Banyu yang semenjak tadi hanya memandangi Laptop di meja kerjanya dengan kosong. Dia bahkan tak sadar bahwa laptop itu sudah kehabisan daya. Suara telepon membuat Banyu akhirnya bisa kembali ke dalam kesadarannya. Nama Ibu terpampang jelas dalam benda pipih di genggaman Banyu. Sebuah panggilan video yang tak bisa Banyu tolak. Baru saja ia memencet tombol hijau, wajah ibunya sudah memenuhi seluruh layarnya dengan wajah kesal. “Ibu! Pasti telepon sambil tiduran,” ucap Banyu dengan kesal karena terkejut dengan wajah Ibunya yang terpampang dalam satu layar penuh. “Suka-suka Ibu! Kamu ya Banyu, dari hari jum’at sampai hari ini gak bisa apa kirimin ibu pesan singkat kalau sudah sampai,” Omel Diani kepada anak sulungnya. “Kan jelas, Bu. Banyu sudah sampai kalau gak ngabari Ibu. Kalau ngabarin Ibu berarti Banyu ada apa-apa,” jawab Banyu acuh. “Omongan kamu, bisa tolong dijaga ya Banyu Ocean anaknya Bapak Samudera! Enak aja kalau ngomong. Ingat ya, gimana kalau ada malaikat lewat terus m
Banyu sudah berganti setelan rumahan saat ia turun untuk makan malam. Ia tidak melihat Lila tapi melihat Saimah tengah mempersiapkan piring di atas meja makan. “Mbok, temenin saya makan ya?” pertanyaan Banyu membuat Saimah terdiam sejenak. “Nanti aja, Mas. saya biasanya makan terakhir. Kalau malam,” jawab Saimah. Wanita paruh baya itu tak berbohong. Bahkan saat tak ada Banyu, ia selalu makan setelah semua orang di dalam rumah sudah makan. Saimah terbiasa melakukan itu. Hatinya tidak akan tenang jika yang lain belum makan terlebih dahulu. “Udah Mbok duduk aja!” pinta Banyu yang kemudian berlarian menuju dapur dan mengambil satu piring dan sendok juga garpu. Banyu meletakkan itu di depan Saimah dengan lebar. Selanjutnya pria itu mengambil nasi dan juga mempersilahkan Mbok Saimah untuk mengambil nasi dan juga lauk pauk. “Saya gak enak lho, Mas. Masa makan begini sama majikan,” ucap Mbok Saimah dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak menyangka bahwa tuan mudanya begitu baik. Tidak me
Bengkel memang tidak ada hari libur, para pekerjanya mengambil hari libur bergantian dan. Begitu juga bos pemilik bengkel yang memilih hari Rabu sebagai hari istirahatnya. Pria itu memilih untuk duduk di halaman depan rumahnya dengan pemandangan Lila yang sedang menyiram berbagai tanaman buah yang tumbuh subur di halaman depan vila megah miliknya..Sama halnya dengan Banyu yang hanya menatap Lila dari kejauhan, Lila juga mengabaikan keberadaan Banyu. Wanita itu asyik mengamati bunga yang mekar, juga sesekali mengambil daun yang telah layu. Seolah tak terganggu dengan keberadaan Banyu, wanita itu terus saja beraktifitas.Sambil menyesap kopinya, Banyu terus menatap Lila. Ia bisa menatap Lila sesukanya karena suami Lila yang sangat hobi menghilang sedang bekerja. Banyu tahu apa yang dilakukannya sangat tidak boleh dilakukan. Tapi, matanya tidak bisa beralih menat
Lila memandangi ponselnya. Ponsel bekas yang dibelikan oleh suaminya beberapa tahun lalu. Lila yang memiliki uang untuk mengganti ponselnya, tidak berniat membeli lagi ponsel yang baru dengan fitur canggih. Bagi Lila, ponsel pemberian dari suaminya ini sangat berharga. Lagi pula ia juga menggunakan ponsel seperlunya saja. Jadi untuk apa menggantinya?Setelah merapikan beberapa bagian rumah, wanita itu duduk bersandar untuk mengistirahatkan punggungnya yang terasa nyeri. Tangannya dengan cantik menekan-nekan layar ponselnya.Tangannya berhenti setelah layar ponselnya menunjukkan situs jual beli online dengan pakaian bayi yang berjajar apik di layar ponsel miliknya. Lila yang baru saja tahu tentang situs jual beli online dari Saimah, kini memandangi baju bayi yang bermacam-macam rupa dengan variasi harga yang tentunya berbeda-beda. Ia tertarik dengan set baju bay
Senyuman terkembang dari wajah Diani. Sudah lama ia tak masuk ke dalam toko bayi dengan wangi khasnya yang membuat Diani candu. Terakhir sepertinya saat beberapa tahun lalu saat keponakan-keponakannya melahirkan anak mereka.Diani melihat pakaian anak-anak laki-laki yang tergantung dengan tema pelaut biru. Wajah Diani masih tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Ingatannya tentang mantan menantunya berkelebat di benaknya. Wajah menantunya yang cantik dengan perut membuncit membuat Diani mengamati Lila dengan seksama.Perempuan itu sedang melihat baju yang tergantung dengan wajah berbinar. Melihat wajah Lila yang sangat senang membuat Diani juga berpikir, apakah jika dulu ia mau menerima mantan menantunya, wanita itu mungkin tidak lari begitu saja. Mungkin ada yang membuat mantan menantunya bertahan. Pikiran seperti itu selalu berkelebat dalam benak Diani, tanpa D
Banyu mengendarai mobil dengan santai. Membelah jalanan kota Surakarta yang begitu padat di siang hari. Ruas jalan searahnya bahkan tidak kalah macet saat jam kantor seperti ini. Kata siapa kemacetan hanya milik Ibukota Negara? Di beberapa sudut kota ini juga tidak kalah macet, apalagi jika saat jam masuk dan pulang sekolah.Banyu sesekali tersenyum tipis sambil bersenandung lirih. Situasi yang kini ia alami, sempat pernah ia idam-idamkan. Ia memiliki bayangan mengantarkan istrinya dan Ibunya secara bersamaan ke suatu tempat. Mungkin rasanya akan semenyenangkan ini. Banyu hanya bisa berharap didalam hatinya, jika suatu saat nanti ia akan memiliki istri seperti Lila yang mau bersama keluarganya. Bukannya malah memisahkannya dengan keluarganya.Walaupun di kasus-kasus tertentu ada Ibu mertua yang sangat merasa anak lelakinya akan selamanya menjadi miliknya, ia ya
Diani duduk di ruang makan dan melihat Banyu datang dengan Dimas. Wanita itu segera berdiri dan menyambut keduanya.“Gimana urusan kantor? Selesai?” tanya Diani pada Banyu.Banyu yang berhenti melangkah membuat Dimas yang semenjak tadi mengekor juga ikut berhenti. Dimas sedikit terkejut melihat Nyonya besarnya sudah berada di rumah itu. Ia merasa selalu tidak tahu menahu tentang kedatangan siapapun di rumah ini. Ia menjadi asing dengan posisinya.“Iya, Bu. Untung ada Dimas. Dia tadi yang bantu untuk klaim asuransi dan urusan di rumah sakit,” ucap Banyu yang kemudian menepuk pundak pria yang setahun lebih tua darinya itu.“Banyu ke kamar dulu ya, Bu. Mau mandi dulu,” ucap Banyu sambil menunjukkan beberapa noda darah.
Lila tak menyadari, keduanya sudah tahu apa yang ada dipikiran Lila. Tapi, Ibu dan anak yang kini sedang berdiri berdampingan itu tetap meyakini bahwa Lila akan secepatnya mereka bawa ke Jakarta.Setelah berpamitan beberapa kali, akhirnya Diani pergi dengan mobilnya. Meninggalkan pelataran vila mewah miliknya.Sementara itu Lila, Banyu dan Saimah kembali masuk ke dalam rumah. Saimah kembali membereskan dapur, sedangkan Banyu duduk untuk makan beberapa makanan yang terhidang di depannya. Rasanya ia masih lapar walaupun tadi sudah sarapan bersama dengan Ibunya.Lila yang sedang membereskan meja makan setelah sarapan tadi dengan cekatan mengangkat piring-piring yang telah selesai digunakan. Tanpa ia sadari, Banyu membantunya untuk mendekatkan beberapa piring dan gelas kotor pada Lila.