Vila Selatan. Xue Ningyan berdiri berhadapan dengan Ying Shi—yang masih saja selalu memakai baju hitam-hitam. Baru saja dia mendengarkan penjelasan bahwa Pangeran Pertama tidak bisa menemaninya selama beberapa hari ke depan. Xue Ningyan mengangguk pelan, “Baiklah, kau boleh pergi.” Ying Shi bergeming. Xue Ningyan menatap heran ke arahnya. “Kenapa? Apakah ada lagi yang ingin kau katakan padaku?”“Nona, saya bersedia menjadi pelayan Anda. Jadi, katakan apa pun yang Anda inginkan dari saya.” Maksud dari perkataannya itu adalah, ‘Saya bersedia memakai gaun wanita berwarna merah muda untuk Anda, Nona.’Tapi Ying Shi bukanlah orang yang berterus-terang seperti itu. Xue Ningyan harus bingung dulu dengan perkataannya itu. Lalu mulai memahaminya, dan bertanya sambil menahan malu. “Kau …, kalau menjadi pelayanku, kau harus memakai gaun berwarna merah muda dulu.” ***Beberapa jam sebelumnya. Ying Shi berlutut di depan Pangeran Pertama di Istana Selatan. Bersiap melaporkan penyelidikann
Istana Selatan. “Bagaimana kabarmu beberapa hari ini, Liu Ling?”Liu Ling berdiri di depan Pangeran Pertama tanpa mengatakan apa pun. Wajahnya datar seolah tidak menunjukkan ketakutan. “Padahal kita tidak bertegur sapa sejak tiga bulan yang lalu, tapi Yang Mulia bertanya kabar saya beberapa hari ini?” Liu Ling tersenyum, “Saya tidak menyangka Yang Mulia mengetahui kabar saya beberapa bulan terakhir.”Setelah mencerna kalimat itu sebentar, Pangeran Pertama tertawa pelan, “Kau marah karena aku tidak pernah mencarimu?”“Saya baik-baik saja, Yang Mulia. Saya juga sering kali pergi ke Istana Dalam untuk menemui Yang Mulia Ibu Suri. Kesehatan beliau sering kali menurun.” “Ah, kau masih sering mengunjungi Ibu Suri, ya.”“Ya …, tapi saya tidak pernah bertemu dengan Yang Mulia di sana.” Liu Ling menyeringai tipis, “Yang Mulia pasti sangat sibuk sampai-sampai tidak datang di hari pernikahan saya.” “Aku memang sibuk.” “Tepatnya, kesibukan apa itu?” Pangeran Pertama menaikkan sebelah alis,
Setelah kejadian di depan paviliun itu, Pangeran Pertama berpikir keras sambil menunggu Ying Shi datang. Sebelum pergi ke Istana Kaisar untuk menghadap Baginda, Pangeran Pertama menurunkan perintah untuk segera menyelidiki siapa yang menyebarkan rumor tidak masuk akal itu. Ini adalah hal yang serius karena tidak ada seorang pun yang tahu tentang keberadaan Xue Ningyan di sisinya. Saat ini, satu-satunya orang yang mencurigakan baginya adalah Xiao Ci yang baru saja datang beberapa hari lalu. Dan saat ini, Ying Shi mungkin saja sedang mengamatinya dari dekat dan mencari tahu apakah rumor itu memang disebarkan olehnya atau tidak. Ying Shi datang tiga jam kemudian. Ia menjatuhkan lutut di depan Pangeran Pertama. “Saya sudah menyelidikinya, Yang Mulia.”“Tampaknya kau membutuhkan waktu yang sangat lama, ya. Sekarang sudah pukul dua belas.” “Maaf, Yang Mulia, kasus ini lebih rumit dari yang saya pikirkan.” Ying Shi menunduk bersalah. “Lalu?” “Tidak seperti yang diduga Yang Mulia, pe
Istana Kaisar. Pangeran Pertama berlutut di aula yang besar, sedangkan ayahnya tak kunjung datang menemuinya. Ada beberapa hal yang dipertanyakan dari rumor yang tiba-tiba tersebar itu. Siapa? Kenapa dia sampai mengetahui tentang itu? Bahkan kehamilan Xue Ningyan saja selalu disembunyikan. Kenapa tiba-tiba muncul rumor yang begitu tidak mengenakkan dan menghancurkan reputasinya?“Baginda Kaisar tiba …!” kasim sudah berteriak. Pangeran Pertama menegakkan tubuhnya. Menahan napas. Jantungnya berdegup kencang. Langkah kaki mulai menggema. Baginda Kaisar pun memasuki aula. “Sekarang Ayah mengerti kenapa kau yang tidak pernah akrab dengan Permaisuri Yitian tiba-tiba datang menjenguknya saat mendengar bahwa dia sudah melahirkan.” Pangeran Pertama tertegun. Hal yang tak terpikirkan olehnya dalam situasi ini, justru tertebak begitu mudah oleh Baginda Kaisar. “Katakan padaku, dari rumah bordil mana selir yang kau sembunyikan itu? Sudah ada berapa anakmu yang keluar dari perutnya?” Tan
“Aku cukup mengantarmu sampai sini saja.” Pangeran Pertama turun dari gerbong bersama Xue Ningyan. “Yang Mulia tidak mau ikut masuk?” Pangeran Pertama tersenyum, “Aku masih memiliki pekerjaan di istanaku, Xue Ningyan.” Xue Ningyan menatap wajah Pangeran Pertama, teringat perkataan Paman Lu saat ia bertanya tentang kecelakaan kereta kuda yang melibatkan Wangye dua puluh tahun lalu. Saat menyadari bahwa Pangeran Pertama memiliki hubungan yang buruk dengan Shen Qi yang terlibat dalam kecelakaan itu juga, Xue Ningyan jadi memikirkan beberapa pertanyaan dalam benaknya. Lalu, ia mulai bertanya, “Yang Mulia, bagaimana hubungan Yang Mulia dengan Pangeran Kedua?” Pangeran sedikit terkejut, “Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?” “Aku hanya tiba-tiba memikirkannya saja.” Pangeran Pertama tersenyum tipis, “Hubunganku dengannya memang terlibat buruk di mata orang lain. Tapi sebenarnya tidak terlalu buruk, kok.” “Tidak terlalu buruk?” Xue Ningyan memiringkan kepalanya. “Iya. Aku bah
“Jiang Shuyi katamu?!” Pangeran Pertama berseru tertahan, melotot tajam pada Ying Shi. “Kita tidak bisa kembali ke Istana Selatan sekarang, Yang Mulia.” Ying Shi menunduk, pertanda bahwa dia memohon dengan sangat agar Pangeran Pertama menuruti kemauannya. “Kita kau bilang? Apa hubungannya denganku? Yang lebih dulu mencari masalah dengannya kan hanya kau.” Pangeran Pertama berjalan tidak peduli, “Aku harus mengambil jubahku.” “Kita pergi ke vila sekarang saja, Yang Mulia.” “Kau pikir perjalanannya hanya sejauh dua langkah, heh? Anginnya sangat kencang dan dingin saat malam, saat ini pakaianku terlalu tipis.” Pangeran Pertama menolak. “Kalau begitu, beli di tengah jalan saja.” “Mana bisa begitu, bodoh.” “Yang Mulia …, saya tidak mungkin berani mengaku sebagai Yang Mulia, kan?” Ying Shi menatapnya dengan raut datar. Pangeran Pertama berdecih, “Sialan. Memang tidak mungkin kau mengaku sebagai ‘aku’ dengan pakaianmu yang sekarang. Saat itu kebetulan saja karena kita memang sedang b
Keputusan itu, tentu saja diputuskan setelah ribuan kali berpikir. Pangeran Pertama tidak ingin bertemu ibu sambungnya. Tapi seperti yang dikatakan Pangeran Kedua, tidak ada salahnya mencoba menjenguk adik yang baru lahir, itu seperti edukasi untuk masa depan. Tidak. Bagi Pangeran Pertama, itu tidak sepenuhnya masa depan. Pangeran Pertama menatap Ying Shi yang masih berdiri dengan wajah datar di sampingnya. “Ying Shi, kapan biasanya wanita hamil akan melahirkan?” Ying Shi menoleh dan berkedip beberapa kali. “….”‘Pertanyaan macam apa itu?’ “Jawablah, Ying Shi.” “Saat sudah mencapai usia kandungan sembilan bulan.” Ying Shi menjawab datar.“Lalu setelah bayinya lahir?” “Tabib akan membersihkannya.” “Lalu?” Pangeran Pertama semakin antusias. “Lalu, biasanya tabib akan memberikannya pada Ayah bayi itu karena ibunya lelah setelah mengejan, karena itulah, sebagian pria di dinasti ini diberi pelajaran mengasuh anak saat istrinya sedang mengandung lima bulan. Untuk persiapan mengasu
Kediaman Sementara Marquis Pingnan. Jiang Shuyi merenung di kamarnya, semua pakaian sudah disiapkan dan barang-barang pribadinya sudah dimasukkan ke kotak kayu. “Nona, Tuan Marquis merubah jadwal perjalanan kita.” Pelayannya memberi pesan. “Aku tahu. Karena bagi pria tua itu, dua hari terlalu lama. Jadi dia pasti ingin aku secepatnya kembali ke Perbatasan.” “Nona …. Anda diminta untuk pergi sekarang.” “Katakan padanya aku harus pergi ke suatu tempat. Dan akan memulai perjalanan pada malam hari.” Jiang Shuyi meraih mantelnya dan meninggalkan kediaman. “Anda mau ke mana, Nona?” “Jangan mengatakannya pada Ayah. Aku ingin menemui Yang Mulia Pangeran untuk terakhir kali.” Jiang Shuyi menutul pintu kamarnya dengan kencang. ‘Ini adalah kesempatan terakhirku untuk mendapatkan beliau.’‘Setidaknya aku bisa memberi alasan bahwa aku akan kembali ke Perbatasan dan berpamitan padanya.’ ***Wilayah Barat. Xue Ningyan berjalan menuju rumah Paman Lu, salah satu orang yang menyaksikan kecela
Istana Selatan. Pangeran Pertama sudah berada di mejanya sejak pagi. Tangannya tak berhenti memeriksa dokumen dan menandatanganinya. Ying Shi berdiri di sampingnya dengan setia. Lantas pintu diketuk beberapa kali, Kepala Pelayan membuka pintu dan memasuki ruangan. “Yang Mulia, Yang Mulia Pangeran Kedua datang berkunjung.” “Minta dia menunggu di paviliun barat. Aku akan segera menyelesaikan pekerjaanku.” “Baik, Yang Mulia. Saya akan segera menyampaikannya pada beliau.” Kepala Pelayan mengangguk takzim. Ying Shi menatap Pangeran Pertama yang tak berhenti memeriksa dokumen. “Yang Mulia, pekerjaan Anda tidak bisa diselesaikan dengan cepat karena terlalu banyak. Kalau Anda menemui Pangeran Kedua dulu, kita akan terlambat.” Pangeran Pertama tersenyum jengkel, “Adikku itu tidak akan pergi sebelum bertemu denganku, Ying Shi. Apakah kau masih tidak mengerti? Dari pada membiarkannya melihatmu, lebih baik meladeninya dulu sebentar.” “Baik, Yang Mulia.” “Bagaimana dengan hal yang kuminta