Share

Bab 3

Author: Hairunnisa Ys
last update Huling Na-update: 2021-04-30 12:10:19

Kanaya yang sedang membersihkan beberapa pakaian kotornya, merasakan ada sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Ia sering merasa seperti masuk angin yang menyebabkan mual-mual. Pagi ini ia sudah tiga kali bolak balik kamar mandi untuk megeluarkan muntahannya. 


"Tidak biasanya aku masuk angin sampai mual-mual begini," ucapnya lemah. 


"Apa aku ke dokter saja? Bulan ini juga aku belum datang bulan."


Ia belum memikirkan mengenai kejadian satu bulan yang lalu. Kanaya segera membersihkan wajahnya. Selesai ia memakan roti tawar yang diolesi mentega untuk mengganjal perutnya dan segera menuju rumah sakit. Sesampainya di sana Kanaya segera dibawa menemui dokter. 


"Ada keluhan apa, Bu?" tanya dokter Nova sambil tersenyum. 


"Akhir-akhir ini saya sering merasa mual, dok. Selain itu saya juga sering lemas." terang Kanaya. 


"Baiklah, Bu. Mari saya periksa. Silakan, Bu." dokter tersebut memberi instruksi pada Kanaya. 


Kanaya segera membaringkan tubuhnya di tempat yang telah disediakan. dokter Nova segera melakukan pemeriksaan. Sesekali Kanaya memperhatikan raut wajah dokternya yang tersenyum.  Setelah selesai Kanaya kembali ke tempat duduknya sambil menunggu hasilnya. 


"Bagaimana, dok?" 


"Bu, saya hanya bisa mengucapkan selamat." 


"Maksud dokter? Selamat karena apa?" Wajah Kanaya terlihat sangat kebingungan. 


"Ibu sedang mengandung tiga minggu," ucap dokter tersebut dengan wajah senang. 


"Bagaimana bisa?" 


"Bu, kehamilan biasanya terjadi saat suami istri melakukan hubungan suami istri," ucap dokter Nova sambil tersenyum geli melihat kepolosan pasiennya. 


"Oh, begitu? Terima kasih dokter." Sebenarnya Kanaya masih belum mengerti dengan apa yang diucapkan oleh dokter tersebut.


Kanaya segera keluar dari sana sambil memikirkan ucapan dokter yang menyatakan dia hamil. Seingatnya ia tidak pernah memiliki suami, bukankah ini sangat lucu.

"Bagaimana mungkin aku bisa hamil di saat aku sendiri tidak memiliki suami." 


Kanaya berpikir keras untuk menemukan jawabannya kemudian ia teringat sesuatu, tepatnya satu bulan yang lalu. Ia menepok jidatnya.  


"Apa aku hamil karena malam itu?" 


Kanaya menggelengkan kepala dan berjalan dengan lesu. Ia berjalan sambil menunduk. Ia tidak melihat ada seorang pria berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa. 


Bruk... 


"Mbak, kalau jalan lihat-lihat dong!" Kesal pria tersebut tanpa melihat pria tersebut. 


"Maaf, Mas." ujar Kanaya dengan lemah. 


Pria tersebut mengalihkan matanya ke arah Kanaya. Namun, tidak lama setelah itu dia dibuat kaget luar biasa. Antara bahagia dan syok karena akhirnya bisa menemukan Kanaya. Ia mencarinya seperti mencari sebongkah berlian.


"Kamu!" Tunjuknya. 


"Siapa ya?" tanya Kanaya dengan wajah polos. 


Eiden tidak habis pikir kenapa wanita di depannya yang sudah ia tiduri malah tidak mengenalinya. Ini benar-benar aneh. 


"Kamu tidak mengenalku?" 


"Nggak, Mas." Lagi-lagi jawaban polos yang keluar dari mulut Kanaya. 


"Gila! Udah ditidurin malah melupakanku!" kesal Eiden dengan sewot. Suaranya yang lumayan keras berhasil menarik perhatian beberapa orang yang melintas.


Kanaya menutupi wajahnya saat beberapa mata malihatnya dengan aneh. 


"Mas, kenapa berbicara seperti itu."


"Karena kenyataannya aku sudah meniduri kamu. Biasanya kaum lelaki yang melupakan wanita yang pernah dia tiduri. Lah malah kamu yang melupakanku, apa dunia sudah benar-benar terbalik?"


"Ya, maaf mas."


"Kamu ngapain di rumah sakit ini?" tanya Eiden. Tatapannya penuh menyelidik. Sesekali matanya menatap perut Kanaya yang masih datar. Ia kembali teringat pada bayi mungil yang memanggilnya om. Eiden mendengkus kesal mengingatnya.


"Eh, itu Mas, saya lagi periksa."


"Kamu periksa kandungan?"


"Kok, Mas tahu."


"Nah, kamu hamil?"


"Kok, Mas tahu."


Eiden ingin sekali mengubek-ubek wajah polos Kanaya yang berhasil membuatnya kesal. Sejak tadi hanya kok, mas tahu yang keluar dari bibirnya. Ia bertanya dengan serius agar bisa siap siaga. Hatinya sangat senang saat mengetahui Kanaya benar-benar hamil anaknya. Awas saja kalau bayinya memanggilnya om.


"Kamu tinggal di mana?" tanya Eiden serius. 


"Di rumah saya Mas."


"Aku tau Kanaya! Maksudnya alamat."


"Buat apa Mas tahu alamat saya?" tanya Kanaya dengan curiga. Beberapa hari yang lalu ia sempat menonton berita mengenai modus beberapa pria yang pura-pura menanyakan alamat.


"Jangan bilang kalau Mas mau menguntit, ayo ngaku!"


"Enak aja! Aku Eiden. Masa kamu nggak mengenali sih."


"Mas Eiden yang diputusin sama mantannya dulu?" 


Eiden mendengkus kesal. Dari sekian banyaknya kenangan mereka. Kenapa Kanaya hanya mengingat hal tersebut. Membuat moodnya hancur saja.  


"Iya dan aku juga yang menjadi ayah dari kandunganmu."


"Iya, Mas. Saya ingat," ucap Kanaya dengan raut yang biasa. Bukankah seharusnya dia histeris, Eiden menggeleng melihat kelakuan Kanaya.


"Kamu nggak minta pertanggung jawaban dariku?" Eiden mulai memancing Kanaya bereaksi. Ia berharap gadis itu menodongnya dengan beberapa ancaman dan berujung memintanya bertanggung jawab.


Kanaya menggeleng polos. "Mas, kan nggak salah." 


Eiden ingin berteriak bahwa ia baru saja ditolak oleh wanita yang sudah ia tiduri dan sekarang sedang hamil. Kenapa dari semua prediksinya tidak ada yang benar sedikit pun. Wanita di hadapannya ini sangat berbeda 180 derajat dengan wanita pada umumnya. Hal itu membuat Eiden tidak senang, bagaimana pun caranya ia akan menjadikan Kanaya sebagai istrinya. 

-------

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dipaksa Menjadi Istri CEO   Bab 15

    Perusahaan Eiden hampir saja mengalami masalah serius. Salah satu pegawai yang menjabat sebagai bendahara, berusaha membawa kabur uang perusahaan. Untungnya pegawai yang selama ini loyal terhadapnya segera melaporkan kejadian tersebut. Jika tidak maka perusahaannya di ambang kehancuran. Eiden keluar dari ruangannya, ia menatap Kanaya serius."Kanaya, ikut saya!" perintahnya.Kanaya mengernyit bingung. Namun, tetap mengikuti langkah suaminya. Mereka berdua sudah sampai di ruang rapat. Pelaku yang selama ini menangani keuangan, tertunduk lesu dengan wajah sembab. Wajahnya yang cantik terlihat memerah menahan tangisan agar tidak keluar. Ia sangat menyesal melakukannya. Tapi saat itu dirinya sangat membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya yang bernilai ratusan juta rupiah.Eiden segera duduk di kursi kebesarannya, Kanaya juga duduk di sampingnya."Jelaskan!" perintah Eiden dingin. Wajah tampannya terlihat mengetat menahan amarah. 

  • Dipaksa Menjadi Istri CEO   Bab 14

    Fajar menyingsing menampakkan sinar keemasan. Kanaya membuka mata perlahan. Saat hendak turun, sepasang tangan besar melingkar di perutnya yang sudah berbentuk meskipun belum terlalu menonjol besar. Ia tersenyum menatap wajah damai Eiden yang snagat dekat dengannya, bahkan embusan napas suaminya mengelus lembut permukaan pipinya."Morning, Istriku." Eiden membuka mata dengan mata sayu, bahkan tangannya belum ingin beranjak dari sana."Pagi juga, Ei," balas Kanaya sambil menguap."Bahkan napasmu tercium harum," gombal Eiden sambil memajukan bibirnya.Kanaya meniup napas ke telapak tangan lalu menciumnya. Ia sedikit mual."Bau naga begini dibilang harum, dasar suami bucin!” ejek Kanaya."Tapi bagi diriku napasmu sangat harum, apalagi kalau benda kenyal milikmu dan milikku saling silaturahmi."Kanaya menatap lembut wajah suaminya, perlahan ia membiarkan Eiden mendekatkan bibirnya. Mendekati satu in

  • Dipaksa Menjadi Istri CEO   Bab 13

    Wajah Eiden terlihat kusut setelah pertemuannya dengan Risma. Wanita itu meskipun sangat dibenci olehnya. Tetap saja mereka memiliki kisah manis sebelum ia ditinggalkan. Kanaya masuk sambil membawa minumannya."Kamu kenapa?" tanya Kanaya sambil duduk di pinggir ranjangnya. Eiden diam tanpa menjawab. Kanaya mengangkat bahu lalu memainkan ponselnya. Sesekali ia tertawa. Eiden yang sedang melamun seketika melirik ke samping."Ada apa?" tanyanya sambil mengintip ponsel istrinya.Kanaya pura-pura tidak mendengar, ia membalikkan tubuhnya meski sedikit kesusahan akibat perutnya. Ia kembali tertawa, sesekali menyeka air matanya. Eiden menghela napas lelah. Ia tahu sudah salah karena mengabaikan istrinya, semua ini karena kehadiran Risma yang menyebabkan dirinya menjadi seperti sekarang."Sayang, maaf aku nggak bermaksud mengabaikan kamu barusan."Kanaya masih diam tidak menanggapi. Ia malah semakin tertawa menatap ponselnya, Eiden s

  • Dipaksa Menjadi Istri CEO   Bab 12

    Kanaya termenung panjang di sudut kamar. Masa lalunya yang menyakitkan tak mampu ia lupakan sampai sekarang. Kilasan akan orang-orang yang sangat ia sayangi terus mendoktrin pikirannya. Tanpa terasa sebulir air mengalir dari sudut matanya yang terlihat murung. "Andai … mama dan papa masih hidup, aku tidak akan hidup seperti ini.” Tapi sosok mereka hadir dalam diri kedua mertuanya. Setidaknya bisa mengobati luka hati yang ia simpan sendirian tanpa sepengetahuan siapa pun."Kana ...!" panggil sebuah suara.Kanaya mengusap air matanya, kemudian tersenyum polos."Kana ...!"Wanita itu dengan segera membuka pintu kamarnya. Wajah pria tampan terpampang nyata di hadapannya, maka dusta mana lagi yang kau inginkan."Tara ...!" Kanaya dibuat kaget oleh ulah suaminya."Suamimu yang tampan bawa sesuatu untukmu. Eits, jangan terharu dulu," ucap Eiden dengan jahil. Wajah Kanaya terli

  • Dipaksa Menjadi Istri CEO   Bab 11

    "Kenapa lagi dengan sekretarismu?" Angga duduk sambil meletakkan cangkirnya di meja.Eiden menghela napas, mengingat insiden kehilangan tender miliaran rupiah. Raut marah masih terlihat jelas di matanya. Masih untung dia memecat bukan membunuh wanita itu. Kewarasan masih menyuruhnya untuk sekadar marah."Papa tau, proyek A&N Company hilang gitu aja. Padahal Eiden bekerja bagai kuda agar bisa memenangkan tender tersebut," terangnya dengan dramatis."Ini sudah kesepuluh kalinya, Ei." Anita datang dan meletakkan cemilan ke hadapan keduanya."Mereka tidak ada yang kompeten sama sekali, Pa. Semuanya hanya menang tampang, tapi otak nihil!"Kanaya datang membawa minuman kemudian ikut duduk di ruang tamu tersebut. Anita melihat ke arah Kanaya dengan seksama. Ia sedang menilai, mana tahu bisa dijadikan sekretaris di perusahaan keluarga mereka."Kanaya kamu lulusan apa?" tanya Anita penasaran.

  • Dipaksa Menjadi Istri CEO   Bab 10

    Pagi Eiden diawali dengan kegabutan yang hakiki. Bagaimana tidak, gagal malam pertama, Kanaya menggodanya tapi tidak memuaskannya, ia ibarat ikan yang dipanggang di atas api yang sedang tamasya ke laut, apes sekali hidupnya sebagai suami."Wajahmu kenapa?" Anita menghampiri meja makan sambil membawa sepiring lauk kesukaan putranya."Memangnya wajahku kenapa, Ma?"Anita melihat dengan serius wajah putranya. "Seperti orang lagi menahan derita. Kalau sakit perut pergilah ke kamar mandi. Nanti kamu malah anu di sini."Eiden makin menekuk wajahnya yang tampan dan rupawannya dinistakan. Kanaya datang sambil membawa nasi dan meletakkan di meja makan. Eiden melirik istrinya yang sedang tersenyum bodoh, bahkan tidak meliriknya sama sekali, padahal Eiden sedang ingin menatap wajah yang selalu membuatnya terbayang siang dan malam."Hai, Istriku," ucap Eiden dengan nada geram yang dibuat terdengar manis.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status