Setelah pesta pernikahan yang nyaris tak terjadi apa-apa itu, Shen Qi langsung membawa Xue Ningyan kembali ke rumah bersama seorang pelukis terkenal yang akan melukis wajah mereka. Menurutnya, momen saat Xue Ningyan mengenakan pakaian putih yang cantik ini, jarang sekali terjadi—karena belakangan Xue Ningyan sering memakai gaun berwarna merah atau hitam. “Kau duduk saja di sini, Istriku. Biar aku yang berdiri,” kata Shen Qi. Xue Ningyan menarik tangannya dan memintanya duduk di sebelahnya. “Kita duduk berdua saja.” Shen Qi tersenyum, menuruti perkataannya, duduk berdampingan tanpa jarak sedikit pun. Kedua tangan mereka saling berpegangan dan wajah mereka tersenyum berseri. Sejujurnya, sejak awal menginjakkan kaki di rumah setelah pesta pernikahan itu, jantungnya sudah berdegup tak jelas. Begitu duduk di kursi ini, perasaannya mulai semakin tak karuan. Sentuhan hangat dari telapak tangan Shen Qi membuat wajahnya bersemu begitu saja. Berdiam diri dan membiarkan pelukis itu mengam
“Sebenarnya apa yang dipikirkan Yang Mulia Pangeran Pertama?” Zhong Li bersungut-sungut kesal, “Padahal beliau tahu dengan jelas kalau Anda sedang berada di titik terlemah saat tengah bulan seperti ini.”“Tapi beliau malah mengirim Anda ke tempat berbahaya untuk menjalankan misi? Belum lagi beliau bahkan tidak mengizinkan kita membawa satu orang pun pengawal biro. Kenapa beliau jadi mencurigakan sekali?” Shen Qi terkekeh, “Jangan mengomel di Istana Selatan, Zhong Li. Bagaimana kalau suaramu terdengar oleh rumput yang bergoyang?” “Bagaimana Tuan Muda bisa begitu santai sampai masih bisa bercanda? Anda tidak merasa curiga tentang misi yang tiba-tiba ini? Selama bekerja di bawahnya, bukankah Anda tidak pernah menerima misi di pertengahan bulan karena hal itu? Kenapa sekarang malah berbeda?” Zhong Li tetap saja merasa kesal. “Kurasa ini ada kaitannya dengan Aliansi Gelap,” Shen Qi menaiki kereta kuda untuk kembali ke rumah. “Apakah Yang Mulia Pangeran sudah mengetahui sesuatu?” “Dia
Sepanjang hari sebelum berangkat, Shen Qi tidak sekali pun meninggalkan Xue Ningyan. Dan selalu melakukan berbagai hal bersamanya. Sehari sebelum keberangkatan, ia duduk di paviliun bersama Xue Ningyan sambil mengajarinya bermain Qin. “Aku dulu pernah menjadi guru musik Yang Mulia Pangeran Pertama,” sekarang Shen Qi juga tertarik membicarakan banyak hal tentang masa lalunya. “Tuan Muda kelihatannya dekat sekali dengan Yang Mulia Pangeran Pertama, ya,” jawab Xue Ningyan. “Di luar perintah Baginda untuk menjadi teman bermainnya saat kecil dulu, kami sebenarnya tidak sedekat itu. Hanya saling memanfaatkan saja.” Xue Ningyan terdiam mendengar jawaban Shen Qi. Sepertinya hubungan setiap pejabat dengan Keluarga Kekaisaran tidak pernah benar-benar tulus dari hati. Semuanya demi uang atau kekuasaan, kehormatan, jabatan dan hal-hal duniawi lainnya. Meski begitu, masih ada sedikit rasa kecewa karena suaminya tak ada bedanya dengan pejabat-pejabat lain yang sudah seperti itu. “Tapi yang k
Saat mendengar kicauan burung pagi dan merasakan kehangatan cahaya matahari, Xue Ningyan membuka matanya yang masih terasa berat. Ia beringsut duduk dari posisi tidurnya. Matanya mengerjap perlahan, menoleh ke sisi kiri tempat tidurnya yang kosong. “Apakah Tuan Muda sudah lebih dulu pergi ke meja makan?” ia bertanya dalam hati. “Selamat pagi, Nyonya Muda.” Xiao Ci berjalan memasuki kamar membawa wadah air untuk mencuci muka. “Ah, selamat pagi. Apakah kau melihat Tuan Muda saat melewati ruang makan?” Xiao Ci tidak langsung menjawab, ia terus berjalan dan meletakkan baskom itu di atas meja. “Silakan Nyonya Muda mencuci wajah terlebih dahulu sebelum sarapan.” Xue Ningyan terdiam dan hanya menuruti kalimatnya saja. Setelah Xue Ningyan mencuci wajahnya, ekspresi wajah Xiao Ci yang sebelumnya masih cukup santai berubah menjadi sedikit tegang. Ketika mata Xue Ningyan menatapnya, Xiao Ci langsung tersenyum dan berkata, “Kata Kepala Pelayan, Tuan Muda sudah berangkat ke
“Ada keperluan apa Anda berdua mengunjungi Kediaman Tuan Muda Keempat, Tuan Putri?” tanya Xue Ningyan tanpa mengurangi kesopanannya. Sepasang pengantin baru itu saling menatap, lalu Tuan Muda Kelima membantu memberikan jawabannya. “Awalnya kami datang untuk berterima kasih pada Kakak Keempat. Tapi baru saja kami mendengar dari Kepala Pelayan bahwa beliau baru saja berangkat untuk melaksanakan tugas dari Yang Mulia Pangeran Pertama.” “Karena terlanjur datang, jadi saya dengan lancang meminta bertemu dengan Kakak Ipar saja. Apakah Kakak Ipar bersedia meluangkan waktu sebentar untuk minum teh dan berbincang dengan kami?” ‘Dia sopan sekali …,’ Xue Ningyan bergumam dalam hati. Selama tinggal di sini, dia memang belum pernah bertemu dengan kakak dan adik Shen Qi secara langsung kecuali saat menghadiri acara resmi seperti perjamuan atau pesta pernikahan. Dia bahkan juga tidak pernah menyapa mereka dengan benar. Tapi begitu berhadapan dengan satu-satunya adik laki-laki Shen Qi seperti i
Wilayah Xinan. Musim gugur datang lebih awal di Xinan karena cuacanya yang lebih sejuk dari wilayah-wilayah lain. Kaki-kaki kuda berlari seolah tidak menapak tanah, menunjukkan bahwa kuda itu berlari sangat kencang. Shen Qi menghentikan kudanya di tepi tebing ke enam. Sudah separuh perjalanan ia lalui di Xinan yang dingin dan terjal ini. Ia turun dari kuda dan duduk bersandar pada batang pohon yang telah hampir lapuk. Uhuk! Darah menyembur keluar dari mulutnya. Zhong Li yang baru berhenti langsung mendekatinya dan menyodorkan air minum. “Lebih baik kita beristirahat di sini, Tuan Muda. Anda sudah tidak bisa berkendara lebih jauh lagi.” Zhong Li memberi saran yang sama ke sekian kali. “Baiklah, keluarkan perbekalan terakhir kita.” Shen Qi menyeka ujung bibir dengan kasar. Ia mendongak, menatap matahari yang tertutup awan gelap. Xinan sungguh memiliki cuaca yang buruk. Beberapa jam yang lalu saat masih mendaki gunung terjal, hujan deras datang disertai guntur dan petir. Kuda y
Dua hari setelahnya, Zhong Li membuka mata. Cahaya lembut matahari senja mulai beradaptasi dengan matanya.“Komandan Zhong Li, Anda sudah bangun?” seorang pria tua menyapanya. “Tuan Muda …, Tuan Muda! Bagaimana dengan Tuan Muda?” Zhong Li yang sudah tahu bahwa dirinya diselamatkan oleh orang dari markas cabang Xinan setelah nyaris mati karena bertarung habis-habisan di lereng gunung itu, segera menanyakan kabar Shen Qi yang terakhir kali jatuh ke jurang. Pria tua itu saling tatap dengan rekan yang lain—yang berusia lebih muda. Pria yang lebih muda menjawab dengan suara penuh penyesalan, “Senior Zhong Li, Anda sudah tidur selama dua hari. Sementara kami baru saja menemukan Tuan Muda pagi ini.”“Beliau tidak memiliki luka luar yang parah. Tapi, beliau …, beliau sedikit aneh, karena tidak ingat kenapa bisa berada di jurang, dan kenapa bisa berada di Xinan. Seolah-olah hal yang baru saja menimpanya itu tidak pernah terjadi, beliau juga mengaku baru berusia dua puluh tahun.”Pria tua di
Kediaman Tuan Muda Keempat. Atas saran Tuan Putri Yinyue, Xue Ningyan memeriksakan dirinya kepada tabib kediaman. Ia merasa akan ada hal yang baik dari pemeriksaan ini. “Aku sudah tidak datang bulan sejak bulan lalu.” Tabib itu awalnya tertawa, “Tapi, Nyonya Muda. Bukankah ini terlalu cepat untuk memikirkan bahwa Anda sedang hamil? Memangnya sudah berapa kali Anda melakukan ‘itu’ dengan Tuan Muda?” Xue Ningyan terdiam dengan wajah malu-malu, “Apakah aku juga harus menjawab pertanyaan yang sangat rahasia itu?”“Tentu saja, supaya saya juga tidak terlanjur memberikan harapan yang kosong pada Nyonya Muda. Bagaimana pun ini masih terlalu awal. Usia pernikahan Anda saja baru empat bulan, tidak mungkin Anda melakukan ‘itu’ setiap malam sampai-sampai bisa hamil secepat itu, kan?” “Aku pikir sudah lebih dari tiga kali kami melakukannya ….” Xue Ningyan mencoba berpikir dan menghitung lebih akuran. Tabib itu terdiam dengan raut tak percaya.“Kenapa? Kau mau bilang itu tetap tidak mungkin
Gu Wan terkekeh pelan, “Hehe …, Yang Mulia. Maaf, sepertinya saya sudah salah dengar, saya mengira Anda menyuruh saya untuk menyiapkan makanan Nona di ruang makan karena Anda ingin makan berdua dengannya …, saya minta maaf.” Pangeran Pertama memijat pelipisnya, merasa kesal dengan orang menyebalkan ini. “Pindahkan makanannya ke kamarnya sendiri. Aku sudah bilang kalau dia butuh istirahat total, kan?”Gu Wan tidak menyerah untuk membuat majikannya makan bersama kekasih yang baru dibawanya itu. “Ta-tapi beliau kan sudah berada di sini. Melelahkan sekali bagi tubuh lemahnya kalau harus kembali ke kamar sekarang, setidaknya kalau tidak mau makan bersama, Anda bisa menyuruhnya duduk sebentar untuk menemani Anda makan, kan?” Pangeran Pertama menghela napas kasar, “Kau yang harus bertanggung jawab memikirkan caranya. Jangan lupa ingatkan aku untuk menghukummu besok pagi.” “Yang Mulia ….” Gu Wan memasang wajah memelas. “Anu …, Yang Mulia,” Xue Ningyan bersuara untuk menghentikan perdebat
Lengang. Xue Ningyan mengedipkan mata beberapa kali seolah tidak percaya tentang penglihatannya sendiri. Pangeran Pertama menyeringai lebar, “Selamat malam, Xue Ningyan. Apakah kau bisa melihatku?” Suara itu terdengar lagi. Membuat Xue Ningyan tersadar bahwa ini sama sekali bukan ilusi. Sebenarnya kalau itu adalah ilusi, Xue Ningyan pun tidak mengerti kenapa dirinya tiba-tiba memikirkan Pangeran Pertama sampai-sampai berhalusinasi bahwa orang itu ada di hadapannya. Tapi sekarang ini, yang terjadi benar-benar nyata. “Yang Mulia …, Pangeran Pertama?” Xue Ningyan bergumam, sekali lagi memastikan. Pangeran Pertama mengangguk, “Aku tak sengaja melihatmu pingsan di jalan, Xue Ningyan. Jadi aku membawamu ke vilaku untuk diobati. Kebetulan jaraknya tak terlalu jauh dari tempat aku menemukanmu,” jelas Pangeran. Akhirnya, Xue Ningyan mengingat apa yang sudah terjadi, ia buru-buru duduk dan menjatuhkan lututnya di lantai sambil berkata. “Sa-salam untuk Yang Mulia Pangeran Pertama. Mohon
“Dia …, dia sedang mengandung, Yang Mulia! Se-sedang hamil! Ada janin di dalam perutnya, ca-calon bayi!” Gu Wan menjatuhkan dahinya di lantai dan terus bersujud. “Saya mohon, Yang Mulia. Katakan pada saya kenapa Anda melakukan tindakan bodoh itu? Anda menghamili wanita dari keluarga mana? Bahkan tubuhnya sangat lemah untuk bisa melahirkan bayi, tapi Anda menghamilinya? Astaga, Dewa …, atau siapa pun yang ada di Langit …, berkatilah Yang Mulia kami, dan berikanlah—”“Cukup, Gu Wan. Hentikan celotehan tidak jelasmu. Bawa aku padanya.”“Ya-Yang Mulia?” “Sekarang.” Pangeran Pertama segera meninggalkan ruangan itu dan kembali ke kamar Xue Ningyan. Tatapannya sangat serius sampai dahinya terus berkerut. Xue Ningyan masih belum sadarkan diri, dan masih tidak tahu kalau dia dibawa pergi oleh Pangeran Pertama ke vilanya tanpa persetujuan. “Wajahnya pucat sekali, Yang Mulia. Wanita ini mungkin punya penyakit bawaan lahir yang tidak bisa disembuhkan. Dan kondisi itu membuatnya tidak memungki
Liu Ling tiba di Kediaman Tuan Muda Keempat pada siang hari. Dan langsung menemui Shen Qi yang sudah duduk di ruang kerja. Liu Ling mendengus pelan, “Kudengar kau baru bangun setelah dua hari tertidur.” “Itu tidak bisa dinamakan tidur.” Shen Qi mengelak. “Bagaimana keadaanmu? Sepertinya kau juga lupa tentang racun itu, ya.” Liu Ling mengambil posisi duduk di kursi panjang yang ada di sisi kiri ruang kerja. Itu biasanya digunakan untuk menerima tamu karena disediakan kompor kecil untuk menyeduh teh. “Kau juga memilikinya?” tanya Shen Qi. Dengan sengaja masih merahasiakan tentang ingatannya yang sudah sepenuhnya pulih.“Tidak. Aku sudah sembuh sejak pergi ke Qingzhou.” Liu Ling menyeduh teh untuk dirinya sendiri. Shen Qi mendengus pelan, lalu beralih duduk di hadapan Liu Ling untuk mengobrol lebih banyak dengannya. Liu Ling mulai memasang wajah serius, “Shen Qi. Aku tidak ingin menikah denganmu.” Shen Qi menghentikan gerakannya yang baru saja membalik cangkir. Ia menatap Liu Lin
Xiao Di terdiam saat melihat seorang pria yang tak dikenalnya menghampiri Xue Ningyan yang hampir terjatuh, dan memeganginya supaya tidak tidak terjatuh. Pria itu adalah Pangeran Pertama, sedang menatapnya yang berdiri mematung.“Apakah kau mengenalnya?” tanya Xiao Di. Pangeran Pertama tersenyum hingga gigi gingsul di sudut bibir kirinya terlihat dan matanya menyipit, “Ya, dia adalah Nyonya Muda Keempat Shen, Xue Ningyan.” Xiao Di membulatkan mata dan berlari menghampirinya. “Kalau begitu, kau pasti temannya Nona Xue, kan?” “Tentu saja, aku berteman dekat dengannya. Sekarang kondisi tubuhnya tidak baik, aku ingin membawanya ke rumahku untuk diobati, jadi kau tidak perlu khawatir.” Pangeran Pertama menenangkan Xiao Di yang memang sedang mencari orang untuk menyelamatkan Xue Ningyan. “Kalau begitu, kebetulan sekali, aku akan menyerahkan Nona Xue padamu. Sedangkan aku akan mencari Nona Xiao Ci untuk segera menjemput Nona Xue di kediamanmu. Ah, bisakah kau beritahu aku di mana rumahm
Kediaman Xue. Xue Ningyan berdiri berhadapan dengan ayahnya, Xue Yuan. Meski terkejut, Xue Yuan tidak sampai mengusirnya karena tidak suka. Apalagi Xue Ningyan bersama beberapa orang dari Kediaman Tuan Muda Keempat. Begitu melihat barang bawaan Xue Ningyan, dia memerintah, “Siapkan kamar untuk Nona Pertama beristirahat.” “Baik, Tuan Besar ….”Karena tidak punya anak laki-laki, begitu kedua putrinya menikah, Xue Yuan hanya tinggal berdua di kediaman ini dengan istrinya, dan sesekali menerima tamu dari besannya. Xue Fengzhi terbilang cukup sering pulang ke rumah karena kerinduannya terhadap kedua orang tua yang menyayanginya, jadi Xue Yuan lebih sering menyambutnya dari pada Xue Ningyan. Xue Ningyan sendiri, cenderung tidak punya alasan untuk berlama-lama mengunjungi kediaman orang tuanya karena merasa tidak ada yang mengharapkan kedatangannya. Kini pun, dia datang karena memiliki maksud lain. Xue Ningyan duduk berhadapan dengan ayahnya di aula utama. Xue Yuan tidak menunjukkan
Shen Qi membuka matanya. Kembali terjaga dari mimpi yang belakangan ini selalu menghampirinya. Ia menatap langit-langit kamar yang remang. Lalu mulai mengingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur. Ia tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuhnya. Seolah ada energi panas yang entah datang dari mana dan membuat seluruh tulangnya seperti dibakar bara api. Hingga ia pun menjadi ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya yang terbilang cukup kuat ini. Shen Qi menatap kedua telapak tangannya sendiri, ‘Ini adalah ‘jamuan selamat datang’ yang diberikan Pangeran Pertama padaku tiga tahun yang lalu.’ Ia meringis pelan, memegangi kepalanya yang terus berdenyut, memaksa ingatan-ingatan yang selama ini lenyap untuk terus berdatangan lagi. Ia mengedarkan pandangannya sedikit, melihat Zhong Li tertidur lelap di kursi panjang di dalam kamarnya.Lalu tatapannya jatuh ke tempat kosong di sampingnya tidur. “Xue Ningyan,” ia bergumam pelan.Ia terdiam cukup lama. Dan mengingat semu
Xue Ningyan membuka mata saat merasakan sesuatu yang basah dan lembap menyentuh dahinya. “Nyonya Muda, Anda sudah bangun?”Wajah Tang Yan terlihat pertama kali. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. “Nyonya Muda tiba-tiba pingsan di tengah jalan saat kembali dari kamar Tuan Muda semalam,” Tang Yan membantu menjawab. “Benarkah? Terima kasih karena sudah membawaku ke sini.” “Tidak, sebenarnya …,—”“Bagaimana kamu bisa bangun pada waktu seperti itu, Tang Yan? Aku keluar dari sana pukul dua pagi.” Xue Ningyan duduk dan bersandar pada sandaran ranjang. Tang Yan menghela napas, “Hanya kebetulan saja saya melihat Anda saat sedang lewat, Nyonya Muda ….”“Selain itu …, yang menemukan Nyonya Muda bukanlah saya, tapi Tuan Zhong Li.”Xue Ningyan terdiam, “Zhong Li, sudah kembali dari Istana Selatan?” “Ya, Nyonya Muda. Beliau kembali setelah satu hari. Dan tampaknya Anda beruntung karena Tuan Zhong Li kembali tepat saat Anda keluar dari kamar Tuan Muda.”“Ah …, benarkah? Kalau begitu
Dua jam kemudian. Xue Ningyan berdiri diam di samping Shen Qi yang mulai tertidur lelap berkat sebuah pil yang menurut Zhong Li adalah obat penenang. Sejak tadi, ia menunggu Zhong Li untuk menjelaskan apa yang baru saja terjadi pada Shen Qi secara tiba-tiba itu? Tapi tampaknya, Zhong Li terlalu santai untuk dikatakan cemas dengan yang baru saja terjadi itu. “Kenapa kau tidak memanggil Tabib?” tanya Xue Ningyan pada akhirnya. Zhong Li menyelimuti Shen Qi dan meletakkan dupa aromaterapi di atas meja sebelum menjawab pertanyaan Xue Ningyan. “Mari ikuti saya, Nyonya Muda.” Zhong Li berkata dengan pelan sambil berjalan keluar dari kamar. “Tapi Nona Xiao Ci dan Tuan Tang Yan harus menunggu di tempat lain. Saya ingin berbicara empat mata dengan Nyonya Muda,” dia bahkan berpesan secara khusus. “Baiklah. Xiao Ci, lanjutkan latihanmu.” Xue Ningyan memberi perintah tanpa menoleh ke belakang. “Baik ….”Zhong Li membawanya menuju ruang kerja Shen Qi yang sekarang sepi dan berantakan. “Seb