Li Shu tertegun. Gerakannya tertahan, dia menatap Ying Shi dengan raut wajah tidak percaya. Dalam hati, ia merasa senang, tapi yang sebenarnya ia rasakan adalah gelisah dan waspada. Ia menatap mata Ying Shi yang hanya memantulkan kejujuran. Laki-laki ini tidak mengenal siapa pun setelah kehilangan ingatannya. Dan dia tahu jelas, bahwa mungkin saja yang dikatakan Ying Shi itu adalah hal yang dirasakannya setelah kehilangan ingatan, bukan sandiwara untuk menarik dirinya kembali ke dalam lembah bermasalah. “Tuan Ying Shi, apakah Anda mengingat siapa Anda?” tanya Li Shu, pelan. Mencoba meminimalisir perasaan curiga yang mungkin tak sengaja ditampakkan. “Kenapa Nona Li bertanya seperti itu?” Li Shu mengedipkan mata, mencoba mencari jawaban lain. “Ya …, mungkin saja Anda mengingat sesuatu setelah mengatakan perasaan Anda.” Ying Shi mengulas senyum tipis. “Kau khawatir perasaanku ini tidak sungguhan?” “Tidak begitu!” Li Shu segera membantah. “Apakah memerlukan pembuktian?” Ying Sh
Li Shu segera menjatuhkan lutut dan bersujud. “Saya tidak berani.”Melihat penyelamatnya yang sampai merendahkan diri di depan seorang pria, Ying Shi segera berlutut dan berkata, “Mohon maafkan Nona Li Shu, Yang Mulia. Beliau hanya terlalu memperhatikan saya saja.” Pangeran Pertama mulai merasa jengkel. Hanya karena kehilangan ingatan, Ying Shi yang paling tangguh dan paling jeli matanya itu tiba-tiba saja menjadi tidak berguna seperti ampas. Dia bahkan menjatuhkan lutut demi seorang wanita. Sama sekali tidak seperti Ying Shi yang diketahuinya. “Kalau aku meninggalkannya di sini, apa kau tetap bersedia ikut denganku?” tanya Pangeran Pertama. Bagaimana pun, Ying Shi masih bawahannya. Dan Ying Shi mungkin mengingat sesuatu yang penting sebelum kehilangan ingatannya. Dia harus mendapatkan kembali ingatan itu sebelum Ying Shi benar-benar menjadi pria bodoh yang tidak berguna. Ying Shi tampak berpikir, dia menjawab pelan, “Saya tidak berani menolak perintah Yang Mulia. Tapi saya ben
Beizhou. Kediaman Li. Pangeran Pertama keluar dari gerbong kereta kuda. Menatap gerbang kediaman ajudannya, Li Jun. Untuk menjemput Ying Shi. Begitu gerbang terbuka, seorang wanita tampak berdiri tenang di depan pintu Aula Utama. Menatap dua orang yang ‘bertamu’ ke kediamannya. “A-Shu.” Li Jun tersenyum tipis. “Beri salam kepada Yang Mulia Pangeran Pertama.” Li Shu, wanita yang berdiri itu, termangu. Menatap Pangeran Pertama dengan sorot yang dalam, seolah kerindungan menggantung dengan berat di sana. Pangeran Pertama menaikkan sebelah alis, ‘Ada apa dengan wanita ini?’“A-Shu.” Li Jun memanggilnya lagi. “Ah, iya.” Li Shu menyadarkan diri dari lamunan. Lalu menekuk lututnya sedikit dan menautkan kedua tangan dengan siku sejajar dengan bahu. “Salam untuk Yang Mulia Pangeran Pertama. Saya Li Shu, putri tunggal Tuan Li Jun. Saya merasa terhormat bisa bertemu secara langsung dengan sosok yang dilayani ayah saya. Mohon maafkan tindakan lancang saya sebelumnya, Yang Mulia.” Pangera
Malam sudah larut. Lampu-lampu minyak sudah berkurang jumlahnya. Hawa dingin menyergap, salju mulai turun. Shen Qi berjalan di selasar dan mendapati ibunya, Qin Wanzhi baru saja keluar dari kamar Shen Qi. Mereka berpapasan di lorong, Shen Qi berhenti untuk menyapanya. “Ibu, selamat malam.” “Kau baru kembali?” Qin Wanzhi berbisik sambil melotot. “Urusan penting tidak bisa ditunda, Ibu.” She. Qi menghela napas pelan. Kalau bukan karena gadis yang tiba-tiba dicurigai itu, Shen Qi tidak akan pulang terlambat malam ini. “Apakah besok jadwalmu padat?” tanya Qin Wanzhi. Shen Qi menggeleng. “Apakah Ibu ingin membicarakan sesuatu denganku?” “Luangkan waktumu besok pagi untuk bertemu Ibu. Malam ini kau segeralah beristirahat, Xue Ningyan juga baru tidur karena sepanjang hari Xiao Yan hampir selalu menangis.” Shen Qi terdiam sejenak. Xue Ningyan pasti kelelahan. “Baik, Ibu.” Dia pun pergi menuju kamarnya. Pintu dibuka perlahan supaya tidak mengeluarkan suara yang mengganggu ketenangan
Pagi itu, semuanya mulai diperbaiki satu-persatu. Yang Ye keluar dari tempat pengamatannya setelah memerintah satu-dua orang penjaga. Yang Yunshui mempersilakan Xue Ningyan dan Shen Qi duduk di kursi besar aula utama kediamannya. Dirinya sendiri justru berlutut di hadapan keduanya sambil menautkan kedua tangan. Yang Ye berdiri di belakangnya sebagai saksi perbuatan ayahnya yang sedikit berlebihan. “Katakan, kenapa tiba-tiba ada Wang Yuxuan di kediamanmu? Kau tidak hanya membuat kesepakatan dengan istriku saja, kan?” Shen Qi bertanya dengan nada penuh interogasi. Yang Yunshui menundukkan kepala. “Satu jam sebelum menerima surat dari Nyonya Muda, saya mengirim surat kepada Yang Mulia Pangeran Pertama.”“Jadi kau lebih dulu menghubungi Wang Yuxuan?” Shen Qi mengernyitkan dahi. Apa yang direncanakan pria ini? Shen Qi tidak pernah meragukan kesetiaannya, tapi kebaikannya sangat patut untuk diragukan. “Saya …, berencana menjadikan Nyonya Muda sebagai alat transaksi dengan Pangeran Per
Dua hari sebelumnya, Xue Ningyan terbangun dan menyadari Shen Qi tidak berada di sebelahnya. Dengan dugaan kecil tentang ke mana Shen Qi pergi, Xue Ningyan beranjak dari kamar tidur dan pergi ke ruang kerja.Langit masih terlihat gelap. Cahaya dari lampu gantung menyala terang di lorong, membentuk bayang-bayang panjang di dinding. Suara desau angin di luar mengiringi langkah Xue Ningyan yang perlahan dan penuh tanya.Dari luar, meskipun harus merapatkan mantel karena cuaca dingin, Xue Ningyan tidak memutuskan untuk segera masuk, karena mendengar perbincangan Shen Qi dan Zhong Li.‘Jadi Zhong Li mengatakannya pada Shen Qi tentang seberapa jauh aku mengerti ya.’ Dia bergumam dalam hati.Dia sudah mempersiapkan hati sejak mengetahui bahwa Shen Qi memiliki identitas yang spesial. Dan orang-orang yang mendukung di belakangnya, jelas menginginkan segala sesuatu yang terbaik untuk Shen Qi.Seperti Kanselir yang mencari seribu satu cara untuk mempersembahkan gelar Putra Mahkota padanya.Xue N