Share

Permintaan Zakia

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2023-04-14 12:54:25

Bab 2

"Ada apa ini? Kenapa dia menangis?" tegurnya. Tidak sedikitpun tergerak di hatinya untuk menggerakkan sepasang kakinya demi menghampiri Zakia yang tengah sibuk menenangkan bayinya.

"Seperti yang kamu lihat, Mas. Dia menangis," sahut Zakia lugas.

Namun jawaban Zakia justru membuat Yudha pertama emosi. "Kamu pikir telingaku tuli, hah? Aku juga tahu kalau anak itu menangis!" 

Rahangnya mengeras. Matanya tajam menatap Zakia dan bayinya dengan pandangan tak suka. "Ibu macam apa kamu?! Masa iya menenangkan bayi saja kamu nggak bisa? Dasar nggak becus jadi ibu!"

Zakia menoleh. Perhatiannya kini teralih sebentar pada suaminya. 

"Naya menangis karena payudaraku tidak memproduksi ASI. ASI ku hanya beberapa tetes yang bisa disedotnya, karena aku belum makan. Terakhir makan hanya pagi, sarapan saat di rumah sakit. Mas ngerti nggak sih?!" Suara Zakia meninggi. Emosinya ikut tersulut karena selalu saja dari tadi ia yang disalahkan, baik oleh Yudha maupun Marina.

"Kalau kamu mau makan, ya makan saja. Apa urusannya denganku?" balas Yudha. 

"Yang aku mau sekarang, bayi itu tidak menangis. Pusing aku mendengarnya, tahu!" lanjutnya.

"Apanya yang bisa aku makan, Mas? Di kamar ini tidak ada sesuatupun yang bisa aku makan. Tolonglah, Mas. Sediakan makanan untukku," pinta Zakia sungguh-sungguh. Raut wajahnya berubah menjadi memelas penuh harap.

"Menyediakan makanan untukmu?" Tiba-tiba Yudha tertawa keras. "Memangnya aku pelayanmu, apa?"

"Mas...." Lagi-lagi Zakia menatap suaminya dengan pandangan memohon. "Putri kita sedang menangis dan aku tidak punya waktu untuk menyiapkan makan sendiri. Tolonglah, Mas. Kooperatif sedikit. Aku tidak bermaksud untuk menyuruhmu. Ini lantaran terpaksa, bukan berarti aku..."

"Tidak bisa!" sergah Yudha cepat. 

"Kamu itu istriku. Tugasku hanya mencari uang dan tugasmu melayaniku, bukan melayanimu. Istri macam apa kamu? Jangan durhaka deh pada suami!" ucap Yudha kasar sambil menghentakkan kaki dengan suaranya yang menggelegar, membuat suara tangis Naya, bayi yang masih merah itu semakin keras terdengar. Wajahnya semakin memerah.

Zakia menelan ludahnya lalu menghirup nafas dalam-dalam. Sesak di dadanya dengan penolakan sang suami. Sebegitu tidak peduli suaminya dengan keadaannya sekarang, padahal dia sudah berjuang antara hidup dan mati demi melahirkan buah hati mereka ke dunia ini.

 

Hanya karena ia melahirkan secara caesar, haruskah ia mendapatkan perlakuan seperti ini? Padahal itu bukan kemauannya. Semua murni lantaran pertimbangan medis.

"Mas, kalau kamu memang tidak peduli padaku, aku bisa terima. Silahkan untuk bersikap acuh tak acuh. Tapi tolong, kasihani putrimu. Dia menangis begini karena kelaparan dan kehausan. ASI ku cuma beberapa tetes dan aku butuh makan agar payudaraku bisa segera memproduksi ASI. Kamu ngerti nggak sih?!"

"Memangnya aku peduli? Aku menikahimu dan kamu aku jadikan istri bukan untuk menjadikan dirimu sebagai putri yang manja, tetapi untuk melayaniku dan keluargaku. Kamu harus mengabdi kepadaku, karena aku sudah memberikan kamu hidup yang layak, tidak seperti yang kamu jalani saat di panti asuhan...." Ini untuk kesekian kalinya Yudha mengungkit-ungkit masa lalu Zakia.

"Stop, Mas. Aku tahu itu. Mas tidak perlu mengingatkan masa laluku sampai berulang-ulang. Aku cukup sadar diri dengan asal usulku." Zakia balas menggeram. 

"Please, tolong jangan memperbesar-besarkan masalah!" Tak dihiraukannya tangis Naya. Wanita itu merebahkan putrinya di pembaringan, kemudian melangkah menghadap suaminya. 

"Permintaanku tidak muluk-muluk, Mas. Tidak perlu kamu semarah ini padaku. Aku tidak minta rumah, perhiasan mewah, pakaian bagus, mobil atau apapun itu yang di luar kemampuanmu. Aku hanya minta kamu menyediakan makan untukku, sekali ini saja! Kamu bisa belikan aku makanan, apapun itu yang penting perutku kenyang!" Zakia menahan nafasnya. Dia tidak menyangka Yudha begitu tega.

Yudha menoyor dahi istrinya dengan kasar, sehingga Zakia mundur selangkah. Wanita itu terlihat kaget. Namun dengan cepat ia menguasai dirinya, meski tak pelak cairan bening jatuh begitu saja membasahi kedua bibinya, bahkan menganak sungai.

"Sekali lagi aku mendengar kamu meminta sesuatu kepadaku, apalagi sampai menyuruhku, aku ceraikan kamu!" Lelaki itu lantas berbalik. Namun sebelum mengayunkan kakinya untuk meninggalkan kamar itu, ia masih sempat menoleh. 

"Cepat, buat bayi itu berhenti menangis, sebelum aku sumpal mulut kecilnya dengan saputangan ini! Dasar bayi cengeng!" pekik Yudha sambil mengacungkan sapu tangan yang entah ia ambil dari mana.

Zakia mengelus dadanya. Tubuhnya mendadak gemetar. Sampai hati Yudha berkata seperti itu. Padahal Naya adalah putri kandungnya sendiri, anak yang terlahir dari benihnya. 

Wanita itu buru-buru mengambil bayinya dari tempat tidur, kemudian menggendongnya kembali, mendekapnya erat seraya membisikan kata-kata manis penuh penghiburan. Suara tangis Naya mulai terdengar lebih pelan. Zakia pun akhirnya duduk di tepi pembaringan, kembali berusaha menyusui bayinya. Namun, baru saja pucuk payudaranya berhasil menyentuh mulut Naya, tiba-tiba ibu mertuanya masuk ke dalam kamar itu.

"Zakia, sudah jam berapa ini? Kenapa belum masak juga?" tegur wanita paruh baya itu. Marina berdiri di depan pintu kamar sembari berkacak pinggang.

"Ma...." Zakia menunduk berusaha merangkai kata-kata.

"Jangan bilang kamu mau leha-leha dengan alasan sedang menyusui bayimu! Kamu pikir aku tidak mendengar pertengkaran kalian berdua barusan, hah?!"

"Ma.... Aku minta maaf, aku belum bisa memasak sekarang. Mama lihat sendiri, aku sedang berusaha untuk menenangkan cucu Mama. Kasihan dia ingin menyusu...."

"Kamu pikir menyusui bisa dijadikan alasan untuk melepaskan tugasmu di rumah ini? Tidak, Zakia! Jadi perempuan itu jangan manja!" pekik Marina. Suara pekikan yang akhirnya membuat Yudha kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Ada apa, Ma?" tegurnya sembari memijat kepalanya yang terasa pusing. Mereka baru saja sampai ke rumah, tetapi sudah terjadi keributan dan itu gara-gara Zakia dan tangis bayinya.

"Tuh, istrimu. Dia menolak untuk memasak dengan alasan sedang menyusui bayinya. Bayi menyusu itu kan di payudara, bukan di tangan. Tangan Zakia masih bisa dipakai untuk memasak. Dia bisa mikir nggak sih?" adu Marina kepada putranya yang berdiri tepat di belakangnya dari jarak sekitar satu meter.

"Bukan begitu Mas, tapi aku benar-benar tidak bisa. Aku harus menenangkan Naya terlebih dulu. Baiklah, nanti kalau Naya sudah tenang, aku akan memasak," tawar Zakia.

"Tidak bisa! Kamu harus memasak sekarang juga. Gendong bayimu dan bawa serta ke dapur. Di kulkas sudah tersedia bahan-bahan yang akan dimasak. Kamu tinggal masak saja. Cepat!" teriak Yudha memerintah. Lelaki itu bahkan menarik salah satu tangan Zakia, memaksanya untuk berdiri dan berjalan meninggalkan kamar, tidak peduli dengan rintihan Zakia yang kembali merasakan perut bagian bawahnya yang pedih.

Bukan cuma perut bagian bawahnya yang pedih akibat luka bekas operasi yang belum sembuh, tetapi juga lambungnya yang terasa perih. Usai melahirkan, dia memang seringkali lebih cepat merasa lapar, apalagi saat ini memang sudah siang. Dia butuh makan. Setelah itu minum obat yang diberikan oleh dokter sebelum ia meninggalkan rumah sakit.

Sembari terus mendekap erat bayinya, Zakia melangkah tersaruk-saruk menuju dapur. Naya masih saja menangis, meski mulut mungilnya bergerak-gerak mencari tetes demi tetes cairan putih dari pucuk payudara Zakia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Jannah Zein
Apalagi jika itu di perparah oleh kondisi asi yang kering sehingga bayinya harus menyusu di botol dot dengan susu formula.. kepada para bunda yang kebetulan proses persalinan harus berakhir di meja operasi dan para bunda pejuang asi, cerita ini saya dedikasikan ......
goodnovel comment avatar
Jannah Zein
Cerita ini terinspirasi dari pengalaman saya sendiri yang pernah menjalani operasi caesar saat melahirkan. sampai saat ini, masih banyak orang yang menganggap wanita melahirkan secara Caesar itu sebagai wanita yang tak bisa menahan sakit saat melahirkan.
goodnovel comment avatar
Heri Prambanan
cerita terlalu lebay, walau mungkin niatnya menguras emosi tetapi terlalu lebay, mungkin njiplak atau inspirasi dari sinetron. ikan terbang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 6 (Penutup)

    Ekstra Part 6 (Penutup)Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?!Ingin rasanya ia menangis, tetapi tak bisa. Dia seorang laki-laki, pantang baginya untuk menangis. Dia harus tegar menghadapi kenyataan ini. Dialah yang membuat Citra akhirnya menggugat cerai dirinya. Dia yang tidak bisa menerima anak itu. Dia tidak bisa menerima kehamilan Citra, padahal Citra tidak salah. Yang salah disini adalah Kevin yang sudah berbuat curang. Sepanjang pernikahannya dengan wanita itu, dia sudah menyakitinya, bukan membuatnya bahagia. Apalagi ibu dan kakak perempuannya yang selalu saja menindas, menuntutnya macam-macam. Citra sama sekali tidak menemukan ketenangan hidup saat menikah dengannya.Dia pula yang membiarkan kedekatan Citra dengan dokter Budi, direktur rumah sakit ini. Kedekatan yang terjalin karena ia memang tak pernah mendampingi Citra kontrol kehamilan dan kemungkinan faktor itu yang membuat dokter Budi simpati kepada Citra. Sekarang hasilnya apa?!Kedekatan yang membuat Yudha akan sa

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 5

    Ekstra Part 5"Bagaimana, Mbak Citra? Sudah siap?" tanya Dokter Budi. Lelaki itu mendekat saat Melda sudah menyadari kehadirannya.Melda buru-buru menyingkir dari tempat itu lantaran merasa malu karena sudah ketahuan membicarakan orang lain di hadapan yang bersangkutan."Antara siap dan tidak siap sih, Dok." Citra meringis."Sebenarnya saya deg-degan, karena ini pengalaman pertama saya. Tolong dimaklumi ya, Dok.""Tidak apa-apa. Tidak akan terjadi apa-apa. Kami semua sudah mempersiapkan dengan baik. Jangan khawatir Mbak Citra." Tangan lelaki itu terulur, mengusap kepala sang pasien kesayangannya.Lelaki itu merasa bersyukur, kini dia sudah selangkah lebih maju. Hakim sudah ketok palu dan Citra sudah resmi bercerai dari suaminya, walaupun mungkin masa iddahnya baru berakhir setelah wanita ini melahirkan. Ya, hanya sebentar lagi. Sebentar lagi ia bisa menyatakan perasaannya kepada wanita ini. Wanita cantik dan mandiri, sangat pas dengan kriteria wanita idamannya. Dia membutuhkan seoran

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 4

    Ekstra Part 4Niat hati ingin segera meloloskan diri demi menyusul Citra yang sudah lebih dulu masuk ke dalam gedung rumah sakit ini, tapi ternyata Kevin malah dihadang oleh beberapa orang lelaki berseragam petugas medis. Mereka mencekal Kevin dan memaksanya berjalan menuju pintu pagar. Mereka baru melepaskan Kevin setelah lelaki itu berada di luar batas area rumah sakit ini."Sial! Sial!" Lelaki itu mengumpat dalam hati melihat Yudha dan rekannya sudah menghadangnya di depan pintu pagar, sehingga dia tidak bisa lagi menerobos masuk."Pergilah, Kevin. Jangan membuat kekacauan di sini," ujar Yudha dingin. Dia berusaha mengabaikan sejenak kegalauan yang bersarang di hatinya."Aku tidak akan pergi sebelum kalian memberi jalan padaku untuk masuk ke rumah sakit ini. Aku yang lebih berhak mendampingi Citra melahirkan, karena anak itu adalah anakku!" ucap Kevin pongah dengan nada menindas. Tangannya bersedekap di dada. Lelaki itu mendongakkan wajah menatap Yudha yang tak kalah beringas."Keh

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 3

    Ekstra part 3Pengalaman melahirkan sungguh mendebarkan bagi Citra. Dari sejak bangun tidur, mandi, kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan persalinannya di rumah sakit nanti, lalu sarapan bersama dengan bik Sum dan Melda.Hanya dua orang itu yang menemaninya pergi ke rumah sakit. Tetapi tidak masalah. Citra bersyukur dia memiliki dua orang yang sangat baik dan mau menemaninya dengan tulus.Setelah memastikan keadaan rumah aman dan pintu terkunci rapat, ketiga wanita itu segera masuk ke dalam mobil. Melda yang kebagian menyetir menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah. Hari ini adalah jadwal operasi caesar untuk Citra. Citra memilih melahirkan secara caesar untuk menghindari komplikasi. Usianya yang sudah 40 tahun cukup beresiko jika memaksakan melahirkan secara normal, lagi pula Citra bukan orang yang sanggup menahan rasa sakit.Sekali lagi cara melahirkan itu adalah pilihan. Bukan soal melahirkan secara normal atau operasi, tetapi kembali kepada kesanggupan tiap ca

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 2

    Ekstra part 2"Jangan memikirkan soal sewa, Ri, karena aku yang akan menyewakannya untukmu," sahut Leo berbohong. Padahal sebenarnya apartemen ini adalah apartemen pribadi milik Leo sendiri. Dia tidak menyewanya. Apartemen yang sudah lama tidak pernah ia tinggali, karena Leo memilih untuk tinggal di apartemen sederhana yang sesuai dengan perannya sebagai pengawal pribadi seorang nyonya muda."Tapi..." Riri masih ingin memprotes."Sudahlah, Ri," tukas Leo seraya masuk ke dalam apartemen ini, sembari membawakan barang-barang milik Riri. "Masuklah, jangan cuma berdiri di depan pintu seperti itu. Kamu nggak usah takut padaku."Antara percaya atau tidak, tapi yang jelas hatinya benar-benar gamang. Akhirnya Riri melangkah masuk ke dalam. Apartemen ini benar-benar mewah, dengan ukuran yang cukup luas untuk ia tinggali sendirian. Dia baru berada di area ruang tamu, tapi sudah merasakan aura yang berbeda. Di ruang tamu ada satu set sofa dengan meja kaca di tengah-tengah. Lampu kristal yang me

  • Ditalak Setelah Melahirkan    Ekstra Part 1

    Ekstra Part 1Riri masih menimang amplop berwarna coklat tua di tangannya. Amplop yang diberikan oleh Zakia beberapa jam yang lalu sebelum wanita itu pergi dari rumah ini. Tidak terlalu berat, tetapi Riri yakin, uang yang berada di dalam amplop itu nominalnya cukup besar untuk ukuran dirinya yang hanya orang kecil. Dia belum membukanya, apalagi menghitungnya. Dia masih saja terbawa oleh perasaan.Berat sekali. Rasanya ia ingin menangis saat Zakia memutuskan untuk memberhentikan dirinya sebagai pengasuh Naya. Bukan soal kehilangan pekerjaan, tapi lebih karena perpisahan dengan anak asuhnya. Masih terbayang-bayang semua tingkah anak asuhnya, Aretha Nayyara Az-Zahra yang aktif dan ceria. Balita cantik dan menggemaskan, buah perkawinan nyonya mudanya dengan suami pertamanya.Dia sangat menyayangi anak itu, karena ia pun mengalami hal serupa. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih kecil. Bedanya, Riri memiliki seorang kakak laki-laki yang kemudian bisa menggantikan sosok ayahnya yang pergi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status