แชร์

BAB 94 : BERDANSA BERDUA

ผู้เขียน: Langit Parama
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-17 08:07:12

Mobil mewah yang ditumpangi Daryan dan Savana berhenti perlahan di depan karpet merah hotel Kingsley. Seorang petugas membukakan pintu.

Daryan turun lebih dulu dengan sikap tenang seperti biasa. Begitu Savana hendak turun, ia membungkuk sedikit, menyodorkan lengannya.

Savana terdiam sejenak, lalu menggandeng lengan sang suami. Gaun emerald-nya berkilau lembut di bawah cahaya lampu. High heels-nya menyentuh karpet dengan bunyi nyaris tak terdengar.

Beberapa tamu yang berdiri di sekitar pintu masuk mulai melirik ke arah mereka. Bisik-bisik terdengar.

Savana menunduk sedikit. Daryan tetap tenang, bahkan mengencangkan genggaman di lengannya.

Mereka masuk ke dalam ballroom. Para tamu mengenakan setelan hitam putih elegan. Beberapa wajah penting dunia bisnis langsung menyapa Daryan dengan anggukan hormat.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya berambut abu-abu keperakan menghampiri mereka. Di sisinya, seorang wanita anggun ikut melangkah ringan.

"Ah, Daryan Bumi Ardhanata," sapa
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 435 : Season 2 - Davina

    Elvara menutup mulutnya, menahan isak haru yang akhirnya pecah juga, sebelum akhirnya berlari kecil dan langsung memeluk Darell erat—seolah takut lelaki itu akan menghilang lagi. “Aku kangen banget sama kamu, Rell!” air mata Elvara mengalir tanpa bisa ditahan. Darell membalas pelukan itu. Tangan besarnya mengusap punggung kecil sang istri dengan usapan lembut naik turun. “Saya juga merindukan kamu, saya sampai insomnia. Tidak bisa tidur karena terus memikirkan keadaan kamu setelah saya tinggal pergi tanpa kabar,” balas Darell, suaranya lembut dan hangat. Tangis Elvara semakin pecah. Karena dia juga sama, sama-sama insomnia sejak Darell tidak ada. Bahkan tak nafsu makan memikirkan keadaan sang suami. Elvara juga sudah cukup tahu, seberapa liciknya Sagara. Karena dulu, rumah tangga kedua orang tuanya bahkan hampir hancur karena ulah pria itu. “Kamu jangan pergi

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 434 : Season 2 - Saya pulang

    “Aku lihat story kamu di Maldives, Var. Sama siapa? Pak Darell?” tanya Shella di ujung telepon. Elvara terdiam sejenak, menatap jauh ke luar jendela kamarnya pagi itu. Itu foto yang dia ambil sekitar dua minggu yang lalu, kenangan yang cukup pahit. Dan selama itu, dia benar-benar tidak mendapatkan kabar apapun dari sang suami. Tapi Daryan bilang, semuanya baik-baik saja. Padahal sudah setengah bulan dia menunggu. “Iya, sama suami aku.” Elvara menjawab dengan singkat. “Wih ... udah baikan ceritanya?” goda sang teman sambil terkekeh pelan. Sementara Elvara, masih dengan ekspresi datarnya. “Emangnya kapan marahan?” tanya Elvara balik, seolah tak ingat bahwa dirinya pernah menangis karena Darell meninggalkannya ke Amerika tanpa kabar. Shella berdecih di seberang sana. “Gak inget waktu kita ke Puncak? Kamu habis teleponan sama Pak Darell nangis di mobil sampe keti

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 433 : Season 2 - Kecolongan

    “Mereka udah naik jet pribadi kita, sayang,” beritahu Daryan pada sang istri, Savana. “Syukurlah, Mas. Aku ikut khawatir sama keadaan mereka. Semoga selamat sampai tujuan, gak ada lagi halangan,” balas Savana. Daryan mengangguk singkat. “Aku udah kirim beberapa bodyguard juga untuk kawal mereka sampai ke rumah.” “Elvara jam berapa sampai, Mas?” tanya Savana, sambil melirik jam di tangannya kirinya, memeriksa waktu. “Bentar lagi, harusnya jam dua pagi sudah sampai.” Bandara jam dua pagi itu tampak sepi—restoran dan cafe tutup, hanya ada sebagian pengunjung yang datang untuk menjemput keluarga mereka yang penerbangannya juga dari Maldives. Elvara menolak menggunakan jet pribadi ayahnya karena dia tak mau duduk seorang diri di pesawat. Jadi dia memilih menggunakan transportasi umum, agar punya teman yang satu tujuan dengannya. Tak lama kemud

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 432 : Season 2 - Elvara tak takut

    Sore itu, Elvara sudah mengemasi barang-barangnya dan akan meninggalkan Maldives malam ini. Tapi sebelum pergi ke bandara, dia ingin jalan-jalan terlebih dahulu ke pantai. Sepanjang perjalanannya menuju pantai, pandangannya terus dipertemukan dengan beberapa pasangan romantis yang ada di sekelilingnya. Harusnya dia juga seperti itu, tapi apalah daya dirinya ditinggal pergi sang suami. Mau tak mau, dia hanya menelan semua kepahitan itu. “Kita bahkan belum sempet dokumentasi,” gumamnya sambil menatap laut indah di hadapannya. “Kita ke sini pas malem hari. Ternyata sore juga gak kalah bagus.” “Aku berharap semua urusan kamu segera selesai, Rell. Aku yakin kamu pasti balik lagi,” ucap Elvara lirih, suaranya hampir tenggelam oleh debur ombak. Ia mengeluarkan ponselnya, mengabadikan pemandangan senja yang mulai turun perlahan di langit Maldives, membiarkan cahaya oranye keemasan itu me

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 431 : Season 2 - Kami akan cerai

    “Jadi, ibu gak salah lihat, ya, semalam?” Davina bertanya pada sang anak, sambil menggenggam tangan Darell lembut. “Itu kamu, dengan siapa?” Darell menunduk sejenak, belum bisa menjawab pertanyaan sang ibu. Kalau dirinya, sebenarnya sudah menikah. Jika Darell mengatakan kalau wanita itu adalah istrinya. Akan ada berbagai reaksi. Davina akan terkejut, antara menerima dan menolak. Dan mungkin, ibunya juga akan merasa bersalah—karena dirinya, Darell memilih meninggalkan sang istri yang seharusnya dia jaga. Tapi bagi Darell, semua sama pentingnya dalam hidupnya. Sang istri, Elvara sudah aman di bawah perlindungan ayah mertuanya. “Pacar kamu?” tanya Davina lagi, kali ini dengan nada lebih tegas, setelah beberapa detik hanya mendapat diam dari Darell. “Hanya kenalan biasa,” sahut Darell pelan, tanpa menatap ibunya. Davina menghela napas, menata

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 430 : Season 2 - Karena khawatir

    Pagi itu, Elvara terbangun tanpa Darell di sisinya. Tanpa sosok yang akhir-akhir ini memeluknya, membelainya, di setiap menit dan detik. Padahal, mereka tiba di Maldives kemarin, jam satu siang. Dan semalam, entah pastinya pukul berapa. Darell meninggalkannya lagi. “Gimana cara pesen sarapan ke kamar?” Gumam Elvara, melirik telepon wireless di atas nakas. Wanita itu merubah posisinya menjadi duduk, satu tangannya terulur hendak meraih telepon tersebut. Tapi belum sempat, kamarnya diketuk pelan dari luar. Kepalanya menoleh ke arah pintu, dahinya mengernyit bingung. “Siapa pagi-pagi begini?” Ia bergumam pelan, sembari turun dari ranjang. Tapi sebelum membuka pintu, ia meraih cermin untuk melihat kondisi wajahnya yang sembab karena menangis semalam, sebelum tidur. Setelahnya, Elvara berjalan ke arah pintu. Tak peduli kondisi wajahnya saat ini, ia penasaran denga

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status