Share

Hanya Kelelahan

Penulis: Chocoo Crunch
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 07:49:16

"Bagaimana dokter dengan kondisi menantu saya?" Bu Fatimah menanyakan kondisi terkini menantunya, Ayana.

"Saudari Ayana baik-baik saja, Bu. Hanya saja kondisinya sedikit menurun karena kelelahan dan kurang tidur sepertinya. Usahakan jangan telat makan dan banyak beristirahat ya." Sang dokter pun menjawabnya.

"Baik, dokter. Apapun segera lakukan dok supaya menantu saya segera sembuh dan cepat kembali pulang ke Rumah." Perintah Bu Fatimah, ia menginginkan Ayana lekas sembuh dan segera pulang sebelum Fahmi lepas tugas dari pekerjaannya sebagai Pilot di salah satu Maskapai ternama di Indonesia ini.

"Baik, Bu. Boleh segera selesaikan ke bagian administrasinya ya." Jeda. "Apakah Bapak suami dari Saudari Ayana?" Tanya dokter pada Zidan.

Zidan membisu dan langsung melirik ke arah sang Ibu.

"Iya, dokter. Nanti akan segera diselesaikan oleh anak saya." Sahut Bu Fatimah dengan segera dan mengedipkan mata ke arah Zidan.

"Baik Ibu, Bapak. Kalau begitu saya izin pamit. Nanti kalau terjadi apa-apa, boleh tekan tombol alarm saja. Terima kasih." Jawab Sang dokter yang langsung berlalu meninggalkan Zidan dan Ibu Fatimah.

"Bu!" Protes Zidan.

"Sudah sana, sementara kamu kalau ditanya mengaku saja kalau kamu adalah suami dari Ayana. Supaya prosesnya dipercepat. Kamu ke bagian administrasi ya sekarang." Perintah Sang Ibu pada Zidan.

Zidan tampak menggaruk - garukkan kepalanya yang tidak gatal.

Ia berlalu menuju kasir untuk menyelesaikan administrasinya.

***

"Alhamdulillah, Nak. Kamu sudah sedikit cerah wajahnya. Ayo kamu harus sembuh sebelum Fahmi pulang ke Rumah." Bu Fatimah memberikan semangat kepada Ayana.

Ayana kini telah terbaring di ranjang Rumah Sakit.

"Iya, Ibu." Jawab Ayana dengan kondisi masih lemas.

"Ya sudah kalau begitu Ibu izin pamit pulang sebentar ya, Nak. Kamu di jaga oleh Zidan tidak apa-apa kan? Kalian kan sudah saling kenal sejak kecil." Ujar Sang Ibu.

"Tapi, Bu. Aku ada jadwal mengajar di kampus." Zidan menolak untuk menemani Ayana karena ada jadwal mengajar di Kampus dimana ia bekerja.

"Sudah, izin dulu sehari saja, Zidan. Disini kan kamu yang bertanggungjawab mengaku sebagai suami Ayana." Ucap Sang Ibu.

Zidan langsung menoleh ke arah Ayana. Ayana pun mengernyitkan dahi nya tanda tidak paham dengan apa yang dimaksud sang Ibu Mertua.

Zidan menggeleng-gelengkan kepalanya dan menunduk malu pada Ayana.

"Ya sudah Ibu pulang dulu. Assalamu'alaikum." Bu Fatimah berlalu dan keluar dari ruangan kamar dimana Ayana dirawat.

"Wa'alaikumsalam."

"Kak Zizid! maksud Ibu tadi apa ya, kak?" Ayana bertanya karena penasaran.

Zidan langsung duduk dikursi sebelah ranjang Ayana.

"Jadi begini Za, tadi dokter menanyakan suami kamu. Terus dengan cepat Ibu langsung bilang kalau aku ini suami kamu. Karena supaya proses disegerakan. Harap maklum ya, Za. Ibu memang suka begitu!" Zidan menjelaskan secara detail kepada Ayana supaya tidak terjadi salah paham.

Ayana pun mengangguk dan tersenyum simpul.

"Kok malah senyum?" Tanya Zidan.

"Lucu aja, Kak. Ada-ada saja deh. Ya sudah kalau begitu tidak apa, kak. Kan hanya sementara." Jawab Ayana.

Zidan pun membalas senyuman Ayana.

"Syafakillah ya, Za. Supaya nanti Fahmi sampai Rumah kamu sudah sehat. Kata dokter kamu kelelahan dan kurang tidur. Memang kamu diajak lembur terus ya?" Zidan bertanya dengan nada sedikit meledeknya.

Ayana memutarkan kedua bola matanya, enggan sekali ia menjawab pertanyaan Zidan.

"Apa sih, Kak? Memang sudah saatnya sakit saja." Jawab Ayana yang langsung membuang wajahnya untuk mengalihkan pandangannya dari penglihatan Zidan.

"Za, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu. Boleh kah?" Tanya Zidan.

Ayana menolehkan pandangannya kembali ke arah Zidan tanpa ekspresi.

"Apa?"

"Kamu mengapa menerima pinangan Fahmi? Sedangkan sebelumnya kamu tidak mengenalnya." Zidan mencoba menanyakan apa yang menjadi beban pikirannya.

Ayana menghembuskan napas panjangnya.

"Kak, semua itu sudah di atur sama Allah. Tinggal bagaimana kita menjalani nya. Aku menerima bang Fahmi karena memang dia adalah sosok yang dikirim Allah untukku." Jawab Ayana menjelaskan.

"Andaikan waktu itu aku yang melamar kamu. Apakah kamu menerima aku?" Zidan mencoba menggali jawaban pada Ayana.

"Kalau memang saat itu kamu yang melamar aku, aku akan menerimanya. Itu pertanda kalau kamu lah jodohku yang dikirim Allah." Jawaban Ayana membuat hati Zidan teriris.

Andai saat itu ia tidak mengajak Fahmi, mungkin dirinya lah yang akan bertemu lebih dulu dan bisa dengan segera melamar Ayana.

Terlihat urat kesedihan di wajah Zidan. Ia tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Ayana.

Ayana menangkap kesedihan dibalik senyuman Zidan.

"Kak."

Zidan menoleh kearah Ayana.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan takdir Allah, Kak. Kalau memang kita berjodoh, suatu saat nanti Allah pasti akan mempersatukan kita. Percayalah akan janji Allah, Kak. Akan tetapi kalau kita di takdirkan tidak berjodoh, seusaha apapun kita tidak akan pernah bersatu." Ayana menyunggingkan senyumannya untuk menguatkan hati Zidan.

Zidan membalas senyuman Ayana.

***

"Hallo, jam berapa Ibu ke Rumah Sakit lagi?" Tanya Zidan dalam panggilan telponnya.

"Maaf, Zidan. Ibu belum bisa ke Rumah Sakit dulu. Masih menyelesaikan pekerjaan rumah dan ada sedikit urusan. Kamu tolong jaga Ayana dulu, Zid." Perintah sang Ibu.

"Baiklah, Bu." Zidan menjawab singkat, karena percuma jika ia banyak berbicara tidak akan pernah menang juga jika sudah berurusan dengan Sang Ibu.

Ayana yang sedari tadi memperhatikannya langsung mengerti dengan gelagat Zidan.

"Kak Zizid, kalau kakak ingin pulang. Silahkan pulang saja. Aku tidak apa-apa ditinggal." Pinta Ayana pada Zidan.

Seketika Zidan menoleh ke arah Ayana dan berjalan menuju Ayana.

"Tidak, Za. Aku harus tetap menjaga kamu disini. Aku tidak bisa membiarkan kamu sendiri. Lagi pula aku tidak akan tega." Jawab Zidan meyakinkan.

Ayana pun tersenyum.

"Kak Zizid, aku tidak apa sendirian pun. Kakak butuh istirahat. Kasihan kakak belum istirahat. Nanti yang ada kakak malah turut sakit juga." Ayana memberikan penjelasan.

"Kalau aku sakit, apakah kamu mau merawat aku?" Tanya Zidan pada Ayana.

"Tidak lah kak, aku tidak bisa merawat kamu. Nanti ibu yang akan merawat kamu. Kita kan bukan mahrom." Jelas Ayana kembali.

Zidan menghembuskan nafas panjangnya.

"Ya sudah kalau begitu. Aku istirahat disini saja boleh, Za?" Pinta Zidan pada Ayana untuk beristirahat di Sofa dekat ranjang Ayana. Masih dalam satu ruang.

"Boleh dong, Kak. Silahkan!"

"Baiklah kalau begitu. Aku beristirahat dulu ya, Za. Nanti kalau ada perlu bangunkan aku saja." Perintah Zidan yang sudah sangat mengantuk.

"Baik, Kak Zizid. Selamat beristirahat ya."

Zidan langsung membaringkan tubuhnya pada sofa sebelah ranjang Ayana.

Kedua bola matanya sudah sangat lelah sekali.

Ayana membiarkan Zidan untuk beristirahat, karena memang Zidan membutuhkan mengistirahatkan tubuhnya.

(Kak Zid, andai kamu yang lebih dulu bertemu dengan ku. Mungkin kini aku sudah menjadi isterimu. Maafkan aku ya, Kak. Aku akan terus menyayangimu sebagai kakakku. Aku rindu denganmu yang dulu kak)

*

Jam menunjukan pukul satu malam. Perut Ayana rupanya terasa lapar. Namun ketika ia hendak mengambil beberapa makanan di atas meja. Tangannya sangat sulit untuk menjangkaunya. Ia terpaksa harus bangun dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kakinya untuk menapak sedikit agar jangkauannya sampai pada tujuannya, yaitu mengambil makanan diatas meja.

Ia berusaha untuk mengambil sendiri walau kakinya masih terasa berat dan lemas. Ia tidak ingin membangunkan dan mengganggu Zidan yang tampak tertidur dengan pulasnya.

Meja makanannya tepat disebelah sofa dimana Zidan beristirahat.

Ketika tangan Ayana ingin meraih makanan, dengan tiba-tiba saja seketika kaki Ayana terasa sangat lemas dan tidak berdaya.

Tanpa berpegangan dengan benda lainnya membuat tubuh Ayana terhuyung dan akhirnya jatuh menimpa tubuh Zidan yang sedang terlelap di sofa.

Brukkkk!!!

Sontak Zidan terbangun dan terkejut mendapati tubuh Ayana sudah berada diatas tubuhnya dengan posisi menindihi tubuhnya.

Zidan memandang Ayana, begitu juga sebaliknya. Keduanya menjadi saling pandang dan menjadi salah tingkah.

"Maaf, Kak Zid. Kaki aku lemas sekali."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Honeymoon

    "Kamu mau es krim?" Tanya Fahmi dengan menatap mata Sarah.Sarah mengangguk dan tersenyum."Baiklah, ambil sesukamu saja." Perintah Fahmi pada Sarah.Sarah menuruti perintah dari Fahmi.Setelah cukup pada bagian es krim, mereka beralih di tempat lain dan segera membayar.Fahmi dan Sarah dengan segera melanjutkan perjalanannya untuk ke tempat honeymoonnya.***"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Biarkan mereka honeymoon, kan tujuan Fahmi menikahi Sarah untuk mendapatkan keturunan. Bukan begitu?" Zidan membuyarkan lamunan Ayana.Ayana yang sedang duduk menatapi sunset di rooftop rumah Zidan, seketika terkejut tatkala Zidan datang menghampirinya.Zidan menyodorkan secangkir kopi panas untuk Ayana."Iya, Kak. Aku hanya sedang meratapi hidupku saja." Jawab Ayana.Zidan mengerutkan dahinya."Mengapa harus diratapi? Hadapi saja dengan lapang dada. Ikuti alurnya dan terima dengan ikhlas." Zidan memberikan semangat kepada Ayana.Ayana bergeming dengan mata memandang jauh langit sore berikut sun

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Pergi Honeymoon

    "Baik, Umi." Jawab Indah.Belum sempat Ayana berkata kembali, datanglah Zidan memanggil Ayana. Yang rupanya sejak tadi memperhatikan cara Ayana menyelesaikan masalah bersama santriwatinya."Za, ikut aku sebentar!" Panggil Zidan kepada Ayana.Sontak, Ayana dan para santriwati menoleh kearah Zidan.Yang lainnya menunduk hingga nanti Zidan pergi meninggalkan area tersebut.Sedangkan, Ayana bangkit dari posisinya."Saya tinggal dulu ya!" Ucap Ayana seraya berjalan meninggalkan semuanya.Ayana berjalan menghampiri Zidan."Ada apa, Kak?" Tanya Ayana."Ikut aku ke rumah sebentar." Ajak Zidan kepada Ayana seketika berjalan menuju rumahnya.Ayana berjalan mengekori Zidan.Disepanjang perjalanan, tidak sengaja Ayana bertemu dengan Zayn.Tatapan Zayn memiliki arti yang mendalam.Ia melemparkan senyuman kepada Ayana.Zayn berjalan menuju ruangan Kamal."Bang Kamal! Bang, yang berjalan bersama Kyai Zidan siapa, bang?" Tanya Zayn dengan penasaran.Kamal yang tengah mengecek project nya, seketika me

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Menyelesaikan Masalah

    "Siap, Kak." Jawab Ayana seraya meletakkan gelas kosong di meja."Ya sudah, kita sarapan sekarang. Setelah itu kita berangkat ke Pesantren. Aku rindu rumahku, apakah kamu berminat untuk menginap di rumah ku lagi?" Goda Zidan kembali.Ayana menghembuskan napasnya."Tidak, Kak. Terima kasih!" Jawab Ayana berlalu mengambil dua piring dan menyiapkan makanan untuk disediakan di meja makan.Zidan tersenyum dengan kekehannya. Matanya terus memandangi gadis yang sangat ia sayangi."Za, apakah kamu berani sendirian di rumah jika Fahmi, Ibu dan Sarah belum juga kunjung pulang ke rumah?" Tanya Zidan kembali."Insya Allah aku berani! Tinggal kunci semua nya, aku pasti berani." Jawab Ayana seraya menuangkan air mineral kedalam gelas panjang."Yakin? Kamu apakah sudah dengar cerita halaman belakang yang sangat sepi dan angker itu?" Ucap Zidan mulai menakut-nakuti Ayana.Sontak, Ayana langsung melebarkan matanya dan merasa merinding semua bulunya."Maksudnya, Kak? Kakak jangan menakut-nakuti begitu

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Penuh Ketegangan

    "Sayang, mengapa aku ditinggal tidur sendirian di bawah? Kamu jahat deh." Gumamnya yang merasa ia memeluk tubuh Fahmi karena ia tidak menyadarinya.Zidan pun juga tidak menyadari bahwa Ayana telah memeluk dirinya. Ia pun menggeliat dan membalas pelukan Ayana. Ia memeluk Ayana dengan begitu erat yang ia pikir itu adalah gulingnya.Malam semakin larut, keduanya tampak hangat dan dekat sekali.Hingga pada akhirnya, Zidan terbangun karena hendak merasakan ingin buang air kecil.Betapa terkejutnya ia tatkala membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya sedang memeluk tubuh Ayana dan mengeloni Ayana.Kedua matanya terbuka lebar."Ya Allah, Za! Mengapa kamu ada disini?" Tanya Zidan dengan membangunkan Ayana.Kemudian Ayana membuka matanya dengan sedikit mengerjapkan kedua matanya.Ayana tidak kalah terkejut ketika dirinya tengah berpelukan dengan Zidan"Kak Zidan? Mengapa kakak memeluk aku?" Tanya Ayana dengan cepat melepaskan pelukan Zidan.Zidan mengerutkan dahinya."Tunggu, tunggu! Seperti

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Penuh Dengan Tanda Tanya

    "Tidak! Aku tidak ingin berpacaran. Aku mau nya langsung menikah saja!" Tegas Difa kemudian."Kalau begitu, menikah saja yuk!" Ajak Kamal kepada Difa.Sontak Difa mendengus kesal dan membuka matanya lebar-lebar seolah ingin menerkam Kamal saat itu juga."Kamal! Ish.. Tidak perlu aneh-aneh deh!" Jawab Difa kemudian."Lho, aku serius kalau memang kamu mau, Difa." Ucap Kamal.Difa bangkit dari posisinya."Sudahlah, aku pergi saja!" Ucap Difa seraya pergi meninggalkan Kamal begitu saja."Difa! Difa! Jadi tidak mau nih?" Tanya Kamal dengan nada meninggi.Namun, tidak ada respon dari Difa. Rupanya Difa telah menghilang dari pandangan Kamal.Kamal pun terkekeh."Difa.. Difaa.. Lucu sekali kamu." Gumam Kamal.***"Za, apakah kamu berani sendirian di rumah?" Tanya Zidan tatkala mengantarkan Ayana masuk kedalam rumah Bu Fatimah."Insya Allah berani, Kak. Apa yang harus ditakuti? Kan kata Kak Zidan aku harus menjadi wanita yang kuat dan pemberani." Jawab Ayana melangkahkan kakinya.Ia sempat mel

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Penyemangat Dari Zidan

    "Aku mau pulang! Kalau kakak tidak bisa mengantarkan aku pulang, aku akan pulang sendiri!" Ucap Ayana bangkit dari posisinya.Tatkala ia hendak melangkahkan kakinya, dengan cepat Zidan menarik pergelangan tangan Ayana."Oke, kita pulang sekarang! Hapus air mata kamu!" Ajak Zidan menarik tangan Ayana.Ayana mengekori langkah Zidan.Sesampainya di rumah Kyai Haji Hasan, semuanya tampak berbahagia dan bercengkrama.Namun, tidak bagi Fahmi. Ia terus mengkhawatirkan perasaan Ayana.Sarah telah berada didekatnya.Tampak dari kejauhan Ayana dan Zidan berjalan menghampirinya."Fahmi, aku izin membawa pulang Ayana ya!" Ucap Zidan berbisik kepada Fahmi.Fahmi yang tengah duduk dikelilingi oleh keluarga besar Kyai Haji Hasan pun tidak dapat banyak komentar."Kenapa pulang?" Tanya Fahmi."Ayana ingin pulang, dia tidak bisa berlama-lama disini." Jawab Zidan kembali dengan suara berbisik-bisik.Mata Fahmi tertuju kepada Ayana. Ayana mendekati Fahmi."Mas, aku izin pulang ya. Selamat berbahagia ya,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status