Share

Bab 8

Author: Skylar
Eva tahu benar, setiap kata yang diucapkan Fiona itu dimaksudkan untuk memancing emosinya. Akan tetapi, wajahnya tetap tenang dan tidak menunjukkan reaksi apa pun.

"Aku sudah memutuskan untuk melepaskan semuanya. Aku nggak akan rebut apa pun darimu," ucap Eva dengan datar.

Fiona tertawa sinis. "Sudahlah, kalau memang mau pergi, kamu pasti sudah pergi dari dulu. Tapi kamu masih saja ngotot bertahan sampai sekarang, 'kan? Bukankah itu semua cuma karena uang? Oh ya, bagaimana kelopak mawar yang aku minta Ricardo kirimkan padamu kemarin? Wanginya enak, 'kan?"

Ucapan itu langsung membuat raut wajah Eva menjadi rumit.

Bahkan Fiona saja tahu soal alergi serbuk bunga yang dia derita, malah suaminya sendiri tidak tahu apa-apa. Masih bisa-bisanya mengantarkan bunga pemberian wanita lain tanpa menyadari bahwa itu justru menyakitinya. Ricardo bahkan ikut membantu mempermalukan dirinya sendiri.

Saat itu juga, Eva benar-benar yakin. Dalam hati pria itu, tak pernah ada tempat untuknya.

Tak lama kemudian, Ricardo keluar bersama Ivany. Dia melirik ke arah Eva dan berkata datar, "Anak itu masih kecil dan belum tahu apa-apa. Sudah aku tegur. Nanti kita bertiga naik kapal pesiar ya."

Mendengar itu, Fiona buru-buru mengeluarkan dua lembar tiket konser dari tasnya. "Kak Ricardo, ini konser terakhir dari band yang kita sukai sejak kuliah. Hari ini penampilan mereka yang terakhir."

Ricardo terdiam sejenak, tampak ragu.

Kalau ini dulu, dia pasti akan langsung memilih Fiona, menyetujui permintaannya dan menyingkirkan Eva begitu saja.

Namun sekarang, ada kegelisahan yang tak bisa dia abaikan. Dia sadar ada sesuatu yang berbeda dari Eva. Perubahan sikap Eva membuatnya resah, membuatnya merasa kehilangan kendali atas wanita yang dulu begitu tunduk.

Justru karena itulah, dia berusaha mengimbanginya. Dia ingin memperbaiki sesuatu atau setidaknya mempertahankannya. Jika dia kembali memilih Fiona, dia khawatir Eva akan benar-benar pergi.

Meskipun dia selalu yakin Eva mencintainya dan tidak akan mungkin meninggalkannya, rasa khawatir itu tetap menghantuinya.

"Maaf," katanya pada Fiona. "Aku sudah nggak tertarik lagi sama band itu. Lagi pula, aku sudah janji sama Eva untuk naik kapal pesiar."

Tanpa menunggu balasan, Ricardo berbalik masuk ke dalam untuk berganti pakaian.

Fiona tidak pernah menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini. Biasanya Ricardo selalu menyetujui permintaannya. Namun hari ini, Ricardo malah menolaknya demi wanita jelek ini.

Ekspresinya tampak beringas saat menatap ke arah Eva. "Wanita jalang! Apa yang telah kamu lakukan?!"

Eva malas membuang waktu untuk menjawab, dia tidak ingin menghabiskan tenaga bicara dengan wanita itu. Namun, sikap diam Eva justru membuat Fiona merasa dirinya sengaja diprovokasi.

Lantaran terlalu marah sampai kehilangan akal, Fiona meraih seikat besar bunga mawar di atas meja, lalu menghantamkannya ke kepala Eva berkali-kali dengan penuh tenaga.

Eva menghirup terlalu banyak serbuk sari bunga sehingga menimbulkan reaksi alergi parah. Wajahnya memerah dan napasnya mulai tersengal-sengal.

Fiona tampak puas dan tersenyum sinis. "Kita lihat sekarang, siapa yang akan dipilih oleh Ricardo!"

Usai bicara, dia tiba-tiba terjatuh ke lantai sambil memegangi perut dan mengerang kesakitan.

Tak lama kemudian, Ricardo keluar dari kamar dan mendapati dua wanita yang tergeletak di lantai. Satu adalah istrinya dengan wajah yang merah padam dan kesulitan bernapas. Satunya lagi, Fiona, menjerit kesakitan sambil memegangi perutnya.

Ricardo panik menatap keduanya bergantian, tidak tahu harus memilih siapa. Eva tahu betul, jika tidak segera dibawa ke rumah sakit, nyawanya mungkin tidak akan tertolong.

Dia tidak peduli lagi dengan harga diri atau gengsi, yang penting sekarang adalah menyelamatkan diri. "Ricardo, cepat antar aku ke rumah sakit, aku sudah nggak kuat!"

Ricardo tersentak sadar. Dia segera mengangguk dan hendak membantunya bangkit, tapi Fiona tiba-tiba menarik kakinya sambil menjerit, "Ricardo, perutku sakit sekali! Rasanya seperti ditusuk-tusuk pisau! Aku juga nggak kuat!"

Ivany berlari ke sisi Fiona dan berjongkok, lalu menunjuk Eva sambil berteriak, "Ini semua salah perempuan jelek itu! Dia sengaja memancing emosi Tante Fiona sampai jatuh sakit! Dia cuma mau lihat siapa yang lebih kamu pedulikan! Dia cuma pura-pura! Cepat kita bawa Tante Fiona ke rumah sakit!"

Wajah Ricardo perlahan menggelap, matanya dipenuhi kemarahan saat menatap Eva. "Kamu benar-benar nggak tahu malu sampai segininya .... Eva, kamu ini bukan manusia!"

Ricardo tidak peduli sedikit pun pada nasib Eva, dia hanya menggendong Fiona dan pergi begitu saja.

Di dalam hati Eva hanya tersisa keputusasaan. Betapa konyolnya dirinya yang masih berharap dan memohon belas kasihan dari Ricardo. Dengan susah payah, dia meraih telepon di atas sofa, lalu menekan nomor Martha. Setelah itu, dia pun jatuh pingsan.

Saat tersadar kembali, dirinya sudah terbaring di ranjang rumah sakit.

Martha berdiri di sisi tempat tidur, menatapnya dengan kesal dan penuh kekecewaan. "Kamu ini sudah nggak sayang nyawa ya? Kalau aku datang lebih telat sedikit saja, kamu sudah mati sekarang!"

Eva terdiam, tidak mengatakan apa pun.

Kali ini, dia tidak tinggal lama di rumah sakit. Tepat di hari ketika surat cerai resmi berlaku, dia langsung mengurus proses keluar dari rumah sakit. Seperti sebelumnya, Ricardo sama sekali tidak peduli dengan keadaannya.

Saat pulang ke rumah, Eva melihat kelopak bunga yang sudah mengering berserakan di lantai, persis seperti pernikahannya yang sudah usai dan tak tersisa apa-apa.

Dia membereskan barang-barangnya, lalu meletakkan surat cerai di tempat yang paling mencolok di atas meja. Dengan koper kecil yang tak seberapa, Eva melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang.

Tempat yang sudah dia tinggali selama bertahun-tahun ini, tidak bisa disebut rumah. Tempat ini lebih mirip sebuah kurungan.

Baginya, pergi dari tempat ini bagaikan seekor burung yang akhirnya terbang keluar dari sangkar. Mulai saat ini, dia bisa terbang bebas.

Eva sudah memesan tiket pesawat jauh-jauh hari, sehingga dia langsung menuju bandara. Saat menunggu di ruang keberangkatan, ponselnya tiba-tiba berdering menunjukkan panggilan dari Ricardo.

Eva tidak mengangkatnya, malah langsung menekan tombol "tolak" lalu mematikan ponselnya. Mulai sekarang, sejauh langit dan laut memisahkan mereka, dia dan Ricardo tak akan pernah ada hubungan lagi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 23

    Sejak hari itu, Ricardo tidak pernah lagi datang mengganggu. Dia memilih untuk diam dan menemani dari kejauhan. Dia tahu, membuat Eva mau menerimanya kembali bukanlah hal yang mudah. Yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar dan menunggu perlahan.Eva pun mulai terbiasa dengan kenyataan bahwa Ricardo dan Ivany tinggal tepat di seberang rumahnya. Ivany tetap seperti biasa, sesekali datang bermain ke rumah, bahkan terkadang makan malam bersama mereka.Hubungannya dengan Kengo juga berjalan baik dan tidak pernah ada konflik yang berarti.Bahkan, Ivany kini jauh lebih dewasa dibanding dulu. Dia tahu cara menjaga dan mengalah pada Kengo dan itu sudah merupakan hal yang sangat berharga.Namun, kasih sayang Eva padanya tetap terbatas. Dia tidak lagi rela memberi segalanya tanpa syarat seperti dulu.Bagi Eva yang sekarang, Kengo adalah anak kandungnya, satu-satunya yang benar-benar dia anggap sebagai miliknya. Sedangkan Ivany ... tetaplah anak yang dulu pernah mengutuk dirinya mati dan mengataka

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 22

    Sekarang, Ricardo menjadi sangat berhati-hati. Dia takut Eva masih enggan menemuinya, bahkan tidak berani menaruh harapan terlalu besar. Karena dia tahu, semakin besar harapan, semakin besar pula kekecewaan.Itu adalah pelajaran yang baru benar-benar dia pahami setelah Eva meninggalkannya. Semua siksaan dan hukuman yang dulu ditimpakannya pada Eva, kini seakan berbalik menyiksa dirinya sendiri.Sejak kepergian Eva, Ricardo semakin menyadari apa yang sebenarnya dia inginkan dan apa yang benar-benar dia cintai.Keputusannya datang ke kota kecil di utara ini dan sengaja tinggal di dekat Eva, sudah cukup membuktikan bahwa dia tidak pernah benar-benar menyerah.Namun dia juga sadar, luka yang dia torehkan di hati Eva terlalu dalam. Mengharapkan maaf darinya itu nyaris mustahil. Dia bahkan sudah berkali-kali berniat meminta maaf. Tak peduli Eva akan menghukumnya dengan cara apa pun, selama dia bisa mendapatkan pengampunan, Ricardo rela melakukan apa saja.Sayangnya, Eva tidak pernah memberin

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 21

    Sejak Eva berhasil mengadopsi Kengo secara resmi, hidupnya terasa jauh lebih bahagia dan lengkap. Suasana hatinya pun jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun anehnya, selama beberapa waktu ini, keberadaan Herbert seolah lenyap tanpa jejak.Sudah setengah bulan berlalu, memangnya rapat yang dia ikuti belum selesai juga?Kengo sering menanyakannya, membuat Eva bingung harus memberi jawaban seperti apa.Sore itu, mereka duduk berdampingan di tepi tempat tidur sambil memandangi salju yang turun di luar jendela. Pikiran mereka melayang jauh, sama-sama memikirkan sosok yang sama.Sebenarnya, Eva sempat ingin menghubungi Herbert lebih dulu, entah lewat telepon atau pesan singkat. Namun, dia tidak menemukan alasan yang tepat.Meskipun Herbert adalah bosnya, interaksi langsung mereka di tempat kerja tidak terlalu banyak.Lagi pula, urusan Kengo juga hanya karena Herbert bersedia membantu. Dia sudah banyak berkorban, Eva pun merasa tidak enak hati jika harus merepotkannya lagi untuk hal l

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 20

    Herbert tiba-tiba mulai sering mengajak Eva makan bersama. Eva cukup terkejut, tetapi dalam hatinya tetap merasa sedikit bahagia.Sejak pertemuan terakhir mereka yang berakhir tanpa kejelasan, mereka memang tidak lagi berkomunikasi. Eva bisa memahaminya, bahkan menganggapnya sebagai hal yang sangat wajar.Tidak semua orang bisa menerima keadaannya. Dia pernah menikah, wajahnya masih memiliki bekas luka, dan dia mengasuh seorang anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Kalau ada yang merasa ragu atau menolak, itu hal yang lumrah.Setelah makan malam selesai, Kengo menggandeng tangan Eva dan Herbert dengan kedua tangannya. Anak itu terlihat sangat senang.Eva tersenyum, sudut bibirnya terangkat penuh kelembutan. Dia sendiri tidak tahu, sampai kapan momen seperti ini akan terus ada dalam hidupnya. Namun baginya, walaupun hanya sesaat, itu sudah cukup berharga.Apa pun yang terjadi, dia tidak mungkin meninggalkan Kengo. Anak itu bukan hanya sandarannya, tapi juga satu-satunya alasan mengap

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 19

    Ricardo tidak membawa Ivany pergi. Sebaliknya, dia memilih untuk tetap tinggal dan diam-diam memperhatikan kehidupan Eva dari kejauhan. Dia tidak berani menyapanya, takut kehadirannya justru membuat Eva semakin muak. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah bersembunyi di sudut dan mencuri pandang sesekali.Setiap kali teringat bagaimana Eva menolak kehadirannya dan memperlihatkan rasa jijik yang begitu dalam, hatinya terasa seolah diremas.Apa yang sudah dia lakukan sampai membuat seorang wanita yang dulunya begitu ceria dan penuh semangat berubah seperti sekarang, sampai menganggap dirinya sebagai mimpi buruk yang ingin dilupakan?Ricardo sadar, sejak Eva pindah ke lingkungan baru ini, seluruh auranya berubah. Dia terlihat jauh lebih tenang, anggun, dan entah mengapa menjadi semakin memesona.Setiap kali malam datang, saat keheningan meliputi seisi kamar, Ricardo akan merenung. Memikirkan betapa bodohnya dia telah kehilangan seorang istri sebaik itu, hatinya terasa nyeri.Dia ingi

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 18

    Kedatangan Ricardo dan Ivany pagi itu benar-benar di luar dugaan Eva.Berbeda dengan sebelumnya, kali ini kedua orang itu tidak lagi tampak arogan ataupun mendominasi. Terutama Ricardo, sorot matanya jauh lebih lembut dari biasanya. Namun sekalipun demikian, saat melihat mereka berdua, rasa jijik dan muak tetap memenuhi hati Eva.Ivany memandangi Eva dengan ragu-ragu, lalu memanggil pelan, "Mama ...."Eva menoleh, tatapannya dingin tanpa ekspresi. Dia langsung menggandeng tangan Kengo, bersiap untuk pergi.Melihat itu, Ricardo segera melangkah maju untuk mencoba menghentikannya. "Tolong beri aku sedikit waktu. Hanya beberapa menit saja. Kita bicara, kumohon ...."Sikap merendah seperti ini membuat Eva cukup terkejut.Namun, tak peduli seberapa rendah hatinya pun sikap Ricardo sekarang, dia tidak akan pernah mau kembali ke rumah yang dulu terasa seperti neraka itu lagi. Hatinya telah mati dan terkubur dalam siksa dan kekecewaan hari demi hari.Tak peduli janji apa pun yang dilontarkan p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status