Pada hari senja, seluruh bukit seperti disiram cahaya oranye yang berpendar indah. Angin musim gugur berhembus tenang. Xue Ningyan duduk di sekitar hamparan rumput yang tinggi, menatapi bunga kamelia yang mekar dengan kecantikannya. Kuil kecil di belakang pohon persik itu berwarna putih dengan ornamen merah sebagai hiasan. Pangeran Pertama berada di dalam, berdoa untuk ibunya. Xue Ningyan tersenyum sambil memejamkan mata. Menikmati suasananya. Lama sekali dia tidak beristirahat seperti ini. Ketika Pangeran Pertama keluar, Xue Ningyan melambaikan tangan ke arahnya, dan membersihkan tempat di sampingnya. “Kau mau melihat matahari terbenam dari sini, Xue Ningyan?” tanya Pangeran, duduk di sebelahnya. “Apakah boleh?” Pangeran Pertama terkekeh, “Tentu saja boleh. Nikmatilah selama kau masih berada di sini. Aku tidak setiap hari bisa menemanimu keluar, loh.”Xue Ningyan menatapnya dengan rasa bersalah, “Apakah saya menganggu waktu bekerja Yang Mulia?” “Tidak. Aku bukan tipe orang ya
Setelah musim gugur, hujan sesekali datang di sore hari. Saat ini pun sama. Xue Ningyan merenung sambil mendengar suara rintik air yang jatuh ke tanah. Sudah dua minggu dia berada di vila ini tanpa mendengar kabar apa pun. Dia juga belum menerima kabar dari Xiao Ci saat terakhir kali mengirim surat untuknya. Dan Pangeran Pertama bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Tok tok tok. Pintu kamar diketuk dari luar. Xue Ningyan berdiri dan membukanya, matanya menatap datar saat melihat Pangeran Pertama berdiri di hadapannya. “Yang Mulia,” sapanya. “Selamat sore, Xue Ningyan. Maaf aku baru sempat mengunjungimu. Aku punya banyak pekerjaan sejak pagi.” Pangeran Pertama tersenyum. “Tidak apa, Yang Mulia. Silakan masuk.” “Saat pergi ke pasar tadi pagi, Gu Wan membeli anggur kering. Aku juga pernah dengar kalau kau menyukainya, jadi aku membawanya untukmu.” Pangeran Pertama menyerahkan bungkusan kertas itu pada Xue Ningyan. Xue Ningyan tersenyum, “Terima kasih Y
Satu minggu kemudian. Kediaman Shen Qi. “Bagaimana?” Shen Qi meletakkan dokumen yang baru saja dibawanya dari Biro Informasi. Zhong Li menunduk. “Setelah pengintaian selama tujuh hari penuh, saya tidak mendapatkan apa pun, Tuan Muda.”“Sepertinya Yang Mulia sangat sibuk karena masalah penanganan wilayah pasca perang itu. Saya juga sering kali melihat Marquis Pingnan di Istana.” “Tapi Yang Mulia Pangeran Pertama tidak menemui beliau dan hanya menyampaikan pendapat melalui surat yang diantarkan Kepala Pelayan beliau.” “Dan setelah mengintai satu minggu penuh pun, saya tidak melihat Yang Mulia Pangeran Pertama keluar dari Istana Selatan.” “Ah …, bahkan beliau juga jarang keluar dari ruang kerjanya. Apakah benar-benar sesibuk itu mengurus keperluan logistik bagi rakyat yang terdampak perang? Sepertinya Yang Mulia sampai berusaha keras sekali.” Shen Qi mendengus pelan, “Tentu saja dia harus bekerja keras. Ini seperti penentuan bagi Pangeran Pertama dan Pangeran Kedua.” “Mereka juga
Pada hari kedua Pangeran Pertama tinggal di Vila Selatan, Ying Shi mengirim surat penyelidikannya melalui Kepala Pelayan Istana Selatan. Saat ini, Pangeran sudah menerimanya dan surat itu sedang dibaca. Itu berisi tentang pergerakan Shen Qi yang mungkin saja mengarah pada suatu petunjuk yang bisa memberitahukan keberadaan Xue Ningyan. Orang itu bahkan tidak berani bertanya secara langsung padanya tentang keberadaan Xue Ningyan saat bertemu dengannya dua hari lalu. Pangeran Pertama tersenyum meremehkan. Dia yakin Shen Qi tidak akan menemukan Xue Ningyan meski sampai membuntutinya begitu. Tapi, ekspresi senangnya langsung redup begitu dia membaca baris berikutnya dari surat itu. “Shen Qi sudah bertemu dengan Tuan Muda Yang Ye.” “Sialan. Orang itu …! Dia mendahuluiku karena aku sibuk melakukan tugas-tugas menyebalkan ini.”Pangeran Pertama menyandarkan punggungnya dengan santai, “Yeah …, biarkan saja, toh, bukan hal yang baik juga baginya jika dia tiba-tiba muncul sebagai pangeran
Esok paginya, Xue Ningyan duduk sendirian di paviliun sambil menyulam. Dia selalu membuat bentuk yang sama setiap kali memegang alat-alat itu. Sekuntum bunga osmanthus yang berwarna kuning segar yang cantik dan indah itu adalah bunga kesukaan ibunya. Namun karena di kediaman ini tidak ada taman bunga, Xue Ningyan perlahan mulai kesulitan karena tidak melihat contoh langsung saat membuat sulamannya.Walau pun kesalahan kecil tidak terlihat, pasti hasilnya akan sangat bagus kalau ia menyulamnya berdasarkan bunga asli yang terlihat di depan mata. Xue Ningyan bertanya-tanya kenapa kediaman ini tidak memiliki taman bunga? Padahal taman itu kan, objek indah yang harus ada di mana pun manusia berada. “Nona Xue, selamat pagi.” Gu Wan datang sambil membawa semangkuk obat. “Oh, Gu Wan. Selamat pagi.” Xue Ningyan kembali fokus pada kegiatannya. “Bunga osmanthus lagi, ya? Apa Anda tidak tertarik menyulam bunga lain juga?” Gu Wan meletakkan mangkuk obat itu di atas meja dan duduk di hadapan
Pangeran Pertama berlari hingga ujung lorong untuk mengejar sosok itu. Dia tidak menyangka ada yang berani menyusup ke vilanya seperti ini. “Kau terang-terangan sekali.” Pangeran Pertama menggeram kesal. Saat sosok hitam di tengah gelap itu mulai terlihat, ia langsung menyambarnya dengan tangan kosong. Jeritan perempuan terdengar. Bola mata Pangeran Pertama nyaris keluar, terkejut karena orang yang dia pikir penyusup itu adalah Gu Wan yang dengan sengaja ingin mencuri dengar Pangeran Pertama yang berbicara sendirian di dalam kamar Xue Ningyan. “Hehehe …, Yang Mulia ….” Gu Wan menyeringai lebar seolah tidak bersalah. “Ke-kenapa kau mengendap-endap begitu?! Aku jadi salah paham!” Pangeran Pertama berseru tertahan supaya teriakannya tidak terdengar hingga ke kamar Xue Ningyan. “Hehe …,” Gu Wan terkekeh pelan. “Kalau begitu …, sa-saya mau kembali ke kamar. Selamat malam, Yang Mulia. S-semoga Anda bermimpi indah.”Gu Wan berlari tunggang-langgang meninggalkan Pangeran Pertama yang me
Malan harinya. Pangeran Pertama merebahkan diri di atas ranjang kamarnya. Menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskannya perlahan. Ying Shi sudah berdiri di sampingnya, menunggu sebuah perintah. “Sekarang, masalah bisa terjadi kapan saja, Ying Shi. Shen Qi sudah mencurigaiku.” Pangeran Pertama bicara. “Apa yang Anda bicarakan dengannya?” tanya Ying Shi. “Tidak penting. Dia hanya mengajakku bermain catur hingga waktu berlalu selama dua jam. Kau pikirkan itu. Tidak mungkin dia datang hanya untuk bermain denganku padahal aku sedang begitu sibuk.” “Bodohnya aku malah melayaninya saja. Sialan. Dia pasti menyusupkan pengawalnya untuk menyisir seluruh Istana Selatan untuk mencari Xue Ningyan.” “Setelah mencari ke seluruh sudut Ibukota dan tidak bisa menemukannya, dia itu pasti berpikir bahwa hilangnya Xue Ningyan berkaitan denganku.” Ying Shi terdiam sejenak, lalu berkata, “Kebetulan saya tak sengaja melihat Zhong Li berkeliaran sendirian di Istana beberapa jam lalu. Tepatnya saat An
Istana Selatan. “Yang Mulia, Nona Ketiga Jiang datang mengunjungi Anda.” Kepala Pelayan Istana Pangeran Pertama mengetuk pintu kamar Pangeran. Pangeran Pertama mendengus malas, “Katakan kalau aku sedang sibuk.” “Maaf, Yang Mulia. Saya sudah berkata demikian, tapi beliau tidak bersedia meninggalkan Istana Selatan.” Pangeran Pertama menghela napas panjang, “Haah, anak itu merepotkan sekali. Putri Ketiga Marquis Pingnan, Jiang Shuyi baru saja tiba di Ibukota kemarin lusa. Wanita yang terkenal dengan wibawa dan keanggunan serta sopan santun yang sangat baik itu dirumorkan sangat jatuh cinta pada Pangeran Pertama. Di Ibukota ini, lebih sulit menemukan orang yang tidak tahu tentang rumor itu saking terkenalnya. Setidaknya itu mulai menyebar tiga tahun lalu, Nona Jiang yang tidak pernah pergi dari perbatasan itu, diketahui selalu mengirim surat setiap bulannya untuk Pangeran Pertama. Tapi surat-suratnya itu tidak pernah dibuka sama sekali. Dan entah bagaimana mulai bocor hingga luar
“Sebentar!” Yang Ye memukul meja dan meletakkan semua kartunya di sana.“Kenapa? Kau keberatan bermain satu kali lagi denganku?” Shen Qi menaikkan sebelah alisnya dengan santai. Yang Ye menggertakkan gigi, ‘Ini benar-benar pernah terjadi. Saat bermain lompat kuda dengannya, dalam tujuh ronde, dia sama sekali tidak pernah menang. Dan aku benar-benar meremehkannya sampai mempertaruhkan semua uangku. Tapi malah dia meraih kemenangan berlipat-lipat di akhir permainan. Ini benar-benar terulang.’ ‘Bagaimana ini? Jika benar-benar kalah, dia akan menanyakan informasi rahasia yang selama ini selalu disembunyikan oleh Ayah. Dan aku pasti akan dianggap tidak kompeten.’ Yang Ye memejamkan mata, menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Kemarikan kartu Anda, Tuan Kepala Biro. Saya akan kembali mengacaknya dan melakukan pembagian ulang.” “Silakan.” Shen Qi menyerahkan tumpukan kartu yang didapatnya. Yang Ye terus menatap wajah Shen Qi yang masih saja datar dan terlalu santai. Dia t