Share

2. Hampir Dilecehkan

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2023-07-21 10:23:31

"Dea, kamu sangat cantik dan seksi!"

Dengan gerakan cepat Lukman mencengkeram kedua tangan Dea. Ia menindih tubuh gadis itu ke dinding kamar.

"Lepaskan, Pa. Jangan sakiti, Dea!"

"Saya suka mendengarkan rintihan kamu. Apalagi jika kamu mendesah. Hahaha."

Dea masih berusaha untuk lepas dari papa tirinya. Ia merasa sangat malu dengan kondisi tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian dalam.

"Mama, tolong!" jerit Dea kemudian.

Amelia yang mendengar teriakan putrinya segera naik ke lantai atas. Betapa ia sangat terkejut mendapati suami barunya mencoba melecehkan Dea. Padahal saat ini wanita paruh baya itu tengah mengandung calon anaknya.

"Mas Lukman! Kurang ajar kamu! Lepaskan Dea! Jangan lakukan itu."

Amelia mengiba. Ia menangis dan berusaha menolong putrinya.

Lukman mendorong tubuh istrinya dengan sangat kasar. Sehingga wanita itu jatuh tersungkur.

Papa tiri Dea mencari sebuah tali. Lalu mengikat tangan Dea dan istrinya.

"Maaf, Amel. Sudah lama aku tidak mendapat jatah darimu. Aku tidak kuat lagi untuk menahannya."

Amelia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Kini mulutnya sudah disumpal dengan lakban.

Lukman mengusap kepala istrinya. Kemudian beranjak dari duduknya. Lelaki itu kembali melangkah ke arah Dea yang berusaha melepaskan ikatan tangannya.

Ketika langkahnya semakin dekat, ponsel Dea yang berada di atas ranjang berdering dan bergetar.

Lukman melirik sekilas. Merasa penasaran siapa yang sedang menelepon Dea.

"Bian? Sepertinya aku pernah mendengar namanya."

"Jangan!" teriak Dea.

Lukman me-reject panggilan dari Bian. Kemudian mematikan ponsel anak gadisnya.

Lelaki paruh baya itu kembali mendekati Dea. Gadis itu mulai meneteskan air matanya.

"Kamu tidak perlu takut, Sayang. Pasti kamu sudah pernah melakukannya dengan pacar-pacar kamu sebelumnya. Atau jangan-jangan kamu tidak memberikannya, hingga pacar kamu memilih untuk selingkuh?"

Ucapan Lukman begitu terdengar menyakitkan di telinga Dea. Ia teringat akan Reno—mantan tunangan yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Entah dari mana papa tirinya tahu akan hal itu.

"Mungkin benar. Reno selingkuh karena menginginkan hal itu," batin Dea pilu.

Dea semakin terisak. Ia tidak menyesali keputusannya. Ia bersyukur karena telah dijauhkan dari lelaki brengsek seperti Reno.

"Kamu menangis, Sayang?"

Melihat sang putri menangis, membuat Lukman semakin menginginkan Dea. Lelaki itu mengangkat tubuh gadis itu dan melemparkannya ke atas ranjang.

"Sekarang kamu tidak bisa untuk mengelak lagi."

Lukman mulai mendekatkan bibirnya kepada Dea. Namun tiba-tiba ia merasakan seseorang menarik kerah bajunya dari arah belakang.

Rasa nyeri seketika terasa di wajahnya. Sebuah pukulan keras mendarat di hidung Lukman dengan sempurna.

"Bedebah kau lelaki brengsek!"

Bian sudah mengenal Lukman cukup lama. Lelaki itu pernah berhubungan dengan mama kandung Bian dan mencampakkannya begitu saja.

"Bian! Ampun. Tolong maafkan aku."

Lukman memohon kepada Bian setelah lelaki tampan itu beberapa kali memukulnya hingga babak belur.

Bian menghampiri Dea dan melepaskan ikatan tangannya.

"Pakai ini!"

Bian memberikan jaketnya kepada Dea. Untung saja ia segera datang ke rumah Amelia setelah panggilannya diabaikan oleh adiknya.

"Kak Bian ... terima kasih."

Dea langsung memeluk kakaknya tersebut. Meskipun Bian terkenal sebagai lelaki yang dingin dan cuek, namun ia sangat menyayangi dan peduli dengan gadis tersebut.

"Sudah tenang." Bian melepaskan pelukan Dea. Ia teringat dengan mamanya.

Bian segera menghampiri Amelia. Melepaskan ikatan tangan dan lakban pada mulutnya.

"Mama tidak apa-apa 'kan?" tanya Bian khawatir.

"Mama baik-baik saja, Bian. Terima kasih."

"Sebaiknya kalian berdua ikut denganku," ungkap Bian kemudian. "Ayo, Dea!" Bian menggandeng tangan gadis itu.

Namun Amelia tidak mau beranjak. Ia tidak mau pergi dari rumahnya.

"Ayo, Ma. Kita pergi dari sini!" ajak Dea.

Amelia menggeleng pelan. Ia menyelipkan rambut ke telinganya.

"Tidak Dea. Mama akan tetap di sini. Mama tidak mungkin membiarkan papamu kesakitan."

"Tapi, Ma?" Dea sangat menyayangkan keputusan mamanya.

Bian menahan tubuh Dea dengan merentangkan tangan kirinya. Membuat gadis itu urung memaksa sang mama agar ikut bersamanya.

"Bian ... jaga Dea baik-baik ya? Mama percaya sama kamu. Dan tolong jangan laporkan Mas Lukman ke polisi."

Bian hanya diam. Sesungguhnya ia berniat untuk menjebloskan Lukman ke dalam penjara. Namun melihat kesedihan sang mama, membuatnya tak sampai hati melukai perempuan yang sejak kecil dengan sabar dan ikhlas telah merawatnya.

"Mama tenang saja. Saya akan menjaga Dea. Kami pamit."

Bian segera menarik tangan Dea agar ikut bersamanya. Meski sebenarnya gadis itu menginginkan Amelia ikut bersamanya.

Tatapan mata Dea masih tertuju kepada sang mama. Jalannya terseok-seok hingga hampir terjatuh.

"Kak Bian ... Mama," lirihnya dengan wajah penuh kesedihan.

Namun Bian tetap menariknya. Ia tidak mungkin memaksa Amelia.

Setelah pintu mobil Bian terbuka, Dea segera masuk dan duduk. Gadis itu mengusap sisa-sisa air mata pada wajahnya.

"Kenapa Kak Bian tega ninggalin Mama bersama lelaki itu?"

Bian masih saja membisu dengan pandangan lurus ke depan.

"Mama hamil anak lelaki itu. Mama tidak ingin kita terbebani olehnya."

Dea terkesiap. Ia sama sekali tidak tahu akan hal itu. Ternyata mamanya hamil terlebih dahulu hingga memutuskan untuk nikah siri dengan Lukman.

Dea mengetahui semuanya setelah mendengar cerita dari Bian yang saat ini sedikit lebih cerewet dari biasanya.

Dea menghembuskan nafas beratnya. Betapa menyedihkan hidupnya. Cobaan yang menimpanya bertubi-tubi, membuat gadis itu hilang kepercayaan.

"Kak Bian pasti sekarang hidupnya bahagia ya? Sudah berjumpa dengan orang tua kandung Kakak."

Bian tidak menghiraukan pertanyaan dari Dea. Ia justru bertanya hal lain kepada gadis itu.

"Reno ke mana?" tanya Bian datar.

"Kenapa jadi nanyain dia? Udah kubuang ke laut. Dia selingkuh dengan Mawar."

"Oh."

"Kok gitu sih, jawabannya. Aku mau balas dendam sama dia."

"Kamu cemburu?"

"Kak Bian, ih. Nggak ngerti banget sama perasaan cewek. Semua lelaki itu sama. Mulai sekarang Dea nggak mau pacaran lagi. Lebih baik Dea menyendiri sampai tua nanti."

Gadis itu bertekad untuk tidak lagi mengenal cowok. Ia telah menutup pintu hatinya rapat-rapat dan memutuskan untuk tidak menikah.

"Yakin?"

Dea terdiam mendengar ucapan yang terdengar seperti sebuah sindiran untuknya.

"Yakin dong."

"Gimana kalau ada yang mencintai kamu dengan tulus?"

"Mana ada? Semua cowok yang deketin Dea cuma manfaatin kepolosan Dea."

"Em ...."

Bian manggut-manggut. Ia merasa ini bukan saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

Dea merasa gemas dengan sikap kakaknya. Ia berharap bisa curhat dan mendapatkan solusi terbaik dari lelaki itu.

Tetapi apa yang didapatkannya? Hanya sebuah kekesalan belaka.

Bian mulai menjalankan mobilnya. Sejak tadi ia menunggu agar perasaan Dea menjadi lebih tenang.

Dea menatap ke arah Bian yang mulai fokus menyetir. Gadis itu mengagumi wajah kakaknya yang terlihat tampan jika dilihat dari samping. Ia berharap jika lelaki di sampingnya itu tidak sama seperti pacarnya yang suka selingkuh.

Setelah saling diam dan melewati jalanan yang macet, mobil Bian memasuki daerah kompleks. Kemudian berhenti di depan rumah sederhana satu lantai.

Bian turun dan membukakan pintu mobil untuk Dea.

Gadis itu keluar dari mobil. Ia memicingkan matanya. Merasa heran kenapa Bian tidak tinggal di rumah yang mewah.

"Mulai sekarang kamu tinggal di rumah Kakak."

Dea terdiam. Ia tampak berpikir keras. Hatinya merasa risau jika harus tinggal bersama Bian. Apalagi mereka tidak sedarah.

'Apakah Kak Bian bisa dipercaya?' batinnya kemudian.

"Baiklah, kalau tidak mau."

Lelaki itu berjalan seorang diri dengan gaya santainya. Meninggalkan Dea yang masih berdiri di tempatnya tanpa bergerak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
soposa
Bagus, mantan harus dikasih pelajaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   56. Sang Buah Hati

    Beberapa bulan telah berlalu, Dea merasakan perutnya begitu sakit. Di saat itu dia sedang berada di rumah sang mama. Seketika Amelia membawanya ke rumah sakit. Wanita paruh baya itu langsung menelepon Bian yang masih di kantor bersama Marco. “Ada apa, Ma?” tanya Bian dari balik teleponnya. “Dea masuk rumah sakit, Sayang. Kamu segera ke sini ya? Sepertinya dia akan segera melahirkan.” Tanpa berpikir panjang, Bian langsung menyanggupi permintaan sang mama. “Kenapa?” Marco penasaran karena melihat tingkah Bian yang tidak tenang. “Aku harus ke rumah sakit, Marco. Sepertinya Dea akan segera melahirkan.” Marco terlihat bahagia mendengar kabar bahwa Dea akan menjadi seorang Ibu. “Waow, itu berita yang sangat baik. Aku akan menghubungi Mama dan Papa Justin. Kamu tidak boleh panik.” Bian menepuk pelan bahu Marco. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Bian begitu polos. Tiba-tiba telapak tangannya terasa sangat dingin. “Kamu pulang dulu. Persiapkan segala kebutuhan untuk bayi baru lahir

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   55. Bahagia

    Setelah siuman dari pingsan, Lusi segera memberikan minuman kepada Bian. Gadis itu menanyakan bagaimana keadaannya. "Mas Leo, apakah kepalanya masih sakit?" tanya Lusi khawatir. "Aku sudah ingat semuanya, Lusi. Kenapa kamu membohongiku?" balas Bian balik bertanya. Lusi terlihat gugup. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Satu kali dalam seumur hidupnya merasakan jatuh cinta. Dan kini harus terluka. Patah dan hancur hatinya. Ternyata gadis itu mencintai lelaki yang sudah beristri. Kakek Baya menghampiri Bian. "Lusi melakukan hal itu karena dia sangat mencintaimu, Bian. Maafkan kakek juga. Kakek merasa bahagia melihat Lusi bisa tersenyum kembali semenjak kepergian kedua orangtuanya." Kakek Baya menjelaskan semuanya. Ia membawa Lusi ke hutan dan jauh dari tempat tinggalnya semula karena tidak ingin gadis itu kenapa-napa. "Maafkan saya. Saya harus kembali untuk menemui istri saya." "Tapi Mas?" Lusi terkesiap. Ia belum siap jika harus kehilangan Bian secepat itu. "Maaf Lusi. Bian harus

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   Bertengkar

    Beberapa bulan telah berlalu. Keadaan Bian semakin membaik, tetapi ia masih belum mengingat apapun tentang masa lalunya. Lelaki tampan itu telah selesai membantu Kakek Baya mencari kayu di hutan. "Kakek, apakah setiap hari mencari kayu di hutan seorang diri?" tanya Bian kepada kakek itu. "Ya terkadang Lusi menemani Kakek. Tetapi ia lebih sering di rumah untuk memasak dan mempelajari tentang meracik obat seperti kakek. Ia ingin seperti kakek yang jago mengobati orang-orang." "Boleh saya menemui Lusi sebentar, Kek?" pamit Bian. "Tentu saja. Pasti ia sangat senang jika kamu membantu pekerjaannya." Kakek Baya tertawa renyah. Ia senang melihat hubungan Lusi dengan lelaki itu yang semakin dekat. Bian pun mengangguk senang. Ia pergi ke bagian dapur untuk melihat Lusi yang sedang sibuk memasak. "Hai, masih sibuk?" sapa Bian kaku. Padahal ia sudah mulai menerima Lusi sebagai calon istrinya. Tetapi selalu seperti itu saat berbicara dengan gadis itu. "Mas Leo? Ngapain datang ke sini? Mem

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   53. Berdebar-Debar

    Uhuk !Dea tersedak oleh air liurnya sendiri. Ia tidak menyangka jika Marco akan menanyakan hal itu kepadanya. Wanita segera menghabiskan air putih yang ada di dekatnya."Em, maaf Dea. Kamu tidak apa-apa?" Marco tentu saja panik melihat Dea terbatuk-batuk karena pertanyaan konyolnya. Lelaki itu mencoba memijit tengkuk leher Dea."Aku baik-baik saja, Marco. Tidak perlu khawatir." Dea berusaha mengelak. Tidak enak jika dipandang banyak orang di sana.Untuk sesaat Marco membiarkan Dea mengatur nafasnya agar kembali stabil. Namun ia juga menanti sebuah jawaban dari wanita itu."Bagaimana kamu bisa tahu tentang Reno? Aku dan dia—" Dea menghentikan ucapannya. Seakan berpikir sejenak. "Ah, sebaiknya tidak perlu membahas tentang dia.""Kamu yakin? Tidak ada yang perlu dijelaskan tentang masalah ini? Apakah kamu sudah melupakan Bian?" tanya Marco penuh selidik. Padahal jelas-jelas ia tahu jika di kantor tadi melihat Dea menangis gara-gara mengingat kenangan bersama Bian.Dalam sekejap saja kedu

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   52. Sepasang Kekasih

    "Belum ada perkembangan. Maafkan kakek ya, Nak?" Kakek Baya tampak bersedih."Tidak apa-apa, Kek. Kakek sudah berusaha. Mungkin besok dia akan sadar."Lusi segera menemui Bian di kamar. Perempuan itu semakin mengagumi wajah tampan milik lelaki itu."Andai saja kamu bisa berbicara hari ini. Aku pasti sangat senang."Setelah mengatakan kalimat itu, tiba-tiba kedua mata Bian terbuka. Tentu saja Lusi merasa terkejut."Kamu sudah sadar?" tanya Lusi bersemangat."Aku di mana?" tanya Bian seraya memegangi kepalanya. Ia tidak mengingat apapun selain saat dirinya tertabrak mobil dan kepalanya terbentur."Kamu di sini bersamaku, Mas. Aku Lusi calon istrimu.""Calon istri?" Bian terlihat kebingungan.Lusi meminta Bian untuk menunggu sebentar. Wanita itu segera menemui sang kakek untuk menyampaikan kondisi Bian."Kakek, lelaki itu sudah sadar. Sepertinya dia kehilangan sebagian memorinya. Mungkin dia tidak mengingat namanya sendiri.""Kamu serius, Lusi? Kamu tidak menemukan kartu identitas atau ap

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi CEO Tampan   51. Tenaga Dalam

    Amelia tersenyum kala menyadari siapa yang datang. Sepertinya wanita paruh baya itu mulai tertarik kepada lelaki tersebut."Nak Reno? Tumben pagi-pagi sudah ke sini?" tanya Amelia dengan wajah sumringahnya.Amelia melihat penampilan Reno. Lelaki itu mengenakan pakaian joging."Saya ingin mengajak Dea jalan-jalan pagi, Tante. Bukankah baik buat kesehatan ibu hamil?" ungkap Reno ramah."Memangnya Nak Reno tidak bekerja hari ini? Tante sih setuju banget kalau Dea diajak jalan-jalan pagi."Amelia semakin merasa bahagia. Karena pagi itu ia ada janji dengan Reza untuk bertemu di suatu tempat."Reno hari ini libur, Tante. Ada yang handel di kantor!" jawab Reno tegas.Dea yang sudah selesai menyiapkan makanan di atas meja jadi penasaran dengan siapa yang datang. Ia pikir papanya yang berkunjung untuk temu kangen dengan sang mama."Siapa, Ma? Ini sarapannya sudah siap," teriak Dea dari arah meja makan."Ayo, Nak Reno. Silahkan masuk," ajak Amelia kemudian."Terima kasih, Tante."Amelia berjala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status