilang atau tidak."Tadi kenapa kamu terburu-buru? Apa kamu mau pergi?" tanya Lili menatap Ansel dengan lekat.Ansel kembali teringat dengan Riri. Dengan sembarang melempar dokumen itu ke atas meja. Hampir lupa dengan keadaan Riri. "Ayo kita pergi," ajak Ansel menarik tangan Lili."Kita mau kemana. Kenapa kamu terlihat panik?" tanya Lili kesusahan mengikuti langkah kaki Ansel yang besar. Ditambah kedua kaki menggunakan high heel."Tadi ada yang ngabari aku, Riri tiba-tiba pingsan di kantor," ajak Ansel.'Riri pingsan? Kok bisa? Apa jangan-jangan Riri sudah ha

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 48. Masuk Rumah Sakit

    Sejak menjadi seorang manager, Riri memiliki ruangan sendiri. Ruangan Riri hanya dibatasi oleh kaca. Sehingga dia bisa memperhatikan orang yang lainnya sedang bekerja. Riri memijat kening semakin erat yang terasa semakin berat. Sudah beberapa hari badannya sangat lemas dan tidak bertenaga. Kemudian sering sakit kepala. Dia juga sering mual di pagi hari serta saat mencium bau makanan yang berat."Ayo Ri, tugasnya sedikit lagi. Kamu pasti bisa," ucap Riri menyemangati diri sendiri. Dia harus menyelesaikan laporan itu sedikit lagi.Riri kembali mengerjakan laporan yang hampir selesai dikerjakan. Semakin dia memaksa mengerjakan laporan, kepala itu semakin berdenyut. Rasanya mau pecah isi kepalanya."Ya Tuhan, kenapa kepalaku semakin pusing," gumam Riri memegang kepala.Riri sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit kepalanya. Segera mengambil obat sakit kepala yang tersedia di dalam laci. Kemudian dia ingin meraih gelas minuman yang tidak jauh darinya. Sebelum tangan itu sempat menggengga

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 47. Pusing

    Lili menghentikan makannya. Baginya, mertuanya tidak menghargai dia sedikitpun. Secara terbuka menunjukkan sikap tidak suka. Bahkan di depan suaminya."Mungkin Lili bosan di rumah, makanya dia keluar sekali-sekali," bela Ansel."Kenapa kamu terus yang menjawabnya. Lili punya mulut sendiri. Kami sedang tanya sama dia," tambah Miranda."Maaf Ma, Lili selama ini selalu salah di depan Mama. Lili janji, kedepannya Lili akan menjadi lebih baik," ucap Lili dengan raut wajah menyesal. Dia tidak mau terlihat kurang ajar di depan Ansel. 'Kalau bukan mertua aku, aku tidak mau capek-capek berpura-pura seperti ini,' batin Lili tidak suka."Kamu jangan hanya janji terus, tepati sekali-kali," sahut Miranda sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Dia bahkan tidak repot-repot memandang ke arah Lili."Iya Ma, Lili akan berusaha lebih baik lagi. Apalagi Lili dan Ansel sedang melakukan program agar kami bisa hamil" kata Lili memancing reaksi Miranda.Miranda menjatuhkan sendok yang digunakan untuk makan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status