Share

Part 5. Ibadah Terpanjang

Author: Pena Asmara
last update Last Updated: 2023-01-11 10:05:51

DITALAK KARENA FITNAH IPAR & MERTUA

Part 5

"Auuwww ....!"

Si pemakan segala itu menjerit kesakitan saat telapak tanganku menamparnya sangat keras. Telapak tangan yang sudah bekerja sangat keras di rumah ini. Terlihat memerah kulit wajahnya yang terkena tamparan. Berhenti langkahnya sebelum sempat menyentuh tubuhku. 

Telapak tangannya lantas menutupi pipinya yang memerah, mukanya nampak meringis kesakitan dan matanya mulai meremang, kemudian si omnipora itu mulai menangis.

'Cengeng' rutuk bathinku.

Si Mantan ibu mertua lantas mendekati putri manjanya, menatap tajam ke arahku. Tubuhnya gemetar dan wajahnya menyimpan kemarahan, jemari tangannya terlihat mulai mengepal.

"Ibu mau coba-coba juga." Kutantang dan menatap balik wajahnya. Perlahan dia mulai mengendurkan urat lehernya.

"Henny yang ingin menyerangku terlebih dahulu, dan aku hanya membela diri. Ibu juga bisa lihat sendiri,'kan?" ujarku membela diri.

Perempuan paruh baya itu diam saja sembari menenangkan si putri manjanya.

"Walau tidak hebat, tetapi waktu sekolah dulu aku pernah belajar ilmu bela-diri. Boleh saja jika Ibu ingin coba-coba," celetukku. Menatap tajam kepada keduanya, mereka pun menunduk bersamaan.

"Aku diajarkan ibuku untuk patuh dan hormat kepada suami dan keluarga besarnya. Aku patuhi semua pesannya, walaupun hatiku sakit oleh perlakuan kalian berdua," jelasku kepada ibu dan Henny, mereka melirikku takut-takut.

"Saat statusku masih menjadi istri dari anak Ibu, aku selalu patuh dan hormat kepada Ibu. Walaupun ibu dan Henny bersikap semena-mena, itu juga karena teringat petuah ibuku untuk menganggap ibu mertua dan ipar seperti ibu kandung dan saudaraku sendiri. Tetapi kalian berdua malah memanfaatkan kepatuhanku dengan  bersikap dzalim dan semaunya terhadapku," sindirku ketus.

"Sekarang, karena fitnah yang berasal dari mulut kalian sendiri, membuat ikatan kepatuhan dan kehormatanku terhadap kalian mulai terlepas. Itu karena kelakuan yang kalian buat sendiri." Aku pun mulai lebih mendekati, terlihat mereka sedikit mundur dan saling merekatkan rangkulan. Ibu dan Henny terlihat semakin ketakutan.

"Mana kalungnya?" Kutadahkan tanganku meminta kepada si nenek sihir senior yang langsung cepat-cepat memberikannya kepadaku.

"Surat-suratnya, mana?" 

"Se-se-bentar, ibu ambilkan dulu." Si mantan cepat-cepat mengambil surat pembelian kalung tersebut dari laci lemari jatinya.

"I-ini, suratnya." Takut-takut dia menyerahkan kertas itu kepadaku.

"Aku ingatkan lagi kepada Ibu dan Henny, jika aku bukan memeras kalian ataupun merampas milik kalian. Aku hanya mengambil apa yang sudah menjadi hakku, yang kalian ambil tanpa seijinku." Berjalan keluar dari kamar itu, berhenti sesaat lantas menoleh ke arah Ibu dan Henny.

"Kamar buatku sudah dirapihkan belum, Hen?" tanyaku pada Henny. Ia terdiam, melihatku takut-takut.

"Be-belum, Atika," ucapnya, sedikit bergetar suaranya.

"Bukannya dari tadi sudah kusuruh untuk merapikan!" bentakku cepat.

"I-iya, a-akan segera kurapihkan." Henny pun mulai keluar kamar, berjalan menunduk saat melewatiku dan langsung berjalan cepat.

"Oh, iya, Bu. Dari surat pembelian kalung ini, uangku masih ada sisa dua juta sama ibu. Aku bukannya kejam, hanya kasihan saja jika nanti diakhirat, Ibu masih punya tanggungan hutang terhadapku," jelasku sembari meninggalkan kamarnya, dan perempuan paruh baya itu hanya melongo saja.

"Ka-kamarnya sudah rapih, Atika," terang Henny dari pintu kamarku, saat aku sedang merebahkan badan sejenak di tempat tidur.

"Iya, Hen, terima kasih, yah." Tidak ada ruginya mengucapkan kata terima kasih kepada orang yang sudah membantu kita, siapapun orangnya, karena aku sedari kecil sudah terbiasa untuk mengucapkan kata itu dan ibuku juga yang membiasakan.

Aku segera bangkit dari tempat tidur dengan tangan memegang dua tas besar, tatapanku nanar ke arah ranjang. Ranjang yang mati, ranjang yang tenang tanpa gelombang, dan aku bisa bertahan selama itu karena pesan dari ibu.

Aku juga bisa kesepian, ingin juga merasakan kehangatan, memadu hasrat dalam rasa cinta. Tetapi ibu selalu bilang, rumah tangga itu adalah ibadah terpanjang, bukan hanya bicara tentang kenikmatan ranjang. Ibadah itu berat, jika kita tidak ikhlas menjalaninya, dan aku mencoba untuk bersikap ikhlas dengan kelemahan Mas Yoga. Toh, Mas Yoga sendiri tetap mau berusaha untuk sembuh, berarti suamiku masih mau ada usaha untuk membahagiakan aku, dan mungkin memang itu cobaan dalam rumah tanggaku.

Beberapa bulan terakhir ini kami fokus berobat hanya pada satu klinik saja, tidak berpindah-pindah seperti dulu, di mana jika kami dapat informasi, aku dan Mas Yoga pasti mendatanginya, dan terakhir kali Mas Yoga bilang, dia merasa cocok berobat diklinik khusus masalah lelaki tersebut.

"Atika ... selama suamimu memperlakukanmu dengan baik, bertanggung jawab, cobaan apa pun yang nanti akan menghampiri kalian berdua, maka bertahanlah. Mungkin itu cobaan ibadahmu." Begitu pesan ibu saat Mas Yoga mengajakku untuk mulai tinggal di rumah ini.

'Maafkan aku, Bu, rumah tanggaku ternyata harus berakhir seperti ini' lirih bathinku, mulai meremang mataku. Tersadar, lalu cepat-cepat aku menghapusnya sebelum air mataku terlanjur jatuh.

Kubawa dua tas besar itu ke kamar Henny, yang sekarang kutempati. Kamarnya memang sudah terlihat rapih, lemari pakaian pun isinya sudah kosong, lalu aku mulai memasukkan pakaian ku satu-persatu ke dalam lemari, baru saja aku selesai merapikan, ada suara terdengar dari pintu kamar baruku.

"Henny ....!"

Menoleh aku cepat, ternyata Erna si wanita berkelas yang tidak punya rasa malu, yang berkunjung datang.

'Untuk apa si jal*ng itu datang kemari' Greget hatiku rasanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditalak Karena Fitnah Ipar & Mertua   Part 29 Jodoh Tidak Akan Kemana

    Kali ini aku bergerak cepat. Menahan mas Yoga yang hendak kembali menyerang dengan cara menarik kencang kemeja yang dipakainya, hingga sepertinya sampai ada kancingnya yang terlepas. Tidak kalah keras aku pun berteriak mencegah. Hatiku sakit melihat Adit diperlakukan seperti itu."Kamu gila ya, Mas!" Mas Yoga menoleh ke arahku, sementara Adit masih terduduk kesakitan. Telapak tangannya menutupi kepalanya yang terbentur kursi besi tadi. Dan dua kawan penghuni kost pun ikut keluar menyaksikan."Dia ini kurang ajar! Sudah berani menganggu istri orang!" teriaknya lagi, matanya masih menyimpan amarah. Dan aku justru lebih marah, melihat sifat kekanak-kanakannya. Adit pelan-pelan bangkit berdiri. Nana yang ingin membantunya ditolak secara halus."Aku! Istri orang? Apa aku nggak salah dengar?Ingat yah Mas. Mas Yoga sudah menjatuhkan talak kepadaku," ucapku tegas, entah mengapa aku jadi benci melihat sikap kekanak-kanakannya. Bahkan selama dulu kami berumahtangga, segala hal dia serahkan kepa

  • Ditalak Karena Fitnah Ipar & Mertua   Part 28 Ingin Kembali Rujuk

    Mas Yoga tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia mengendurkan ikatan dasinya dahulu, menarik napas dalam, berucap pelan. Sepertinya dia tidak mau ibu ikut mendengarkan."Biar kuambilkan air buat kalian berdua," ucap Henny seraya berdiri, sementara Etika masih bermanja-manja di pangkuanku. Dan sepertinya, Henny sengaja menjauh saat Mas Yoga ingin bercerita padaku."Ibu terkena tipu oleh Erna, atau bisa juga mereka berdua tertipu dengan orang lain. Entahlah." Yoga menyandarkan tubuhnya di sofa, sepertinya dia pun banyak pikiran. Terlihat dari wajahnya yang nampak lelah dan murung."Maksudnya apa, Mas? Aku belum paham?""Investasi bodong, Dek. Sebenarnya, sudah beberapa bulan yang lalu ibu ikut itu dengan Erna karena bujukan Henny. Berharap untung besar, justru semua uang simpanan ibu habis untuk investasi gak jelas itu!" Mas Yoga mulai terdengar emosi."Yang aku sayangkan, Ibu dan Henny tidak pernah bercerita apapun denganku tentang hal ini. Bahkan uang simpanan milik Mas yang dititip

  • Ditalak Karena Fitnah Ipar & Mertua   Part 27 Jangan Pergi Lagi

    "Lepaskan tanganku, mas," ucapku, berusaha melepaskan diri."Temui ibuku dulu Dek, sebentar saja. Sepertinya ada yang ingin beliau sampaikan. Mas mohon, dek?"Kami saling bertatapan, matanya terlihat bersungguh-sungguh. Dan akhirnya aku mengangguk perlahan, sembari berucap pelan."Baik, Mas. Nanti aku akan menemui, ibu.""Alhamdulillah ... mas jemput nanti sepulang kerja.""Tidak usah, Mas. Aku naik online saja," jawabku mencoba menolak."Jangan Dek, nanti mas jemput saja di lobby utama. Kamu pulang jam lima kan?" Aku tidak menjawab, hanya mengangguk saja, mengiyakan."Ingat ya, Dek, kamu sudah janji. Mas tunggu nanti di lobby." Mas yoga segera melepaskan tanganku dan langsung menuju ke parkiran kendaraannya, dan aku kembali menunggu lift terbuka, untuk kembali bekerja.Sepanjang bekerja, aku benar-benar dibuat gelisah. Apakah Adit harus diberitahu atau tidak kepergianku nanti. Apakah memang dia harus tahu? Tetapi lebih baik tidak usah, aku tidak ingin mengganggu rapat pentingnya bers

  • Ditalak Karena Fitnah Ipar & Mertua   Part 26. Pertemuan Tak Terduga

    Bagian 26"Hubungan apa Mbak, maksudnya?" "Maksud gue, lu pacaran sama si Adit!" sedikit suaranya yang keras, hingga orang-orang terdekat denganku menoleh ke arah kami bertiga. Mbak Lina memberi kode agar Stella berbicara lebih pelan. Tetapi tidak diindahkan. Ternyata, pendidikan tinggi dan kerja enak, tidak menjamin orang itu memiliki adab."Saya hanya berteman saja, Mbak. Sejak dari Adit bekerja di perusahaan yang dulu," jawabku pelan, tidak mau masalah, dengan ikut-ikutan ngotot seperti mereka."Awas lu ye, kalau bohong," ancam Stella, ngeliat tajam, lalu berdiri dari tempat duduknya, diikuti juga oleh Mbak Lina.Sudah tidak ada lagi semangat perlindungan untuk menghabiskan sisa makan siangku. Sebagian orang yang sempat mendengarkan pembicaraanku dengan Mbak Lina dan Mbak Stella, menatap dan sebagian melirik ke arahnya. Aku jadi merasa malu dan tidak enak hati. Lalu cepat-cepat saya meninggalkan kantin tersebut.Berjalan dengan agak tergesa-gesa menuju lift basemen, hingga tanpa k

  • Ditalak Karena Fitnah Ipar & Mertua   Part 25 Perhatian Yang Special

    "Siapa yang mengirim pesan, Tik?" Aku menutup handphone-ku, melihat ke arah Adit, agak ragu-ragu untuk melihatnya.“Jika tidak mau kasih tahu juga tidak apa-apa,” ucapnya lagi, dan aku cepat menjawab."Mas Yoga, Dit. Mengirim pesan memberi tahu, apakah ibu sedang sakit?""Ibumu?" tanya Adit memastikan."Oh, bukan Dit, ibunya Mas Yoga. Alhamdulillah kabar ibuku baik-baik saja.""Alhamdulillah jika begitu, senang mendengarnya." Sembari Adit meminum es teh manis pesanannya."Dit, bisakah aku nanya sesuatu?" Adit mengangkat wajahnya, tersenyum sambil tersenyum."Boleh lah, ada-ada saja, pakai harus nanya segala. Memangnya kamu mau nanya apa?" Aku terdiam sewaktu-waktu, memain-mainkan tisu bekas aku mengelap bibir, kembali berucap."Maksud Mas Yoga kasih tahu kalau ibunya sakit, apa ya, Dit?" tanyaku, meminta pendapatnya. Adit memandang, seperti orang bingung."Kok tanya aku, Tik, kan kamu yang paling mengenal mereka?" tanya Adit dengan nada heran."Aku hanya ingin mendengar pendapatmu, D

  • Ditalak Karena Fitnah Ipar & Mertua   Part 24 Difitnah

    Part 24"Pakai syarat segala nih," ucap Adit sembari tertawa. Aku mengangguk."Apa syaratnya?""Kali ini biarkan aku yang traktir yah." "Masa, aku yang ngajak, kamu yang bayar, Tika," sanggah Adit. Sebagai pria, mungkin Adit merasa tidak enak. "Jika kamu nggak mau, aku nggak jadi ikut," ucapku mengancam, sembari memasang wajah pura-pura ngambek. Adit malah tertawa terbahak."Ya, sudah, terserah kamu saja deh." Adit lantas berdiri dari tempat duduknya, aku pun mengikutinya. Sepertinya Adit ingin pulang dahulu untuk berganti baju."Nanti aku jemput, yah?" tanyanya lagi, dan aku mengangguk mengiyakan. Adit mengangguk pamit, lantas kembali ke rumahnya. Dan aku pun bersiap untuk berganti baju, dan makeup-an sekadarnya.Pukul delapan malam, Adit sudah datang menjemput. Nana dan Vera, yang saat itu sedang duduk-duduk di teras, merayu-rayu untuk ikut, tetapi dengan tegas Adit menolaknya, dengan alasan ada hal penting yang ingin dia sampaikan untukku. Dan jujur saja, walaupun aku hanya diam,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status