“Oh ...,” jawab Amanda singkat mendengar kabar itu, sedangkan tiga pelayan lainnya menatap ke arahnya dengan gugup.
“Dia tak akan melaporkan perbuatan kita pada suaminya, ‘kan?” bisik pelayan yang sedari tadi memerintah Amanda pada pelayan lain yang urung memakan sup di depannya.
“Tenang saja ia sudah dilupakan, bahkan jika ia memberi tahu suaminya kurasa Tuan Besarlah yang pertama mati.”
Amanda melirik sekilas pada mereka, kemudian kembali melanjutkan memotong tumpukan labu di hadapannya.
“Kau tak tahu? Pangeran tak pernah memberimu kabar? Ayahmu tak memberi tahu?” tanya Nesa bertubi-tubi.
Amanda menggeleng pelan. “Tidak” jawabnya lirih.
Pelayan yang tadi berbisik itu tersenyum sambil menaikkan kedua alisnya. “Lihat aku benar ‘kan, ia tak memiliki daya tarik! Pangeran terlalu jijik padanya hingga tak mau menyentuhnya dan sekarang malah sudah melupakannya!” ujarnya nyaring mencemooh Amanda.
Mendengar hal itu gadis bersurai perak itu bangkit dari tempatnya kemudian pergi meninggalkan dapur tanpa berkata sepatah kata pun.
“Hei! Mau kemana kau?! Akan kulaporkan pada Nyonya Besar, lihat saja! Dasar kain gombal!” jerit salah seorang pelayan yang ingin menyusul Amanda tapi ditahan oleh Nesa di depan pintu dapur.
Bagi mereka Amanda hanyalah kain gombal yang dibuang begitu saja oleh suami dan keluarganya, ia sama sekali tak berharga.
“Apa yang harus kulakukan sekarang?” gumam Amanda. “Kenapa aku merasa sedih? Bukannya ia tak akan mungkin mengingatku? Jangan mengharapkan ini seperti cerita novel romantis, Amanda. Sadarlah!” Gadis itu menepuk kedua pipinya dengan kencang yang menghasilkan semburat merah muda. “Aku harusnya tak bersikap membangkang yang akan menyusahkan diriku sendiri, Amanda bodoh!” rutuknya sambil berbalik ke arah dapur dan bersiap menghadapi para pelayan yang murka akibat sikapnya barusan.
Kontras dengan keadaan Kota tua Sulli yang tenang, ibu kota Anarka pagi ini tampak gegap gempita menyambut kepulangan Pangeran Hitam. Sudut-sudut kota dipenuhi dengan bendera Singa Emas, siap untuk menyambut pahlawan perang itu. Warga kota sudah berdiri di sepanjang jalan perbatasan hingga pintu masuk kerajaan, menanti dengan suka cita kedatangan Pangeran Hitam. Kemenangan legiun hitamnya menjadi topik pembicaraan utama di setiap pertemuan warga Anarka.
“Ini sungguh kemenangan besar, Pangeran Hitam menguasai daerah Exilas yang terkenal subur dengan luas sepertiga Anarka! Ia bisa disebut sebagai salah satu dari sepuluh besar penguasa terkaya di dunia”
“Kau dengar cerita para pengelana yang melintas di gurun dekat Exilas? Mereka sampai merinding ketika seruan kemenangan pasukan Pangeran Hitam bergema di langit, sangat kontras dengan jeritan pilu pengawal kerajaan negeri tembok baja itu.”
“Hal yang paling mengerikan saat baju zirah Pangeran Hitam yang nyaris berubah warna menjadi merah darah sedangkan pria itu dengan tatapan sedingin es memamerkan kepala Raja Exilas yang telah ia penggal di balkon istana.”
Riuh rendah percakapan hangat warga ibu kota Anarka mulai mereda saat tiupan terompet terdengar. Tak lama barisan rapi pasukan dengan baju zirah serba hitam disusul pasukan berkuda dan pasukan gajah –yang membawa meriam- memasuki kota. Entah karena warna atribut pasukan yang serba hitam, atau karena bau khas darah yang masih menempel di pedang, tombak, dan senjata lainnya, suasana tiba-tiba begitu kelam menyesakkan, tak seperti tadi yang terlihat berwarna penuh keriaan.
Semua orang tiba-tiba terdiam ketakutan, saat pemeran utama dalam parade itu muncul. Pangeran Hitam terlihat angkuh dan kejam menunggangi kuda hitam ras shire-jenis kuda terbesar di dunia-. Selain karisma Pangeran Hitam yang sangat mengintimidasi, warga kota juga dibuat terkagum-kagum dengan betapa tampannya paras putra mahkota ketiga itu.
Rahangnya yang tajam, tulang hidung yang tinggi, ditambah dengan sorot mata hitam yang dingin seolah terbingkai sempurna di wajah tampannya. Pria itu bagai karya seni berjalan. Sepertinya ini kali pertama sejak lima belas tahun yang lalu warga kota melihat kembali sosok Pangeran Hitam.
“Kuharap wanita itu sudah tahu tentang hal ini,” batin Pangeran Hitam dengan senyuman sinis menghiasi wajahnya.
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar