Share

Bab 7. Sama Aja

last update Last Updated: 2025-11-02 17:52:47

"Riri tetap tidak bisa," balas Riri dengan tekad kuat.

"Riri, Papa mohon sama kamu, Nak. Papa akan memberikan apapun yang kamu mau kalau kamu mau melahirkan anak untuk mereka."

"Heh ... Papa akan memberikan apapun?" cemooh Riri. Segitunya mereka demi Lili. Demi dia apa?

"Ya, kami akan memberikan apapun yang kamu mau. Apa kamu mau mobil, rumah baru, apartemen, semua akan Mama berikan untuk kamu," tawar Azumi senang karena menganggap Riri akan menyetujui permintaan mereka.

Mata Riri menatap kosong ke arah orang tuanya. Hatinya juga terasa kosong. Dia tidak pernah berharap orang tuanya akan menawarkan harta, selama ini yang diharapkan adalah kasih sayang dari kedua orang tuanya, bukan mobil, rumah atau apartemen.

"Mobil, rumah, apartemen," ulang Riri dengan mata yang tidak ada lagi cahaya. Nyawanya seakan tidak ada lagi di raga.

"Iya, kamu tinggal pilih saja. Mau yang mana?"

"Bagaimana kalau Riri minta rumah ini hanya untuk Riri saja? Bagaimana?" tanya Riri basa-basi.

"Mama akan memberikan apapun, tapi jangan rumah ini. Rumah ini telah diwasiatkan untuk Lili dan keluarganya," tolak Azumi.

Riri sudah menduga jawaban kedua orang tuanya. Dulu dia tidak sengaja mendengar wasiat itu beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya tidak masalah jika dia tidak mendapatkan wasiat satu sen pun. Dia melakukan ini hanya untuk mengetes orang tuanya. Dugaannya memang benar. Apapun yang sudah diberikan untuk sang adik tidak boleh diganggu gugat.

"Bukankah Riri juga anak Mama. Kenapa Mama pilih kasih sama Riri. Dari dulu Papa dan Mama tidak pernah menyayangi Riri sampai saat ini. Sekarang Papa dan Mama ingin menjual Riri. Apa sebegitu tidak berharganya Riri untuk Papa dan Mama," teriak Riri yang tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Riri, kamu jangan kurang ajar. Kamu sudah mulai berani sama kedua orang tua kamu," balas David.

"Pa, Ma, apa lagi yang harus Riri lakukan. Riri sudah melakukan apapun agar menjadi seperti Lili. Tolong, tolong lihat Riri sedikit, walaupun hanya seujung kuku saja. Riri hanya ingin ada di hati Papa dan Mama. Riri hanya ingin Papa dan Mama menyayangi Riri seperti Papa dan Mama menyayangi Lili," mohon Riri dengan bersujud di depan kaki kedua orangnya.

Riri sudah membuang harga diri kepada orang tuanya, bukan kepada orang lain. Dia hanya ingin seperti anak pada umumnya. Dia sudah mulai lelah dengan terus bertahan sendiri. Tidak ada yang mendukungnya.

Azumi dan David kaget dengan tindakan Riri yang tidak terduga. Riri belum pernah memohon seperti itu. Selama ini Riri adalah orang yang pendiam dan sering mengalah. Oleh karena itu, apapun masalahnya, pasti mereka akan lebih membujuk Riri untuk mengalah demi Lili. Hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak Riri dan Lili kecil.

Bagi mereka, mereka tidak pernah membandingkan antara Riri dan Lili. Hanya saja Lili perlu perhatian khusus karena dia lemah sejak kecil. Selain itu tidak ada beda.

"Riri hanya ingin cinta dan kasih sayang dari Papa dan Mama. Riri tidak butuh yang lain," lanjut Riri sambil menangis tersedu-sedu.

Sekarang saatnya Riri mengeluarkan seluruh emosinya yang sudah ditahan selama dua puluh tujuh tahun. Dia tidak peduli jika terlihat seperti anak kecil berusia lima tahun yang merengek minta permen. Saat ini semua egonya sudah dibuang. Sekarang saatnya Azumi dan David mendengar apa yang ada di dalam hatinya.

Azumi bangun dari sofa. Dia menghampiri Riri yang masih saja berlutut di depan mereka. Tangannya meraih kedua tangan Riri. Dia menatap Riri dengan lembut. Salah satu tangannya sudah beralih ke muka Riri. Dengan lembut tangan itu mengelus pipi Riri yang sudah basah.

Air mata Riri semakin mengalir deras. Tidak ada yang bisa menahannya. Hatinya ikut menghangat sejalan dengan tangan mamanya yang terus mengelus pipinya.

'Apakah mama sudah bisa melihat Riri? Mama belum pernah melakukan hal seperti ini kepada Riri. Oh ... Tuhan. Jika waktu bisa berhenti, aku ingin waktu berhenti. Izinkan Mama tetap seperti ini kepadaku, Tuhan. Aku janji tidak akan meminta apapun lagi,' batin Riri.

Riri sangat bersyukur karena mamanya bisa luluh. Dia sudah bisa merasakan bagaimana bahagia di dunia ini hanya daru sentuhan kecil tersebut. Hatinya seketika melambung tinggi seperti berada di awan.

"Jadi yang kamu inginkan hanya kasih sayang dari Papa dan Mama?" tanya Azumi menatap lekat wajah Riri.

"Iya Ma, Pa," sahut Riri ikut memegang tangan Azumi yang masih ada di pipinya. Tangan yang begitu hangat dan lembut.

"Kalau itu yang Riri inginkan, baiklah," sahut Azumi tersenyum pertama kali melihat Riri.

Riri tidak pernah sebahagia itu dalam hidupnya. Inilah sosok ibu yang selama ini didambakan. Tersenyum tulus melihat dirinya, bukan yang lain.

"Mama dan Papa janji, mulai saat ini akan lebih mementingkan kamu. Mama dan Papa juga janji akan memperhatikan kamu sama seperti Mama dan Papa memperhatikan Lili," sambung Azumi.

Azumi menarik dan memegang kedua tangan Riri. Dia akan menyakinkan Riri jika dia tidak akan berbohong.

Jantung Riri berdetak sangat kencang. Tidak menyangka kata-kata yang selama ini ingin didengar akhirnya terucap dari mulut kedua orang tuanya. Orang tuanya akan menyayanginya sama seperti Lili. Jika itu mimpi, Riri tidak ingin bangun lagi.

"Apa sekarang kamu senang?"

"Iya, Ma, Riri sangat senang," sahut Riri cepat dengan air mata yang semakin deras keluar dari pipinya.

"Kalau begitu, kamu setuju kan nikah sama Ansel?" sambung Azumi.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 52. Ancaman

    "Kalau begitu, mulai detik ini kamu tidak perlu masuk kerja lagi," perintah Lili."Apa? Aku tidak boleh masuk kerja?" tanya Riri tercengang.Riri sudah bersusah payah memperjuangkan kinerja selama ini. Dia baru menjabat sebagai manajer, mana mungkin dia mau membuang semua usahanya begitu saja."Iya," balas Lili tanpa rasa salah sedikit pun. "Tidak Li, kali ini aku tidak mau. Aku tidak bisa menuruti keinginan kamu," tolak Riri menggelengkan kepala. "Kamu jangan keras kepala. Baru awal hamil saja, kamu sudah pingsan begini. Apa kamu mau terjadi apa-apa dengan bayi yang ada di dalam perut kamu?""Aku janji Li, aku akan menjaga anak ini dengan baik. Lain kali aku tidak akan ceroboh dan memaksa diri lagi," terang Riri sambil memohon. "Halah, aku tidak percaya sama kamu. Pokoknya kamu segera keluar dari kantor itu. Aku tidak mahu tahu, titik," kata Lili tidak mau dibantah. "Aku tetap tidak mau Li. Aku baru saja diangkat menjadi manajer di sana. Mana mungkin aku keluar, Li. Aku mencapai

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 51. Nikah Bohongan

    "Bagaimana kalau minggu depan kita mengkabari mereka kalau kita akan segera punya anak?" usul Lili "Apa mereka tidak akan curiga tentang kebohongan ini?""Kamu tenang saja Ansel. Sekarang kan tidak ada bedanya kalau aku mengaku hamil. Perut orang hamil tidak mungkin langsung membuncit. Jadi orang tua kamu tidak akan curiga. Nanti kalau usia kehamilan diatas empat bulan, baru aku tidak boleh bertemu dengan kedua orang tuamu. Supaya orang tua kamu percaya. Bagaimana?" tanya Lili bersemangat."Baiklah, minggu depan kita akan memberitahu kabar ini. Mereka pasti terkejut.""Aku tidak sabar menunggunya.""Aku juga tidak sabar bayi itu akan lahir," sahut Ansel.Lili rada sedikit kesal Ansel berkata menunggu bayi itu lahir. Dia harus mengubah topik agar Ansel bisa memikirkan topik lain. Terlalu malas mengungkit tentang kehamilan Riri."Apa kamu tidak kembali ke kantor?" tanya Lili agar Ansel segera pergi dari sana."Aku khawatir dengan Riri. Aku mau tunggu dia bangun saja," jawab Ansel."Kam

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 50. Haruskah Senang

    "Selamat ya, Kakak anda saat ini sedang hamil. Isinya sudah memasuki dua bulan. Jadi untuk sementara dia tidak boleh terlalu lelah. Tolong kurangi aktifitas yang memberatkan. Termasuk beban pikiran.""Apa? Hamil?" tanya Lili dan Ansel barengan.Mereka sangat senang mengetahui Riri sedang hamil. Ansel tidak menduga jika dia akan menjadi seorang ayah. Sedangkan Lili senang karena dia bisa segera menjauhkan Ansel dan Riri lebih cepat. Sekarang kesempatan Riri untuk cari perhatian dari Ansel darinya akan hilang. Dia tidak sabar menunggu tujuh bulan lagi. Setelah itu, mereka tidak perlu melihat Riri lagi.'Akhirnya Riri hamil juga. Sekarang keluarga Ansel akan menerima aku dengan baik.'"Aku beneran hamil?" tanya Riri yang sudah siuman. Dia sempat mendengar perkataan dokter."Selamat ya Bu. Usia kandungan Ibu sudah menginjak dua bulan," ucap dokter memberikan selamat kepada ibu pasien seperti biasa.Riri masih tidak percaya dengan perkataan dokter. Dia tidak menyangka akan hamil secepat it

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 49. Hamil

    "Oh, ini. Aku mau menyerahkan dokumen kamu yang tertinggal. Aku tidak sengaja melihatnya saat kamu ke kamar mandi. Jadi ini ketinggalan, aku hanya mau mengantar dokumen ini. Aku pikir dokumen ini penting," terang Lili sambil menyerahkan dokumen ke Ansel."Syukurlah dokumennya sudah ketemu. Aku mencari ini dari tadi," sahut Ansel lega.Ansel menerima dokumen yang diserahkan oleh Lili. Membuka dokumen untuk melihat isinya ada yang hilang atau tidak."Tadi kenapa kamu terburu-buru? Apa kamu mau pergi?" tanya Lili menatap Ansel dengan lekat.Ansel kembali teringat dengan Riri. Dengan sembarang melempar dokumen itu ke atas meja. Hampir lupa dengan keadaan Riri. "Ayo kita pergi," ajak Ansel menarik tangan Lili."Kita mau kemana. Kenapa kamu terlihat panik?" tanya Lili kesusahan mengikuti langkah kaki Ansel yang besar. Ditambah kedua kaki menggunakan high heel."Tadi ada yang ngabari aku, Riri tiba-tiba pingsan di kantor," ajak Ansel.'Riri pingsan? Kok bisa? Apa jangan-jangan Riri sudah ha

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 48. Masuk Rumah Sakit

    Sejak menjadi seorang manager, Riri memiliki ruangan sendiri. Ruangan Riri hanya dibatasi oleh kaca. Sehingga dia bisa memperhatikan orang yang lainnya sedang bekerja. Riri memijat kening semakin erat yang terasa semakin berat. Sudah beberapa hari badannya sangat lemas dan tidak bertenaga. Kemudian sering sakit kepala. Dia juga sering mual di pagi hari serta saat mencium bau makanan yang berat."Ayo Ri, tugasnya sedikit lagi. Kamu pasti bisa," ucap Riri menyemangati diri sendiri. Dia harus menyelesaikan laporan itu sedikit lagi.Riri kembali mengerjakan laporan yang hampir selesai dikerjakan. Semakin dia memaksa mengerjakan laporan, kepala itu semakin berdenyut. Rasanya mau pecah isi kepalanya."Ya Tuhan, kenapa kepalaku semakin pusing," gumam Riri memegang kepala.Riri sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit kepalanya. Segera mengambil obat sakit kepala yang tersedia di dalam laci. Kemudian dia ingin meraih gelas minuman yang tidak jauh darinya. Sebelum tangan itu sempat menggengga

  • Dipaksa Jadi Istri Kedua Suami Adikku    Bab 47. Pusing

    Lili menghentikan makannya. Baginya, mertuanya tidak menghargai dia sedikitpun. Secara terbuka menunjukkan sikap tidak suka. Bahkan di depan suaminya."Mungkin Lili bosan di rumah, makanya dia keluar sekali-sekali," bela Ansel."Kenapa kamu terus yang menjawabnya. Lili punya mulut sendiri. Kami sedang tanya sama dia," tambah Miranda."Maaf Ma, Lili selama ini selalu salah di depan Mama. Lili janji, kedepannya Lili akan menjadi lebih baik," ucap Lili dengan raut wajah menyesal. Dia tidak mau terlihat kurang ajar di depan Ansel. 'Kalau bukan mertua aku, aku tidak mau capek-capek berpura-pura seperti ini,' batin Lili tidak suka."Kamu jangan hanya janji terus, tepati sekali-kali," sahut Miranda sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Dia bahkan tidak repot-repot memandang ke arah Lili."Iya Ma, Lili akan berusaha lebih baik lagi. Apalagi Lili dan Ansel sedang melakukan program agar kami bisa hamil" kata Lili memancing reaksi Miranda.Miranda menjatuhkan sendok yang digunakan untuk makan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status