Beranda / Romansa / Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO / Bab 1 : Pernikahan yang Berantakan

Share

Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO
Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO
Penulis: Mommy_Ay

Bab 1 : Pernikahan yang Berantakan

Penulis: Mommy_Ay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 15:23:08

“Rico, pelan sedikit!”

Suara lirih perempuan menggema samar dari balik pintu ruang rias pengantin. Adellia menghentikan langkahnya. Tubuhnya yang terbalut gaun pengantin berwarna gading langsung menegang.

Di tangan Adellia, masih tergenggam kotak kecil berisi manset emas yang hendak ia berikan pada calon suaminya, Rico—pria mapan, memesona, dan dianggap sebagai calon menantu ideal keluarga Mahesa.

“Apa kamu ... nggak takut ketahuan?” Suara itu kembali terdengar.

Adellia mengenali suara perempuan tersebut. "Itu suara Qalest, kan?"

“Tenang aja, Sayang! Sandiwara ini akan selesai besok. Setelah akad, dia resmi jadi istriku.”

Rico tertawa kecil, suaranya sinis dan penuh perhitungan.

“Dan beberapa bulan kemudian, selesai. Aku ceraikan dia.”

Kotak di tangan Adellia jatuh ke lantai, mengeluarkan dentingan kecil.

Tapi tak ada yang menyadari.

Jantung gadis yang kini berusia 25 tahun itu berdebar tak karuan, ia mendorong pintu hingga sedikit terbuka.

Di dalam ruangan itu, tubuh Rico sedang menindih Qalest di sofa, bibirnya mencium leher Qalest dengan nafsu tak terkendali. Kancing bajunya terbuka. Gaun Qalest kusut.

“Aku tak pernah mencintai Adellia,” suara Rico terdengar datar namun mantap.

“Pernikahan ini cuma tiket menuju kekayaan Adellia, dan kamu tahu itu.”

Adellia menahan napas, tapi air matanya sudah jatuh tanpa bisa dicegah. Kakinya gemetar, perih menjalar hingga ke ulu hati.

Adellia merasakan darahnya mendidih. Tangannya menggenggam gagang pintu begitu erat hingga buku-bukunya memutih. Ia melangkah masuk, dan suara langkah sepatunya menggema di lantai marmer.

“Kalian seharusnya memilih tempat lain jika ingin berkhianat.”

Sentak Adellia, cukup untuk membuat Rico terlonjak dari posisi, dan Qalest menjerit kecil sambil merapikan gaunnya.

Wajah mereka berubah pucat seperti mayat. Tak satu pun dari mereka bicara.

“Adellia, ini tidak seperti yang kamu kira,” ucap Rico, panik, tergesa menarik resleting celananya. Mencoba meredakan ketegangan, suaranya dibuat setenang mungkin.

Adellia menyeringai. Dingin.

“Kalau begitu, bantu aku pahami. Mana bagian yang salah? Bahwa kau tidur dengan adik tiriku sesaat sebelum pernikahan kita, atau bahwa kau dan dia sudah merencanakan semua ini dari awal?”

Qalest mencoba bicara, tapi suaranya tercekat. “Aku, aku hanya...”

“Diam!”

Satu kata itu cukup mematikan. Mata Adellia menatap tajam ke arah keduanya. Luka dan kemarahan bertubrukan dalam dadanya, tapi ia menolak jatuh. Ia menolak menjadi korban.

Suara gaduh memancing pihak keluarga berdatangan ke ruang rias. Ayah Adellia, Ibu tirinya, dan orangtua Rico.

Adellia tidak tinggal diam, ia menceritakan apa yang terjadi.

Qalest langsung menangis, bersembunyi di belakang tubuh Rico.

Dan seperti yang sudah sering terjadi, semua langsung memihak Qalest. Sesalah apapun gadis itu.

“Kita tidak bisa membatalkan ini, Adellia!” ujar Maya, Ibu tiri Adellia, suara tegas namun dingin. “Para tamu sudah hadir. Nama baik keluarga Mahesa akan hancur jika ini dibatalkan sekarang!”

“Tapi, aku yang dikhianati!” teriak Adellia, matanya membelalak, tak percaya.

Bram, Ayahnya Adellia menunduk, terdiam. Seolah,  lebih takut kehilangan martabat ketimbang kehilangan putrinya.

“Adellia,” kata Bram perlahan. “Tahan dulu. Setelah akad, kita bisa pikirkan jalan keluarnya.”

“Tidak!” Jawab Adellia tegas. Menatap penuh nanar ke arah Bram.

Namun seakan tak seorang pun peduli, tak ada satu pun yang benar-benar berpihak padanya.

Bahkan orang tua Rico ikut bersuara dan meminta Adellia untuk tidak membesar-besarkan masalah.

Suara ketukan mendadak terdengar dari arah pintu. Namun bukan ketukan pelan seperti sebelumnya—ini tegas, berat, dan berwibawa.

Pintu terbuka. Seorang lelaki paruh baya berdiri di ambang, mengenakan jas cokelat tua dan tongkat hitam mengkilap di tangan kanannya. Sosok yang nyaris tak pernah muncul di pesta keluarga mana pun, namun semua orang tahu: Dialah kepala keluarga Mahendra.

Semua orang dalam ruangan sontak menoleh. Rico yang tadi duduk dengan angkuh langsung berdiri dengan wajah gugup. “K-Kakek…”

Pria itu mengangguk pelan, lalu masuk tanpa undangan. Langkahnya lambat tapi pasti. Sorot matanya tajam, menyapu seluruh ruangan, dari wajah pucat Adellia, tatapan menyesal orangtua gadis itu, hingga ke wajah Rico dan Qalest yang jelas panik dan tak nyaman.

“Aku sudah tahu apa yang terjadi,” ucapnya, suaranya berat dan berwibawa. “Dan sebelum semuanya jadi lebih buruk, aku datang untuk memberimu pilihan, Adellia.”

Adellia mengerutkan kening. “Pilihan?”

“Pernikahan ini tak bisa dibatalkan,” lanjut sang kakek, menatap mereka satu per satu. “Terlalu banyak yang dipertaruhkan. Nama keluarga, reputasi, bisnis, koneksi. Tapi...” Ia berhenti sejenak, membiarkan ketegangan menggantung. “Yang bisa kita lakukan adalah mengganti mempelai prianya.”

Semua orang terdiam.

“APA?!” Rico berseru lebih dulu, wajahnya merah padam. “Apa maksud Kakek?! Ini konyol!”

Sang kakek menoleh padanya, tenang namun tajam. Kemudian kembali menoleh ke arah Adellia. “Aku ingin kamu menikah dengan pamannya Rico. Keenan Daviero Mahendra.”

Adellia terbelalak. Itu nama yang sudah sering ia dengar. Nama yang selalu dipenuhi ejekan dan celaan dari mulut Rico. Keenan, paman yang katanya mengerikan, tak berguna, bahkan diasingkan ke luar negeri oleh keluarganya sendiri karena dianggap mencemari nama besar Mahendra.

Sosok yang tak pernah muncul, tak pernah dibicarakan dengan hormat. Rico selalu mengatakan Keenan tak punya masa depan, hanya hidup dari sisa warisan, dan tak akan pernah kembali ke Amberlyn.

“Tidak bisa!” seru Sarah, ibunya Rico, ikut berdiri dari sofa. “Keenan sudah lama tidak berada di lingkaran keluarga ini! Dia... dia bahkan bukan bagian dari kami lagi!”

Satya, Ayahnya Rico juga ikut bicara, suaranya lebih terkendali, tapi tidak kalah tajam. “Dengan segala hormat, Ayah. Ini keputusan yang gegabah. Keenan tidak punya kapasitas untuk—”

“Cukup.” Suara sang kakek memotong, datar tapi membuat semua orang membeku. “Kalian membiarkan anak kalian mempermalukan keluarga ini. Sekarang saatnya aku ambil alih.”

Rico menggeleng keras. “Adellia milikku! Kami akan menikah, semuanya sudah disiapkan!”

Adellia menoleh, tatapannya dingin menusuk. “Setelah yang kamu lakukan? Kamu pikir aku masih ingin menikahimu?”

“Sudah kubilang, itu tidak seperti yang kamu lihat!” bela Rico, mencoba menggenggam tangan Adellia, tapi gadis itu langsung menepisnya kasar.

Sang kakek kembali menatap Adellia. “Keenan akan datang ke sini hari ini. Pilihannya ada di tanganmu, Adellia. Lanjutkan pernikahan ini dengan pria yang mengkhianatimu… atau pilih Keenan. Kamu tidak akan dipaksa. Tapi kamu harus memutuskan sekarang.”

Adellia membeku. Dadanya naik-turun menahan gejolak amarah. Sekilas ia melirik sang ayah, diam membisu, seperti biasa, lebih peduli pada martabat daripada perasaannya.

Adellia mengangkat kepala, dengan suara tenang tapi tegas, ia berkata:

“Lebih baik menikah dengan pria asing, daripada dengan laki-laki pengkhianat.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 11 : Secangkir Cokelat Panas

    “Slide keempat tolong diganti. Visualnya terlalu padat, kita butuh sesuatu yang lebih clean tapi tetap powerful,” ujar Adellia sambil berdiri di depan layar besar ruang meeting privat Divisi Kreatif.Ia mengenakan blouse putih sederhana dan celana panjang hitam, rambutnya diikat rapi. Wajahnya penuh konsentrasi, meski ada lelah yang samar terlihat.“Presentasi kita ke investor tinggal lima hari. Aku nggak mau ada satu pun celah,” lanjutnya tegas.Timnya mencatat dengan cepat, sebagian menatap layar laptop, sebagian lagi mengikuti arah tangan Adellia yang menunjukkan poin demi poin penting di slide.Setelah tiga hari kembali bekerja, Adellia kembali jadi versi dirinya yang paling tajam. Profesional, tegas, dan nyaris tanpa cela. Keberadaan Rico di ruang rapat sebelumnya memang sempat mengusik fokusnya—tapi hanya sebentar. Ia menolak membiarkan masa lalu mendikte masa depannya.“Tim riset, pastikan data pengguna dari kuartal terakhir benar-benar uptodate. Aku ingin angka yang valid, buk

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 10 : Rencana Baru

    “Dan semua tetap terkendali,” gumam Adellia sambil menatap ke piring kosong di depannya. “Kau sungguh profesional, Tuan Daviero.”Keenan tersenyum tipis. Tapi tak ada kehangatan di dalamnya.“Profesionalisme menyelamatkan kita dari banyak hal. Termasuk dari patah hati.”“Kalau begitu,” ucap Adellia, fokusnya kembali ke piring yang sedang ia bilas, “mari pastikan tidak ada yang melenceng dari kontrak. Bahkan sekadar genggaman tangan.”Keenan terdiam. Lalu, ia mengambil gelas wine-nya dan berjalan perlahan ke arah jendela besar yang menghadap kota.“Catatan yang bagus, Nyonya Daviero,” ujarnya, menyesap anggurnya. “Aku akan mengingatnya baik-baik.”**Langit pagi itu mendung, seolah ikut mencerminkan perasaan Adellia yang setengah enggan melangkah keluar dari mobilnya. Ia berdiri di depan gedung perusahaan keluarganya, Mahesa Group.Tiga hari sejak pernikahan kontrak itu. Tiga hari penuh adaptasi, kejutan, dan sandiwara yang harus ia jalani bersama Keenan.Dan hari ini, pertunjukan kemb

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 9 : Makan Malam Dadakan

    Pintu penthouse terbuka dengan bunyi klik lembut, memperlihatkan interior megah yang menyambut dengan suasana dingin, hening. Seperti biasa.Keenan masuk lebih dulu tanpa sepatah kata pun. Jasnya langsung dilempar asal ke sofa, dasinya ditarik kasar, dan tubuhnya melayang ke bar stool dapur terbuka. Matanya menatap kosong ke arah city lights yang memantul dari jendela besar.Adellia berdiri di depan pintu, memperhatikan punggung tegap itu dengan napas yang pelan. Ia bisa merasakan dentuman emosi dari pria itu—campuran marah, kecewa, dan entah apa lagi. Walaupun emosinya sempat mencair sesaat, waktu dalam perjalan pulang tadi.Kaki Adellia melangkah perlahan, ke arah Keenan berada.“Kau baik-baik saja?” tanyanya hati-hati.Keenan tak menjawab. Tangannya sibuk menuang air putih dari dispenser, menenggaknya dalam satu tegukan.“Jika diam berarti ‘ya’, maka aku akan berhenti bertanya,” gumam Adellia, setengah bercanda, mencoba mencairkan suasana.Tetap sunyi.Adellia mendekat, menaruh clu

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 8 : Rayuan Bodoh

    “Apa yang dia bicarakan?”Nada Keenan terdengar datar saat mereka kembali duduk di meja utama. Namun, sorot matanya berkata lain—tajam, gelap, menyelidik.Adellia meliriknya sekilas, lalu menarik napas pendek. “Bukan hal penting.”Keenan menoleh penuh ke arahnya, rahangnya mengeras. Sorot matanya menusuk.“Sungguh? Bukan hal penting?”Kata-kata itu bukan pertanyaan, lebih seperti tuduhan yang terbungkus dalam nada pelan.Adellia menahan tawa kecil. “Keenan, kau berakting terlalu serius.”Ia menyesap wine di hadapannya sebelum menatap sekeliling. Para tamu masih tenggelam dalam percakapan hangat, gelas beradu pelan, tawa-tawa ringan terdengar di udara.“Di sini tidak ada yang mendengar percakapan kita,” bisiknya, masih tersenyum. “Santailah sedikit.”Namun Keenan tetap tak bergeming. Tangannya mengepal di atas pangkuannya, pandangan tetap menusuk wajah Adellia.“Dia menyentuhmu.”“Dan kau sudah menghentikannya,” jawab Adellia tenang. “Itu cukup, bukan?”Keenan tak menjawab. Tapi sikapn

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 7 : Tidak Hidup Untuk Takut

    Langit sore menggantung sendu ketika Adellia berdiri di balkon penthouse, mengenakan gaun satin biru tua dan secangkir teh hangat di tangan. Angin berembus pelan, mengibaskan ujung rambutnya. Di balik gelas kristal, matanya menatap kota yang terus bergerak tanpa peduli perasaan siapa pun.Ia tahu... badai belum benar-benar usai.“Kamu kelihatan terlalu tenang untuk seorang pengantin baru,” suara Keenan terdengar dari balik pintu geser. Ia baru saja selesai menerima panggilan, dasi dilepas, kemeja sedikit terbuka di leher.Adellia menoleh, tersenyum tipis. “Atau aku hanya sedang menyimpan tenang itu untuk nanti.”Keenan menyandarkan tubuhnya di kusen pintu, menatap Adellia dalam diam. Ada sesuatu dalam sorot matanya—campuran antara kekaguman dan kewaspadaan. Lalu ia berjalan pelan, berdiri di samping Adellia.“Rico sudah menemui Kakek,” ucapnya. “Dia tidak senang. Dan itu membuatku semakin yakin, keputusan Kakek bukan sekadar strategi. Tapi juga pelajaran.”Adellia mendesah. “Kamu piki

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 6 : Akan Merebut Kembali

    Begitu pintu lift tertutup dan para tamu turun ke lobi, suasana di penthouse mendadak terasa lengang. Adellia berdiri mematung di dekat jendela, matanya menatap bias lampu kota malam hari, sementara Keenan berjalan perlahan ke arahnya dengan gelas anggur di tangan."Dia menjengkelkan," ucap Keenan pelan.Adellia tak perlu bertanya siapa yang dimaksud. “Dia memang begitu. Tapi tak seburuk Rico.”Keenan menghela napas, lalu meletakkan gelasnya di meja dekat sofa. “Kupikir aku cukup ahli membaca niat orang. Tapi Qalest... dia lebih beracun dari yang kuduga.”Adellia menoleh. “Dia ingin tempatku. Itu sudah jelas sejak dulu.”“Aku tahu.” Keenan menyandarkan tubuh ke sandaran sofa. “Tapi aku tak suka dia mengganggumu. Terutama di rumah ini.”Kata “rumah” terdengar asing, tapi hangat. Membuat dada Adellia sedikit sesak.“Kamu tidak perlu repot membelaku,” gumamnya. “Ini cuma sementara, kan?”Keenan mendekat, berdiri hanya beberapa langkah darinya. “Justru karena sementara... aku ingin memast

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 5 : Perang Diam

    Ketukan keras di pintu utama mengagetkan keduanya. Adellia meletakkan garpunya, menoleh ke arah sumber suara. Keenan langsung bangkit, menyalakan layar kecil di dinding yang menampilkan kamera luar.Wajah Rico.Keenan menghela napas pelan. “Sial.”“Aku harus sembunyi?” tanya Adellia cepat.Keenan menatapnya sebentar, lalu menggeleng. “Tidak. Ini rumahmu juga sekarang.”Ia berjalan ke pintu dan membukanya.“Wah, pagi-pagi sudah datang tanpa undangan. Kau kehilangan sopan santunmu, Rico?” nada Keenan datar.Rico menerobos masuk tanpa menunggu izin. “Kau pikir aku akan diam saja setelah semua yang kau lakukan, paman?”Matanya langsung mencari-cari sosok Adellia, dan menemukannya berdiri di dapur, mengenakan jubah sutra tipis dan wajah tanpa riasan. Natural. Cantik. Dan sangat milik orang lain sekarang.“Pagi yang menyenangkan, Rico,” sapa Adellia, berusaha terdengar tenang.“Kita bisa bicara baik-baik, bukan?”Keenan menyilangkan tangan. “Bicara tentang apa? Tentang bagaimana kau meningg

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 4 : Tidak Pernah Setengah-Setengah Dalam Peran

    Keenan menoleh, menatapnya dengan tatapan sulit dibaca. “Bukan takut. Aku hanya tak ingin jadi pria pertama yang kau benci... di ranjang.”Pintu tertutup perlahan.Dan untuk pertama kalinya sejak hari pernikahan itu, Adel merasa, tidak yakin siapa yang sebenarnya bermain api di pernikahan kontrak ini.Aroma rosemary dan bawang putih memenuhi seluruh lantai atas penthouse malam itu. Lampu gantung kristal menyala lembut di atas meja makan marmer panjang, yang kini hanya dihuni dua piring dan dua gelas wine.Adel memandang pemandangan di hadapannya dengan canggung. Pria yang kini sah menjadi suaminya duduk di ujung meja, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku. Tangan kirinya sibuk menuang anggur ke gelasnya sendiri, sementara tangan kanan menekan sesuatu di ponsel."Benar-benar romantis," gumam Adel sarkastik. Ia menyibak anak rambut dari wajahnya, berusaha menyembunyikan kekecewaan yang entah datang dari mana.Keenan mengangkat alis, masih belum menatapnya. "Kita sepakat ini

  • Diselingkuhi Tunangan Dinikahi Paman CEO   Bab 3 : Menjadi Ny. Mahendra

    “Pernikahan, kontrak?” gumam Adellia, nyaris tak percaya. “Kamu tidak sedang mabuk, kan?”Keenan hanya menghela napas pendek, lalu melangkah perlahan ke arah sofa. Ia duduk dengan tenang, menyilangkan kaki, dan menyandarkan tubuh ke sandaran seolah tak terburu waktu.“Rico mengincar warisan keluargamu. Qalest menginginkan posisi dan pengaruh.” Nada suaranya tetap tenang, tapi sarat dengan ketegasan. “Dan kamu... hanyalah batu sandungan yang mereka rencanakan untuk disingkirkan setelah akad.”Adellia menelan ludah. Kata-kata itu seperti cambuk yang menyayat kesadarannya. Tapi Keenan belum selesai.Ia menatapnya lurus, sorot matanya setajam belati.“Kamu ingin mereka menang, Adellia?” tanyanya pelan, tapi dinginnya menusuk seperti baja.“Apa kamu, sudah tahu soal Rico dan Qalest?”Keenan terdiam sejenak sebelum menjawab.“Sudah cukup lama. Tapi kamu butuh melihatnya sendiri untuk percaya, bukan?”Adellia merasa lututnya lemas. Ia menggigit bibir, mencoba menahan luapan emosi yang kembal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status