“Itu maksudnya adalah hubungan suami-istri.” Suara lain telah menyahut. Shen Qi terkesiap dan menoleh ke belakang. “I-Ibu?! Kenapa ada di sini?”“Haah, kau sudah dewasa dan sudah mengalaminya, kan? Bagaimana mungkin tidak tahu?” Qin Wanzhi menepuk dahi dan mengambil posisi duduk di hadapannya. “A-apa hubungannya itu dengan Ibu?! Lagipula, Ibu belum menjawab pertanyaanku, kenapa Ibu ada di sini?” Shen Qi menatap jengkel.Qin Wanzhi tersenyum lebar sambil menyipitkan mata. “Aku datang karena merindukan menantuku.”Shen Qi berdecak kesal, memilih untuk tidak mengindahkan pengakuan Qin Wanzhi. Tapi di sisi lain, dia merasa resah karena ternyata Qin Wanzhi datang untuk Xue Ningyan. Zhong Li berbisik di telinganya, “Nyonya Qin sangat dekat dengan Nyonya Muda. Jadi sebaiknya Anda bersandiwara sebentar seolah-olah tidak ada yang terjadi, Tuan Muda. Atau saya perlu mengatakan pada beliau bahwa Anda hilang ingatan?” “Tidak perlu, Zhong Li. Aku bisa menghadapinya,” balas Shen Qi. “Jadi, sur
“Nyonya Muda, bangun …, sudah saatnya Anda bangun, Nyonya Muda.” Suara Xiao Ci terdengar menerobos alam mimpinya. Xue Ningyan membuka dan melihat Xiao Ci sedang membuka jendela. “Pukul berapa sekarang, Xiao Ci?” Xue Ningyan beringsut duduk. “Sekarang pukul tujuh pagi, Nyonya Muda.” Xiao Ci tersenyum dan mendekat, “Saya sudah menyiapkan air hangat untuk Anda mandi.” “Ah, iya.” Xue Ningyan berdiri dan bersiap untuk mandi. Semalam, Zhong Li mendatanginya dan menyuruhnya segera pindah kembali ke kamar Shen Qi. Dia juga mendengar bahwa alasannya adalah karena kedatangan Nyonya Qin yang tiba-tiba. Tapi Xue Ningyan tidak bisa menolak permintaan itu dan segera pindah ke kamar Shen Qi. Semalam itu …, dia menangis karena tidak mampu menahan kekecewaannya terhadap Shen Qi. Ia memahami bahwa yang ia hadapi sekarang bukan Shen Qi yang mampu bersikap dewasa karena ingatannya seolah tertahan di usia dua puluh tahun.Mungkin saat ini Shen Qi merasa bahwa seperti itulah dia harus bersikap padan
Xue Ningyan mematung di depan pintu. Melihat Shen Qi sudah rapi dengan warna pakaian yang senada dengannya. Pakaian itu juga dipakai Shen Qi saat menghadiri pesta pernikahan Tuan Putri Yinyue. ‘Bagaimana bisa begitu kebetulan ….’ Xue Ningyan ragu-ragu menerima uluran tangan Shen Qi. Tapi Shen Qi langsung menggenggamnya dan mengajaknya berjalan tanpa mengatakan apa pun. Zhong Li sudah mengabarkan kalau Qin Wanzhi sudah berada di ruang makan keluarga setelah memasak beberapa hidangan kesukaan Shen Qi. Matanya melirik menatap Xue Ningyan yang berjalan dengan pandangan lurus tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Meski semalam ia menyuruh Xue Ningyan tidur di kamarnya, tapi ia sama sekali tidak memasuki kamar itu semalam penuh. Mungkin ia mengerti kenapa Xue Ningyan seperti tidak melihatnya sekali pun pagi ini walau sempat tercengang sedikit. “Anu …, aku minta maaf tentang semalam,” Shen Qi membuka percakapan. “Saya sudah memaafkannya,” jawab Xue Ningyan, pendek dan datar. Shen Qi
Istana Selatan.Saat ini, Tang Yan berada di sana. Dia memakai seragam pelayan pria dan mencari kesibukan dengan menyapu halaman. Sambil melakukan itu, matanya mengawasi kamar pribadi Pangeran Pertama. Dan tidak melihat ada hal yang mencurigakan yang bisa membantu penyelidikannya. Sebenarnya, sudah dua hari sejak ia berada di sini untuk mengawasi Pangeran Pertama secara langsung. Tapi dia bahkan tidak melihat sang Pangeran bertemu orang selain Baginda Kaisar dan para pejabat di Istana yang bertegur sapa setelah rapat rutin berakhir. Padahal dia yakin sekali akan bertemu pria misterius itu jika menyusup ke Istana Selatan. ‘Omong-omong, aku juga mendengar kalau Liu Ling sangat dekat dengan Pangeran Pertama, kan?’ Tang Yan menghentikan aktivitas menyapu halamannya. Dan beralih mencabuti rumput di sekitar paviliun. Berharap ia bisa menemukan sesuatu jika bekerja di dekat tempat di mana Pangeran biasanya menerima tamu. Dan benar saja, beberapa saat kemudian, dia melihat Pangeran Per
Setelah percakapan yang penuh intensitas itu, Shen Qi pergi meninggalkan Xue Ningyan begitu mendengar jawaban tidak disangka itu. Dia menutup mulut dan hidungnya dengan wajah yang panas, “Yang benar saja? Mengapa aku bisa begitu tidak tahu malu menginginkan hal semacam itu dari seorang wanita yang bahkan tidak kukenal?”“Yeah …, memang dia bilang aku menginginkannya setelah satu bulan pernikahan kami. Tapi itu tetap saja di luar dugaan. Kenapa pula aku menginginkan seorang putra dari rahimnya? Tidak masuk akal.” “Apanya yang tidak masuk akal, Tuan Muda? Anda sendiri yang mengusulkan hal itu.” Zhong Li yang sedang memeriksa dokumen di sudut ruangan, mengomentari pemikirannya. Shen Qi menyorot dengan tatapan membunuh. Seolah baru tahu kalau Zhong Li berada di sana lebih dulu darinya. Zhong Li langsung menyembunyikan kepalanya dengan tumpukan dokumen, “Se-sebenarnya saya sibuk bekerja, Tuan Muda ….”“Kalau bekerja ya bekerja saja. Jangan sibuk mengurusi urusan orang lain.” “Baik ….”
Istana Selatan. Tang Yan melihat Liu Ling keluar dari paviliun itu setelah pukul tujuh malam. Dan hanya pulang berjalan kaki dengan pelayan pribadinya. “Kenapa dia tidak naik kereta kuda saja?” Tang Yan berjalan mengikutinya diam-diam. Tapi kalau diperhatikan lagi, suasana malam hari di Ibukota sangat ramai dan terlihat aman, tidak menyeramkan seperti Qingzhou. Dan pasti ada alasan yang jelas mengapa Liu Ling memilih untuk tidak menggunakan kereta kudanya. Tang Yan merasa tenang. Dia mengikuti Liu Ling diam-diam dengan niat untuk melindunginya. Dia sungguh tidak memiliki maksud apa pun dan hanya ingin melindunginya. “Putri, ini indah sekali!” Man'er berseru antusias sambil mencoba sebuah tusuk rambut yang dijual di pinggir jalan. Liu Ling mendengus, “Aku bisa membelikanmu yang lebih mahal dari ini, Man'er, letakkan itu.” “Tapi, Putri. Saya benar-benar menyukai ini.” Man'er enggan meletakkannya. “Aku sudah bilang aku akan membelikanmu yang lebih bagus dan mahal, kan? Ini sama
“Minumlah. Kau pasti ketakutan.” Tang Yan meletakkan semangkuk air putih di hadapan Liu Ling yang memejamkan mata sambil memijat pelipisnya. “Terima kasih karena sudah menolongku.”Tang Yan terdiam sejenak, kemudian menyeringai lebar, “Aku akhirnya berguna juga untukmu, ya!” Berkat Tang Yan, tiga pria bodoh itu sudah diatasi dengan cepat dan Liu Ling segera meninggalkan lorong itu bersamanya. “Aku bisa menghadapi mereka sendirian.” “Kalau bisa, kenapa kau malah melangkah mundur bukannya maju dan memukul?” “Itu karena kau datang duluan.” “Ah …, kalau begitu, apa seharusnya aku tidak usah datang saja?” Tang Yan memasang wajah menyesal seolah-olah tindakannya memang salah. Liu Ling menyorot datar, ‘Dia bercanda, ya?’ “Kalau sebenarnya kau bisa menghadapi mereka, seharusnya aku diam saja supaya bisa menghemat energi.” Tang Yan mengembuskan napas pelan, meraih kendi arak yang baru saja dibelinya dari kedai yang sama. Liu Ling menghabiskan air di mangkuknya. Sambil mengamati Tang Y
Akhirnya, Tang Yan kembali ke Kediaman Tuan Muda Keempat setelah berhari-hari menyamar. Dan langsung diminta untuk menemui Xue Ningyan yang menunggunya di Paviliun Taman. Tang Yan datang dengan segera malam itu juga. Ia berdiri dengan kepala tertunduk, lalu meminta maaf, “Saya minta maaf karena telah melalaikan tugas saya, Nyonya Muda. Tapi saya benar-benar memiliki sesuatu yang mendesak untuk segera diselesaikan.” “Apakah kau tidak bisa mengatakan padaku urusan apa itu?”Tang Yan terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Bahkan meminta izin pada Xiao Ci pun tidak bisa?” “Maaf, Nyonya Muda. Memang saya seharusnya menyempatkan diri untuk meminta izin terlebih dahulu.” “Sudahlah, urusan hukuman bisa nanti-nanti. Pergilah beristirahat, raut wajahmu terlihat tidak baik. Apakah ada sesuatu yang terjadi?” Xue Ningyan mendongak menatapnya yang berdiri di depannya. Tang Yan masih saja terdiam, memang raut wajahnya itu tidak bisa disembunyikan karena dia tidak bisa berhenti memikirkannya. “Ja
Gu Wan terkekeh pelan, “Hehe …, Yang Mulia. Maaf, sepertinya saya sudah salah dengar, saya mengira Anda menyuruh saya untuk menyiapkan makanan Nona di ruang makan karena Anda ingin makan berdua dengannya …, saya minta maaf.” Pangeran Pertama memijat pelipisnya, merasa kesal dengan orang menyebalkan ini. “Pindahkan makanannya ke kamarnya sendiri. Aku sudah bilang kalau dia butuh istirahat total, kan?”Gu Wan tidak menyerah untuk membuat majikannya makan bersama kekasih yang baru dibawanya itu. “Ta-tapi beliau kan sudah berada di sini. Melelahkan sekali bagi tubuh lemahnya kalau harus kembali ke kamar sekarang, setidaknya kalau tidak mau makan bersama, Anda bisa menyuruhnya duduk sebentar untuk menemani Anda makan, kan?” Pangeran Pertama menghela napas kasar, “Kau yang harus bertanggung jawab memikirkan caranya. Jangan lupa ingatkan aku untuk menghukummu besok pagi.” “Yang Mulia ….” Gu Wan memasang wajah memelas. “Anu …, Yang Mulia,” Xue Ningyan bersuara untuk menghentikan perdebat
Lengang. Xue Ningyan mengedipkan mata beberapa kali seolah tidak percaya tentang penglihatannya sendiri. Pangeran Pertama menyeringai lebar, “Selamat malam, Xue Ningyan. Apakah kau bisa melihatku?” Suara itu terdengar lagi. Membuat Xue Ningyan tersadar bahwa ini sama sekali bukan ilusi. Sebenarnya kalau itu adalah ilusi, Xue Ningyan pun tidak mengerti kenapa dirinya tiba-tiba memikirkan Pangeran Pertama sampai-sampai berhalusinasi bahwa orang itu ada di hadapannya. Tapi sekarang ini, yang terjadi benar-benar nyata. “Yang Mulia …, Pangeran Pertama?” Xue Ningyan bergumam, sekali lagi memastikan. Pangeran Pertama mengangguk, “Aku tak sengaja melihatmu pingsan di jalan, Xue Ningyan. Jadi aku membawamu ke vilaku untuk diobati. Kebetulan jaraknya tak terlalu jauh dari tempat aku menemukanmu,” jelas Pangeran. Akhirnya, Xue Ningyan mengingat apa yang sudah terjadi, ia buru-buru duduk dan menjatuhkan lututnya di lantai sambil berkata. “Sa-salam untuk Yang Mulia Pangeran Pertama. Mohon
“Dia …, dia sedang mengandung, Yang Mulia! Se-sedang hamil! Ada janin di dalam perutnya, ca-calon bayi!” Gu Wan menjatuhkan dahinya di lantai dan terus bersujud. “Saya mohon, Yang Mulia. Katakan pada saya kenapa Anda melakukan tindakan bodoh itu? Anda menghamili wanita dari keluarga mana? Bahkan tubuhnya sangat lemah untuk bisa melahirkan bayi, tapi Anda menghamilinya? Astaga, Dewa …, atau siapa pun yang ada di Langit …, berkatilah Yang Mulia kami, dan berikanlah—”“Cukup, Gu Wan. Hentikan celotehan tidak jelasmu. Bawa aku padanya.”“Ya-Yang Mulia?” “Sekarang.” Pangeran Pertama segera meninggalkan ruangan itu dan kembali ke kamar Xue Ningyan. Tatapannya sangat serius sampai dahinya terus berkerut. Xue Ningyan masih belum sadarkan diri, dan masih tidak tahu kalau dia dibawa pergi oleh Pangeran Pertama ke vilanya tanpa persetujuan. “Wajahnya pucat sekali, Yang Mulia. Wanita ini mungkin punya penyakit bawaan lahir yang tidak bisa disembuhkan. Dan kondisi itu membuatnya tidak memungki
Liu Ling tiba di Kediaman Tuan Muda Keempat pada siang hari. Dan langsung menemui Shen Qi yang sudah duduk di ruang kerja. Liu Ling mendengus pelan, “Kudengar kau baru bangun setelah dua hari tertidur.” “Itu tidak bisa dinamakan tidur.” Shen Qi mengelak. “Bagaimana keadaanmu? Sepertinya kau juga lupa tentang racun itu, ya.” Liu Ling mengambil posisi duduk di kursi panjang yang ada di sisi kiri ruang kerja. Itu biasanya digunakan untuk menerima tamu karena disediakan kompor kecil untuk menyeduh teh. “Kau juga memilikinya?” tanya Shen Qi. Dengan sengaja masih merahasiakan tentang ingatannya yang sudah sepenuhnya pulih.“Tidak. Aku sudah sembuh sejak pergi ke Qingzhou.” Liu Ling menyeduh teh untuk dirinya sendiri. Shen Qi mendengus pelan, lalu beralih duduk di hadapan Liu Ling untuk mengobrol lebih banyak dengannya. Liu Ling mulai memasang wajah serius, “Shen Qi. Aku tidak ingin menikah denganmu.” Shen Qi menghentikan gerakannya yang baru saja membalik cangkir. Ia menatap Liu Lin
Xiao Di terdiam saat melihat seorang pria yang tak dikenalnya menghampiri Xue Ningyan yang hampir terjatuh, dan memeganginya supaya tidak tidak terjatuh. Pria itu adalah Pangeran Pertama, sedang menatapnya yang berdiri mematung.“Apakah kau mengenalnya?” tanya Xiao Di. Pangeran Pertama tersenyum hingga gigi gingsul di sudut bibir kirinya terlihat dan matanya menyipit, “Ya, dia adalah Nyonya Muda Keempat Shen, Xue Ningyan.” Xiao Di membulatkan mata dan berlari menghampirinya. “Kalau begitu, kau pasti temannya Nona Xue, kan?” “Tentu saja, aku berteman dekat dengannya. Sekarang kondisi tubuhnya tidak baik, aku ingin membawanya ke rumahku untuk diobati, jadi kau tidak perlu khawatir.” Pangeran Pertama menenangkan Xiao Di yang memang sedang mencari orang untuk menyelamatkan Xue Ningyan. “Kalau begitu, kebetulan sekali, aku akan menyerahkan Nona Xue padamu. Sedangkan aku akan mencari Nona Xiao Ci untuk segera menjemput Nona Xue di kediamanmu. Ah, bisakah kau beritahu aku di mana rumahm
Kediaman Xue. Xue Ningyan berdiri berhadapan dengan ayahnya, Xue Yuan. Meski terkejut, Xue Yuan tidak sampai mengusirnya karena tidak suka. Apalagi Xue Ningyan bersama beberapa orang dari Kediaman Tuan Muda Keempat. Begitu melihat barang bawaan Xue Ningyan, dia memerintah, “Siapkan kamar untuk Nona Pertama beristirahat.” “Baik, Tuan Besar ….”Karena tidak punya anak laki-laki, begitu kedua putrinya menikah, Xue Yuan hanya tinggal berdua di kediaman ini dengan istrinya, dan sesekali menerima tamu dari besannya. Xue Fengzhi terbilang cukup sering pulang ke rumah karena kerinduannya terhadap kedua orang tua yang menyayanginya, jadi Xue Yuan lebih sering menyambutnya dari pada Xue Ningyan. Xue Ningyan sendiri, cenderung tidak punya alasan untuk berlama-lama mengunjungi kediaman orang tuanya karena merasa tidak ada yang mengharapkan kedatangannya. Kini pun, dia datang karena memiliki maksud lain. Xue Ningyan duduk berhadapan dengan ayahnya di aula utama. Xue Yuan tidak menunjukkan
Shen Qi membuka matanya. Kembali terjaga dari mimpi yang belakangan ini selalu menghampirinya. Ia menatap langit-langit kamar yang remang. Lalu mulai mengingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur. Ia tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuhnya. Seolah ada energi panas yang entah datang dari mana dan membuat seluruh tulangnya seperti dibakar bara api. Hingga ia pun menjadi ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya yang terbilang cukup kuat ini. Shen Qi menatap kedua telapak tangannya sendiri, ‘Ini adalah ‘jamuan selamat datang’ yang diberikan Pangeran Pertama padaku tiga tahun yang lalu.’ Ia meringis pelan, memegangi kepalanya yang terus berdenyut, memaksa ingatan-ingatan yang selama ini lenyap untuk terus berdatangan lagi. Ia mengedarkan pandangannya sedikit, melihat Zhong Li tertidur lelap di kursi panjang di dalam kamarnya.Lalu tatapannya jatuh ke tempat kosong di sampingnya tidur. “Xue Ningyan,” ia bergumam pelan.Ia terdiam cukup lama. Dan mengingat semu
Xue Ningyan membuka mata saat merasakan sesuatu yang basah dan lembap menyentuh dahinya. “Nyonya Muda, Anda sudah bangun?”Wajah Tang Yan terlihat pertama kali. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. “Nyonya Muda tiba-tiba pingsan di tengah jalan saat kembali dari kamar Tuan Muda semalam,” Tang Yan membantu menjawab. “Benarkah? Terima kasih karena sudah membawaku ke sini.” “Tidak, sebenarnya …,—”“Bagaimana kamu bisa bangun pada waktu seperti itu, Tang Yan? Aku keluar dari sana pukul dua pagi.” Xue Ningyan duduk dan bersandar pada sandaran ranjang. Tang Yan menghela napas, “Hanya kebetulan saja saya melihat Anda saat sedang lewat, Nyonya Muda ….”“Selain itu …, yang menemukan Nyonya Muda bukanlah saya, tapi Tuan Zhong Li.”Xue Ningyan terdiam, “Zhong Li, sudah kembali dari Istana Selatan?” “Ya, Nyonya Muda. Beliau kembali setelah satu hari. Dan tampaknya Anda beruntung karena Tuan Zhong Li kembali tepat saat Anda keluar dari kamar Tuan Muda.”“Ah …, benarkah? Kalau begitu
Dua jam kemudian. Xue Ningyan berdiri diam di samping Shen Qi yang mulai tertidur lelap berkat sebuah pil yang menurut Zhong Li adalah obat penenang. Sejak tadi, ia menunggu Zhong Li untuk menjelaskan apa yang baru saja terjadi pada Shen Qi secara tiba-tiba itu? Tapi tampaknya, Zhong Li terlalu santai untuk dikatakan cemas dengan yang baru saja terjadi itu. “Kenapa kau tidak memanggil Tabib?” tanya Xue Ningyan pada akhirnya. Zhong Li menyelimuti Shen Qi dan meletakkan dupa aromaterapi di atas meja sebelum menjawab pertanyaan Xue Ningyan. “Mari ikuti saya, Nyonya Muda.” Zhong Li berkata dengan pelan sambil berjalan keluar dari kamar. “Tapi Nona Xiao Ci dan Tuan Tang Yan harus menunggu di tempat lain. Saya ingin berbicara empat mata dengan Nyonya Muda,” dia bahkan berpesan secara khusus. “Baiklah. Xiao Ci, lanjutkan latihanmu.” Xue Ningyan memberi perintah tanpa menoleh ke belakang. “Baik ….”Zhong Li membawanya menuju ruang kerja Shen Qi yang sekarang sepi dan berantakan. “Seb