Share

Bab 103 : "Istriku"

Author: Xiao Chuhe
last update Huling Na-update: 2025-04-10 15:04:16

Pagi itu juga, mereka langsung melakukan perjalanan kembali ke rumah—sebuah kereta kuda datang menjemput.

Xue Ningyan duduk dengan canggung, jantungnya terus berdebar-debar tidak jelas begitu bangun dari tidur beberapa menit lalu.

“Apa kau tidak enak badan, Istriku?”

Xue Ningyan terhenyak, debarannya semakin kencang dan dia mulai sulit untuk memperhatikan ekspresinya.

“Xue Ningyan.”

“Ah, iya?!” Xue Ningyan mengangkat kepalanya dengan panik.

“Kau tidak suka aku memanggilmu seperti itu?” tanya Shen Qi.

“A-apa? Tidak suka? Tentu saja aku sangat suka, Tuan Muda. Memang biasanya Tuan Muda kan, selalu memanggilku seperti itu,” Xue Ningyan terkekeh-kekeh sendiri.

‘Dia kan memang selalu memanggil namaku langsung ….’

‘....’

‘Tapi kenapa hal seperti itu pun dia meminta izin? Apa maksudnya bukan tentang memanggil nama?’

“Istriku.”

“Eh?!” Xue Ningyan tersentak kaget.

Shen Qi tersenyum, “Istriku.”

“Istriku.”

“Istriku ….”

Kepala Xue Ningyan semakin tertunduk. Dia ingin menyembunyikan wa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 176 : Tidak Akan Berbohong

    “Yang Mulia, kenapa Anda tidak membiarkan saya memberi sedikit ‘materi’ pada tabib itu?” Ying Shi bertanya datar. Pertanyaan itu diajukan tepat sebelum ia mengatakan ‘iya’ untuk membawa tabib kediaman Shen yang menyembunyikan kehamilan Xue Ningyan ke Vila Selatan untuk diinterogasi. Pangeran Pertama memang sudah merencanakan itu sejak lama. Ia ingin menyeret tabib itu untuk mengaku di depan Xue Ningyan dan menyatakan sendiri alasan kenapa dia melakukan hal itu. “Bagaimana kalau tabib itu menjawab jujur di depan Nona Xue?” namun kekhawatiran Ying Shi ini bukan tanpa sebab. Karena lumrahnya, orang tidak akan berbohong di depan seorang pangeran. Tapi bisa-bisanya Pangeran Pertama sangat percaya diri dan tidak mengkhawatirkan apa pun? Ying Shi menarik napas panjang, “Lebih baik kita merencanakan sesuatu dulu untuk membawanya ke hadapan Nona Xue, Yang Mulia.” “Sudahlah, Ying Shi …, itu di luar pengaturanku. Aku tidak ingin berbohong di depan Xue Ningyan. Jadi mari bertaruh saja, apak

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 175 : Perintah Rahasia Zhu Mingyue

    Senyap. Xue Ningyan duduk di Aula Utama Vila Selatan ini di samping Pangeran Pertama dengan perasaan gugup. Lalu Ying Shi berdiri di belakang seseorang yang berlutut dengan tubuh gemetar sampai tak berani mengangkat kepalanya dari lantai.Pangeran Pertama memasang wajah datar. Xue Ningyan bertanya-tanya penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ying Shi mengangkat tangan kirinya, dua orang prajurit memasuki aula sambil menuntun seorang wanita hamil. “Apakah dia istrimu, Tabib Kediaman Shen yang dihormati?” tanya Pangeran Pertama. Tabib itu terkejut. Segera menoleh ke belakang dan menemukan istrinya ditawan oleh prajurit berpedang. “Istriku! Istriku! Kenapa kau bisa bersama mereka?” Dia merangkak melewati kaki Ying Shi dan bersujud di bawah kaki istrinya. “Maafkan aku …, aku adalah suami yang tidak berguna, maafkan aku …, aku membiarkanmu disakiti oleh mereka, sungguh aku tidak bisa dimaafkan!” “Suamiku, tenanglah, tenanglah.” Sang Istri berlutut dan menepuk-nepuk pundak su

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 174 : Tidak Boleh Percaya Pada Sembarang Orang

    Jiang Shuyi membuka mata perlahan, langit-langit kamar terasa tidak asing. Ia mengedarkan pandangan, lantas tertegun heran. “Kamarku?” “Ah, Nona Ketiga, Anda sudah bangun?” pelayannya menyapa dengan senyum hangat. Sambil meletakkan sup ayam di atas meja. “Saya dengar Anda demam setelah kehujanan di Istana Selatan. Sebenarnya apa yang Anda lakukan sampai rela kehujanan begitu? Entah bagaimana reaksi Tuan Marquis saat mengetahui putrinya di antar pulang oleh seorang pria asing yang mencurigakan.” “Eh?” Jiang Shuyi terkejut dengan kalimat terakhir pelayannya, “Pria asing katamu?” “Iya, pria yang belum pernah ditemui itu namanya pria asing, kan? Anda bilang jangan seenaknya bergaul dengan pria yang tak dikenal, kan? Kenapa justru Anda yang tiba-tiba pulang dengan salah satu dari mereka?” Jiang Shuyi mengerucutkan bibir, “Bukan pria asing, tahu! Beliau itu orang yang sangat aku kagumi sejak kecil. Dan aku berharap akan mendampingi beliau sampai akhir hidupku.” “Hah? Bukankah Nona Ke

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 173 : Kesalahpahaman yang Disengaja

    Jiang Shuyi datang lagi ke Istana Selatan setelah satu minggu menahan diri. Namun belum juga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Pangeran Pertama seperti yang diinginkannya. Terakhir kali, dia benar-benar datang setelah dua hari, tapi malah mendapat kabar bahwa Yang Mulia mengurung diri untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi, sekarang saja Pangeran Kedua sudah memiliki waktu untuk menemani Permaisuri yang sebentar lagi melahirkan. Tidak mungkin Pangeran Pertama yang bekerja dengannya masih tidak bersedia meluangkan waktu, bukan? Jiang Shuyi menarik napas dalam-dalam, di hadapannya adalah Kediaman Pangeran Pertama yang agung. Kakinya melangkah dengan percaya diri. Sentuhan anggun cukup membuat para pelayan tanpa sadar membungkukkan tubuh serendah mungkin dengan anggapan bahwa ia adalah tamu terhormat di Kediaman Pangeran Pertama. Di depan Aula Utama, Kepala Pelayan seolah tahu dia akan datang, dan segera berdiri di sana untuk menyambut. Ia membungkuk takzim, “Salam kepada N

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 172 : Menyeramkan Saat Terobsesi Pada Sesuatu

    “Xue Ningyan? Xue Ningyan?” Pangeran Pertama menepuk pipinya dengan lembut. Gu Wan menempelkan handuk basah di dahi Xue Ningyan. Sementara Xue Ningyan terus mengigau, “Menjauhlah, kumohon, jangan mendekat, jangan mendekat ….” Sambil menekan perutnya seperti orang yang sangat kesakitan. “Berhenti, Xue Ningyan! Kau akan kesakitan!” Pangeran Pertama menyingkirkan kedua tangannya ke samping dan memegangi dengan erat. “Bangunlah, Xue Ningyan. Bangun.” Pangeran Pertama menatap dengan cemas. Napas Xue Ningyan yang sesak terdengar memilukan. Gu Wan melakukan akupuntur di beberapa titik. “Nona sedang sakit, tapi malah bermimpi buruk, kondisinya jadi semakin parah dari semalam.” “Xue Ningyan sakit sejak semalam?” Pangeran bertanya tak sabaran. “Semalam Anda mabuk, dan tidak ingat apa-apa, jadi saya tidak memberitahu Yang Mulia.” Pangeran Pertama menggeram kesal, ia sungguh khawatir terhadap kondisi Xue Ningyan yang tiba-tiba memburuk. Ia jadi terpikirkan perbincangan mereka pada sore

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 171 : Meluluhkan Hati Wanita Tidak Selalu Berjalan Mulus

    Sekembalinya ke vila, Xue Ningyan duduk termenung di depan meja rias sambil menatap wajahnya sendiri. Perlahan, tangannya melepas semua hiasan yang bertengger di kepalanya. Perhiasan-perhiasan itu, Pangeran Pertama-lah yang memberikan padanya pada minggu pertama ia berada di sini. Orang itu sangat baik padanya. Menyediakan tempat tinggal, makanan, pakaian, dan semua yang dibutuhkannya. Karena hal itu terlintas di pikirannya, ia mulai memikirkan segala hal. “Kenapa aku melarikan diri ke sini? Kenapa aku bersembunyi?” “Bukannya segera menghadapi situasi nyata, aku justru malah mencari perlindungan di balik punggung orang lain.” “Bukannya berterima kasih dan segera pergi, aku malah merasa nyaman tanpa memedulikan keadaan apa yang menimpa penolongku.” “Kenyataan bahwa seseorang tidak akan menolong tanpa mengharapkan apa pun, sepertinya benar. Pangeran Pertama baik padaku bukan tanpa alasan.” “Dia menyimpan sesuatu yang lebih besar terhadapku. Jelas itu bukan hanya sekadar kepeduli

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 170 : Bersikap Baik Bukan Tanpa Alasan

    Pada hari senja, seluruh bukit seperti disiram cahaya oranye yang berpendar indah. Angin musim gugur berhembus tenang. Xue Ningyan duduk di sekitar hamparan rumput yang tinggi, menatapi bunga kamelia yang mekar dengan kecantikannya. Kuil kecil di belakang pohon persik itu berwarna putih dengan ornamen merah sebagai hiasan. Pangeran Pertama berada di dalam, berdoa untuk ibunya. Xue Ningyan tersenyum sambil memejamkan mata. Menikmati suasananya. Lama sekali dia tidak beristirahat seperti ini. Ketika Pangeran Pertama keluar, Xue Ningyan melambaikan tangan ke arahnya, dan membersihkan tempat di sampingnya. “Kau mau melihat matahari terbenam dari sini, Xue Ningyan?” tanya Pangeran, duduk di sebelahnya. “Apakah boleh?” Pangeran Pertama terkekeh, “Tentu saja boleh. Nikmatilah selama kau masih berada di sini. Aku tidak setiap hari bisa menemanimu keluar, loh.”Xue Ningyan menatapnya dengan rasa bersalah, “Apakah saya menganggu waktu bekerja Yang Mulia?” “Tidak. Aku bukan tipe orang ya

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 169 : Ini Namanya Bunga Kamelia

    Setelah musim gugur, hujan sesekali datang di sore hari. Saat ini pun sama. Xue Ningyan merenung sambil mendengar suara rintik air yang jatuh ke tanah. Sudah dua minggu dia berada di vila ini tanpa mendengar kabar apa pun. Dia juga belum menerima kabar dari Xiao Ci saat terakhir kali mengirim surat untuknya. Dan Pangeran Pertama bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Tok tok tok. Pintu kamar diketuk dari luar. Xue Ningyan berdiri dan membukanya, matanya menatap datar saat melihat Pangeran Pertama berdiri di hadapannya. “Yang Mulia,” sapanya. “Selamat sore, Xue Ningyan. Maaf aku baru sempat mengunjungimu. Aku punya banyak pekerjaan sejak pagi.” Pangeran Pertama tersenyum. “Tidak apa, Yang Mulia. Silakan masuk.” “Saat pergi ke pasar tadi pagi, Gu Wan membeli anggur kering. Aku juga pernah dengar kalau kau menyukainya, jadi aku membawanya untukmu.” Pangeran Pertama menyerahkan bungkusan kertas itu pada Xue Ningyan. Xue Ningyan tersenyum, “Terima kasih Y

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 168 : Undangan dari Pemimpin Aliansi Gelap

    Satu minggu kemudian. Kediaman Shen Qi. “Bagaimana?” Shen Qi meletakkan dokumen yang baru saja dibawanya dari Biro Informasi. Zhong Li menunduk. “Setelah pengintaian selama tujuh hari penuh, saya tidak mendapatkan apa pun, Tuan Muda.”“Sepertinya Yang Mulia sangat sibuk karena masalah penanganan wilayah pasca perang itu. Saya juga sering kali melihat Marquis Pingnan di Istana.” “Tapi Yang Mulia Pangeran Pertama tidak menemui beliau dan hanya menyampaikan pendapat melalui surat yang diantarkan Kepala Pelayan beliau.” “Dan setelah mengintai satu minggu penuh pun, saya tidak melihat Yang Mulia Pangeran Pertama keluar dari Istana Selatan.” “Ah …, bahkan beliau juga jarang keluar dari ruang kerjanya. Apakah benar-benar sesibuk itu mengurus keperluan logistik bagi rakyat yang terdampak perang? Sepertinya Yang Mulia sampai berusaha keras sekali.” Shen Qi mendengus pelan, “Tentu saja dia harus bekerja keras. Ini seperti penentuan bagi Pangeran Pertama dan Pangeran Kedua.” “Mereka juga

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status