Share

Bab 4

Sudah dua minggu lamanya semenjak pertemuan Eiden dengan kanaya. Wanita yang membuatnya merasa telah menjadi laki-laki paling bejat di muka bumi ini. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak belakangan ini. Banyak hal yang ia pikirkan dan di antara semuanya, Kanaya yang paling menguras pikirannya. 


"Wanita itu benar-benar tidak meminta pertanggung jawaban, tetapi kenapa aku merasa sudah menjadi lelaki bejat."  Eiden mengacak-acak rambutnya kesal. 


Dering gawainya berbunyi, ia melihat ke pusat suara. Ia memegang benda pipih tersebut sambil membawanya ke telinga. 

"Halo, Ma." 


"Nanti malam, Mama akan memperkenalkan kamu sama calon menantu Mama."


"Apa? Eden nggak mau, Ma."


"Kenapa nggak mau? Apa kamu masih menginginkan Risma!" teriak ibunya garang. Rasa tidak suka jelas menguasai suara dan intonasinya.


"Bukan begitu, Ma. Hanya saja Eden sudah ada calon istri." tegasnya. Namun, sedetik kemudian ia merutuki kebodohannya. Ia baru saja menggali kuburannya sendiri. 


"Kalau begitu kenalkan sama Mama." 


"Tapi, Ma." 


"Tidak ada tapi-tapian, kalau minggu ini kamu tidak mengenalkan dia sama Mama. Mama akan menjodohkan kamu sama wanita pilihan Mama.


Panggilan pun berakhir, Eiden hanya bisa menarik napas pelan sambil merosot lesu. Bukan enggan menerima wanita pilihan mamanya, hanya saja semua lnya sama saja seperti kebanyakan. Hanya mencintai dua hal, kekayaan dan ketampanannya. Andai ia memilih hidup miskin, mereka akan pergi meninggalkannya. Pikiran Eiden yang sudah kusut pun semakin kusut. Apalagi setelah Ibunya dengan segala kekuasaannya membuat Eiden tak berdaya. 


"Harapanku cuma satu," ucapnya dan segera bersiap-siap untuk pergi. 


***


Hoek... hoek...


Malam ini sudah tiga kali Kanaya bolak balik ke kamar mandi. Ia tidak tahu kalau mengandung akan sesulit ini. Tubuhnya lemas tidak berdaya. Di Jakarta Kanaya tinggal seorang diri. Dia anak sebatang kara. Namun, bukan berarti dia tidak memiliki saudara. Ia masih memiliki saudara dari belah pihak kedua orang tuanya. Akan tetapi, mereka tidak pernah menganggapnya saudara hanya karena orang tuanya miskin. 


Keluarga dari kedua belah pihak ayah dan ibunya sama-sama dari kalangan berada. Kanaya juga tidak ingin bergantung pada mereka. Jika mereka mengingkarinya maka dia juga bisa melakukannya. Di dunia ini Kanaya hanya memiliki seorang sahabat namanya Tary. Orangnya baik dan dari golongan orang berada. Kanaya kembali ke ranjang kecilnya sambil merebahkan dirinya di sana. Ia sudah tidak sanggup lagi untuk bangun. 

Kanaya menutup mata dan setitik mutiara lolos dari kedua kelopaknya.  Malam itu Kanaya menangis dalam ketidakberdayaannya. Ia tertidur sambil menangis. 


Keesokan harinya, Kanaya dengan wajah pucat kembali datang ke rumah sakit untuk cek kandungan dengan dokter Nova. 


"Selamat pagi, Bu. Ada keluhan apa?"


"Selamat pagi, Dok. Selama mengandung saya sering kelelahan dan mual-mual, Dok." terang Kanaya. 


"Baiklah, Bu. Saya ada beberapa resep obat serta vitamin untuk mengurangi rasa mual dan untuk mengurangi kelelahan. Tebus di apotek ya Bu." 


Kanaya tersenyum sambil menerima resep tersebut. Ia mengucapkan terima kasih dan berjalan keluar dari sana. Kanaya nampak lesu. Dari ujung lorong Eiden terlihat tergesa-gesa saat menerima panggilan kalau Ibunya masuk ke rumah sakit.  


Brak... 


Keduanya lagi-lagi tertabrak. Tubuh Kanaya hampir saja menyentuh lantai. Untungnya Eiden bergerak sigap untuk menangkap wanita itu. Lagi-lagi bolaatanya berbinar saat menemukan Kanaya di sana.


"Kamu ngapain di sini?" 


Belum sempat ia menjawabnya, Kanaya sudah pingsan efek kelelahan. Eiden kalang kabut dan langsung berteriak memanggil suster. Tiga suster langsung datang ke sana sembari membawa tubuh Kanaya ke ruang rawat. 


"dokter bagaimana kondisinya?" dokter yang menanganinya tersenyum. Suami dari pasiennya teenyata snagat tampan.


"Istri Anda kelelahan karena usia kehamilannya, Pak. Usia seperti ini masih sangat rentan dengan keguguran. Untuk itu saya sarankan untuk tetap menjaga pola pikir serta pola makannya."


"Baik, terima kasih," ucapnya sambil tersenyum senang. 

Indah sekali jika statusnya yang bujangan lapuk berubah menjadi suami tampan dari wanita yang sudah ia hamili. Eiden tersenyum sepanjang hari. Membayangkan hidup bersama Kanaya akan membuatnya bahagia sepanjang hari.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status