Share

Terusir

Penulis: Nonnie Dyannie
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-17 06:22:10

Bab 2 

  Gegas aku memutar badan untuk mengejarnya, "Tunggu!" 

Akan tetapi, tak kutemukan siapa pun. Hanya ada satu orang pelayan hotel yang sepertinya telah selesai mengantarkan pesanan.

 "Enggak ada siapa-siapa di sini. Apa aku salah lihat?" 

 Sekali lagi aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, sepi. Sama sekali tidak ada orang selain diriku.  

 Aku berniat untuk menyusuri tempat ini perlahan karena sangat yakin dengan yang tadi kulihat. Namun, baru beberapa langkah, tiba-tiba netraku menangkap sesuatu yang berkilau di lantai, sebuah anting! Ya, berarti benar tadi ada seseorang di sini.

 Aku akan menyimpannya siapa tahu suatu saat nanti ini akan aku butuhkan. 

Aku bergegas menuju resepsionis karena yakin dia belum jauh dan pasti masih ada di sekitar sini. Bukan aku terlalu berpikir buruk, tetapi melihat caranya seperti tadi sangat mencurigakan terlebih lagi dengan fitnah yang kualami saat ini. 

“Selamat sore,” sapaku pada resepsionis yang bertugas.

“Selamat sore, Bu, ada yang bisa kami bantu?” jawabnya seraya menatapku.

 "Maaf, Mbak, apakah Mbak melihat seorang wanita yang baru saja keluar?" tanyaku. 

 Dua orang resepsionis yang berjaga saling beradu pandang. Lalu salah seorang dari mereka menjawab, "Mungkin bisa disebutkan bagaimana ciri-cirinya? Sejak tadi ada banyak wanita yang keluar masuk area hotel,  jadi kami tidak tahu pasti orang  yang Ibu maksud," jawabnya.

 "Ah, iya. Ya sudah, terima kasih, Mbak," ucapku, karena rasanya sulit untuk mencari tahu. Aku hanya melihat siluet seseorang, bagaimana mungkin aku bisa menyebutkan ciri-cirinya.

 "Ke mana wanita itu pergi? Dan, apakah ada hubungannya dengan kejadian hari ini?" Aku bermonolog.

Lebih baik aku kembali ke kamar, mengganti pakaian pengantin yang masih kukenakan ini dan ... pulang. Ah, pulang? Setelah kejadian tadi, apa orang tuaku masih mau menerima? Tidak. 

Aku harus pulang dan menjelaskan kepada orang tuaku. Itu bukan aku, demi Allah itu bukan diriku.

 Aku tak terima diperlakukan seperti ini, dipermalukan dengan tuduhan atas sesuatu yang tak kulakukan, dihina, dan dianggap sebagai wanita murahan yang memberikan tubuhnya untuk pria lain … kenapa semua ini harus terjadi?  Dosa apa yang telah kubuat sehingga Tuhan menghukumku seperti ini?

 Tamparan Ayah masih terasa sangat perih. Sudut bibirku robek dan rasa panas di pipi ini masih sangat membekas.  Tak terasa air mata ini luruh lagi, rasa sesak memenuhi dada. 

Aku berdiri di depan pintu lift setelah sebelumnya menekan tanda naik. Tak lama pintu lift terbuka dan dalam keadaan kosong, hanya butuh beberapa langkah saja kini aku telah berada di dalam kotak yang akan membawaku berpindah lantai.

Enam. Itu angka yang kutekan dan perlahan pintu lift mulai menutup. Namun, di saat pintu hampir tertutup sempurna, netra ini kembali menangkap sesuatu yang membuat dada ini berdegup kencang. 

Aku melihat seseorang berjalan tergesa, walaupun dia mengenakan hoodie dan topi yang hampir menutupi seluruh wajahnya, tetapi aku yakin dia seorang perempuan! Terlihat dari postur tubuh dan cara ia berjalan.

Gegas aku menekan tombol supaya pintu kembali terbuka, tetapi sayang gerakanku kalah cepat sehingga lift kini telah bergerak naik. Tak kalah akal, aku langsung menekan tombol nomor satu, artinya hanya naik satu lantai dari lobi.

Tak butuh waktu lama, kini aku telah berada di lantai satu dan bergegas turun kembali ke lobi dengan menggunakan lift lain. Gerakanku sedikit terbatas dikarenakan pakaian pengantin yang masih kukenakan ini sehingga aku tak bisa leluasa bergerak.

Beruntung sekali saat pintu lift terbuka, aku dapat melihat dia tengah berjalan tergesa menuju pintu keluar. Seketika  aku berlari mengejarnya, kulepas sandal pengantin yang kukenakan,  tak peduli jika harus menjadi pusat perhatian orang di sekitar.

“Hei, tunggu!” teriakku berusaha menghentikan langkahnya.

Terlihat dia menoleh karena panggilanku. Namun, seketika pula dia ambil langkah seribu yang membuat jarak kami semakin menjauh. Ah, si*l! Kenapa aku harus memanggilnya.

Aku terus  berlari mengejarnya sampai keluar hotel, posisinya hanya sekitar sepuluh meter di depan. Namun, tiba-tiba sebuah mobil melewatiku dengan kecepatan tinggi dan berhenti tepat di dekatnya, seseorang membukakan pintu dan berhasil membuatnya lolos dari kejaranku.

 "Astagfirullah!" Aku jatuh terjerembap karena menghindari mobil hitam yang hampir menyerempetku. 

 "Aisyah?! Ya, Tuhan!”

“Y-Yudha?”

“Apa yang terjadi, Aisyah? Kenapa kamu seperti ini? Dan ini? Bukankah ini hari pernikahanmu?” Yudha memberondongku dengan pertanyaan.  

“Yudha ... bukannya kamu---“

“Ya, aku baru tiba sore ini dan langsung ke sini. Ayo, bangun!” Yudha memapahku masuk ke mobilnya.  

“Aisyah, melihat keadaanmu, aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja. Tak usah ceritakan dulu apa yang terjadi. Kamu butuh tenang. Sekarang, kamu mau aku antar ke mana?”

“Tolong antar aku kembali ke hotel.”

“Ke hotel? Kamu yakin?”

“Ya, tolong antar aku, Yud.”

“Oke, baiklah ....”

 Aku menyandarkan tubuh letih ini pada sandaran jok, memejamkan mata.

 Semua peristiwa hari ini masih meninggalkan syok yang sangat dalam. Hatiku terasa berlubang, pikiranku kosong. 

Tak butuh waktu lama untuk kembali ke hotel yang jaraknya sangat dekat. Saat tiba di lobi, aku meminta Yudha untuk menunggu.

“Yudha ... kamu tunggu di sini, aku ganti baju dulu. Setelah ini, boleh aku minta tolong?”

“Ya ampun, Aisyah ... katakan saja apa yang harus aku lakukan?”

“Antar aku pulang.”

“Bukan masalah besar buatku. Oke, aku tunggu di sini dan kamu, bersiaplah.”

Aku meninggalkan Yudha di lobi untuk berganti pakaian dan pulang. Ya, aku harus pulang. Jika malam ini aku masih tinggal di sini, belum tentu baik untuk keselamatanku.

 

“Lakukan tugasmu, jangan membawa kabar tentang kegagalan!”

Aku mendengar Yudha berbicara melalui sambungan telepon dengan seseorang.  Posisinya membelakangi arah kedatanganku saat aku kembali ke lobi. Sepertinya Yudha tengah memberikan satu perintah.

“Yudha ....” Kulihat Yudha melonjak saat aku memanggil namanya, ponsel dalam genggamannya hampir saja terjatuh seandainya dia kalah cepat untuk menangkapnya.

“Ehm, Aisyah ... sudah siap?”

“Sudah,” jawabku singkat.

“Oke, kita jalan.”

 Sepanjang perjalanan, kami tidak banyak bicara,Yudha yang sibuk mengoceh  untuk menghiburku, atau menanyakan hal-hal tidak penting agar pikiranku teralihkan dari prahara yang menimpa. 

 Kenyataannya, aku masih sama … masih mengharapkan Mas Adnan kembali, masih mengharapkan bahwa semua ini hanyalah bagian dari mimpi burukku, dan aku sebentar lagi akan bangun ….

 Mobil memasuki pekarangan rumah, sepi. Mama dan Papa mungkin sedang berunding untuk menghukum aku. Tak apa. Asalkan mereka mau mendengarkan dulu penjelasanku, tak apa jika aku benar-benar di hukum.

Aku turun dari mobil dengan tetap ditemani Yudha. Namun, saat baru saja kaki ini melangkah, aku sangat terkejut sekaligus hancur lagi untuk  kesekian kalinya. Di depan pintu, dua koper besar dan satu travel bag yang merupakan barang pribadiku, kini telah teronggok di teras rumah. 

Jelas sudah, aku tidak lagi diterima di rumah ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   Bab 40

    Bab 40Kisah Kelam Hidup Azmina. “Azmina! Keluar sebentar, aku mau bicara! Aku minta maaf soal yang tadi. Aku benar-benar minta maaf, Sayang! Aku mohon, buka pintunya, kita bicarakan baik-baik.” Ketukannya di pintu rumah tidak juga berhenti. Dia berulang lagi memencet bel agar aku keluar. “Aku tahu kamu ada di dalam, Sayang. Sebentar saja, aku minta maaf.” Karena kasihan, aku turun dari ranjang kamar menuju ruang depan dan membuka pintu rumah perlahan. Begitu pintu terbuka, Raja langsung memelukku sangat erat. Dia mengusap rambutku dan berulang kali mengucapkan kata maaf meski kuabaikan semua itu. “Mau apa kamu kemari, Raja? Tidak ada gunanya kamu minta maaf. Semuanya sudah terlanjur terjadi,” ucapku melemah karena sikapnya. “Kalau begitu, kamu mau aku bagaimana agar kesalahanku bisa dimaafkan? Apa pun! Kamu bisa meminta atau menyuruhku melakukan apa pun, Sayang, asalkan kamu memaafkanku.” Aku menggeleng. Membuka lebar-lebar pintu rumah. “Aku cuma minta satu hal. Selama b

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   Bab 39

    Bab 39PoV Azmina. Mataku memerah, menatap nyalang pada sosok pria yang selama ini sangat kupercaya. Sosoknya yang kuanggap sebagai rumah tempat berpulang dari semua rasa sakit dan kekejaman takdir, malah menipuku untuk bertemu dengan wanita sialan itu! “Tidak ada sisi dalam kehidupanku yang adil, Raja! Semuanya buruk, semuanya sial! Semuanya membuatku muak! Tapi, kamu masih juga menipuku demi membantu wanita itu? Kenapa? Kenapa Raja? Kenapa semua orang berpihak padanya? Kenapa semua orang menganggapnya spesial sementara aku tidak? Kenapa dia dianggap sebagai pembawa keberuntungan, anak manis dan cantik yang suci dalam semua hal, sementara aku? Aku begini karena takdir, Raja! Wanita mana yang mau hidup hina sepertiku jika bukan karena keadaan?!” Semua emosi terpendam dalam diriku luruh seketika setelah mengatakan semua itu. Aku menangis sesenggukan, menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Azmina, aku tidak bermaksud untuk menipumu atau apa. Justru, aku mau membantu mereka agar s

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   Bab 38

    Bab 38Pertemuan tak berkesan “Raja!” Kami bertiga sontak menengok ke arah sumber suara. “Azmina ….” Mataku membelalak terkejut. Saat melihatnya langsung, aku seperti melihat diriku sendiri tanpa hijab, secara keseluruhan kami memang sangat mirip, bahkan terlalu mirip! Azmina sangat cantik. Kulitnya putih bersih. Dia memakai gaun sederhana sepanjang lutut dan memakai sepatu hak tinggi. Melihatnya, aku langsung bangkit dari tempat duduk agar bisa melihat Azmina dengan lebih jelas. Saat mata kami bertatapan, dia itu berhenti tersenyum. Matanya membulat besar, langkah kakinya terhenti di seperempat jalan. “Kamu …,” ucapnya. Gegas aku berlari menghampiri Azmina yang masih terkejut dengan situasi ini. Aku membuka lebar-lebar tanganku dan hendak meraihnya ke dalam pelukan. Namun, dia menepisku dengan kasar! “Apa-apaan ini?! Kamu bilang mau bertemu dengan klien, apa mereka klien nya?!” tanya Azmina dengan marah tanpa menatapku sama sekali. Dia mengabaikan aku dan menghampir

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   Bab 37

    Bab 37Kembar Identik Usai mengucapkan salam tanpa menunggu jawaban dari Yudha, aku menutup sambungan telepon itu secara sepihak. Lelah dengan informasi yang tiba-tiba ini, aku merebahkan diriku di kasur. Bingung apakah aku harus datang ke sana dan bertemu dengan Azmina walau tidak siap, atau berdiam diri saja di rumah? “Bukannya apa, aku cuma masih takut jika harus bertemu dengan Azmina. Kami pasti bakalan canggung, kan? Apalagi bertemunya bukan karena moment haru seperti kebanyakan orang, tapi karena suatu masalah.” “Dan, bagaimana jika ternyata pelakunya bukan Azmina? Bagaimana kalau selama ini aku salah menduga dan cuma menuduhnya sebagai pelaku tanpa bukti yang kuat … bagaimana kalau ternyata, dia juga korban dari kejadian ini, aku harus melakukan apa kalau kenyataannya berbeda dari yang selama ini aku pikirkan?” Kepalaku sakit memikirkan jawabannya. Aku memutuskan untuk tidur. Namun, Ibu masuk kamar dengan raut wajah khawatir. “Nak, kamu belum makan malam? Ibu panggil

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   BAB 36

    Bab 36:Rencana “Saya butuh bantuan Anda … mengenai keberadaan Azmina—” “Tidak! Dia tidak mungkin melakukan hal yang buruk! Elo jangan menuduhnya sembarangan tanpa bukti!” ucap Raja kesal memotong perkataanku. Dia menarik rambutnya frustrasi, melihat lagi foto-foto itu dengan teliti. “Kenapa? Anda ingat sesuatu?” tanyaku. “Foto-foto ini … memang benar asli, gue ingat sering memesan hotel untuk kami berdua, tapi pelaku yang menyebarkannya ….” “Saya menduga pelakunya adalah Azmina.” “Apa?” Mata Raja membesar, menatapku dengan marah. Napasnya memburu, dia menarik kerah pakaianku dan memojokkanku. “Hei! Gue bilang jangan sembarangan menuduh! Menuduh tanpa bukti itu adalah kejahatan! Lagi pula, orang sinting mana yang mau menyebarkan foto mereka sendiri dengan adegan seperti ini pada orang banyak? Tidak ada?!” Aku melepaskan cengkeraman Raja dan balas melakukan hal yang sama padanya, kali ini aku berbicara dengan nada yang cukup tinggi, “Karena itu saya butuh bantuan Anda u

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   BAB 35

    Bab 35 Terbongkar ( PoV Yudha ) “Sebentar! Wanita itu … A-Aisyah??! Aku telah bersiap untuk menangkis serangan Adnan, tetapi saat dia mengucapkan kalimat itu, arah pandanganku berubah mengikuti arah tatapan matanya. Mataku membelalak kaget! Wanita yang dimaksud oleh Adnan adalah Azmina! Meski wajahnya terhalang oleh tubuh CEO gila itu, perawakannya sangat mirip dengan Aisyah! Gegas aku mengejarnya menggunakan mobil. Kulihat Adnan pun melakukan hal yang sama. Kami melakukan kejar-kejaran di jalan raya. Aku memojokkan mobil yang dinaiki oleh Azmina di sebelah kanan, kemudian Adnan melakukannya di sebelah kiri. Sialnya, tidak beberapa lama kemudian, Adnan menghentikan aksinya dan malah tertinggal di belakang. Astagfirullah, bagaimana ini? Bisa-bisa aku kehilangan jejak! Benar saja! Saat ada sebuah truk yang melintas di depan, mobil yang kukejar raib entah ke mana. Si*l! “Ke mana perginya mobil itu?” Kuedarkan pandangan ke sekitar, sayangnya mobil itu tidak kunjung kutemu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status