Zakia harus mendapatkan cercaan dan hinaan dari Marina, ibu mertuanya lantaran ia melahirkan secara caesar. Tak cuma itu. Zakia pun mendapati kenyataan jika ASI-nya kering, sehingga bayinya harus mendapatkan asupan susu formula. Dia dianggap telah gagal menjadi seorang ibu. Puncaknya ketika Yudha Pratama, sang suami akhirnya menjatuhkan talak kepada Zakia tepat tujuh hari setelah wanita itu melahirkan. Zakia terusir dari rumah suaminya, hanya dengan bayi perempuan di dalam gendongannya. Apa yang terjadi pada Zakia dan putrinya selanjutnya? .
View MoreBab 1
Langkahnya tertatih menyusuri lorong rumah sakit. Sesekali ia berhenti saat perut bagian bawahnya terasa perih. Namun ia harus kuat demi menyusul suami dan ibu mertuanya yang sudah berjalan jauh, bahkan mungkin sudah keluar dari pelataran rumah sakit ini.Sembari menggendong bayinya, Zakia terus melangkah. Sebelah tangannya menyeret tas berisi perlengkapannya dan bayinya. Seorang lelaki muda berpakaian putih-putih berlari kecil menyusul dan meraih tas besar itu, lalu menyuruh Zakia duduk di kursi roda yang dibawanya.Lelaki muda itu mendorong kursi roda, hingga akhirnya keluar dari pelataran rumah sakit, menyusuri halaman dan berhenti di sisi mobil yang akan membawa Zakia pulang ke rumah. Suami dan ibu mertuanya berdiri di samping mobil dengan wajah cemberut."Kenapa lama sekali, Zakia? Kemana aja sih kamu?! Jalan kok lelet amat. Mama sudah tidak sabar ingin segera pulang. Kamu ini ya, dua hari di rumah sakit merepotkan saja," sembur wanita paruh baya itu. Marina tak perduli dengan kehadiran seorang laki-laki berpakaian putih yang tegak berdiri di belakang kursi roda yang ditumpangi oleh Zakia."Maaf, Bu, tolong jangan bersikap kasar dengan ibu ini. Kasihan. Beliau baru saja melahirkan...." Lelaki berseragam putih itu angkat bicara. Dia menatap Zakia dengan iba."Apalagi beliau melahirkan secara caesar. Saya lihat tadi beliau membawa tas besar. Bu, lain kali tolong jangan dibiarkan Ibu ini membawa sendiri barang-barang yang berat. Beliau belum boleh membawa beban yang berat, takut akan membahayakan jahitan di perutnya," ujar lelaki itu panjang lebar dengan intonasi suara yang tetap sopan."Kamu ini siapa, hah? Sadar diri dong! Apa hak kamu turut campur dengan urusan keluarga saya?! Tugas kamu hanya melayani pasien, karena kamu hanya petugas di rumah sakit ini!" omel Marina yang langsung tersulut emosinya."Saya hanya mengingatkan, Bu. Sudah kewajiban kami untuk mengingatkan keluarga pasien agar merawat pasien dengan baik pasca perawatan di rumah sakit, apalagi kondisi ibu ini belum sepenuhnya pulih...." Dia membela diri."Sudahlah, Ma. Sebaiknya kita segera pulang," tegur Yudha, suami Zakia menengahi."Dan kamu, Zakia, segera masuk ke mobil!" perintahnya seraya menatap tajam istrinya.Zakia menurut. Dia bangkit dari kursi roda itu, kemudian masuk ke mobil dengan gerakan perlahan. Sesekali ia meringis. Benar, kondisinya memang belum pulih. Rasa nyeri akibat operasi caesar yang dijalaninya dua hari yang lalu masih terasa. Namanya juga operasi. Tidak mungkin sim salabim langsung sembuh total walau metode dan obat secanggih apapun.Masih dengan wajah masam, Yudha membawa masuk tas besar berisi perlengkapan istri dan bayinya ke dalam mobil, sementara Marina sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Mobil meluncur meninggalkan area rumah sakit."Makanya itu. Jangan sok-sokan jadi perempuan manja. Kodratnya wanita itu ya, melahirkan. Sakit emang sakit, tapi harus bisa ditahan." Marina terus saja mengomel sepanjang perjalanan."Aku bukannya nggak bisa menahan sakit, Ma. Aku pun juga ingin melahirkan secara normal, tapi dokter sudah memvonis aku untuk melahirkan secara caesar, karena kalau dipaksakan melahirkan secara normal, akan membahayakan nyawaku dan bayiku. Aku bisa apa?" Zakia berusaha memberi pengertian kepada ibu mertuanya meski ia tak yakin perempuan itu bisa mengerti. Ini sudah kesekian kalinya ia menjelaskan perihal itu."Tapi kalau kamu nggak setuju, dokter juga nggak akan melakukan operasi caesar. Kamu aja yang memang nggak bisa menahan sakit," tuduh Marina, lantas mulutnya mengerucut."Sungguh, Ma. Aku berani sumpah. Kalau Mama nggak percaya, tanya aja sama dokter yang kemarin melakukan tindakan operasi caesar kepadaku. Mama akan mendapatkan penjelasannya," tantang Zakia."Halah.... Dokter-dokter itu yang ada di otaknya hanya uang. Pastilah mereka akan menyarankan operasi caesar kepada pasiennya. Biaya operasi caesar kan jauh lebih mahal ketimbang biaya melahirkan secara normal. Kamu aja yang bodoh dan Yudha sudah bodoh memilih istri seperti kamu. Dasar wanita tidak berguna!" Marina mendengus. Dia benar-benar kesal karena Zakia selalu saja punya alasan untuk membantahnya."Ma, dokter-dokter juga tidak asal membuat keputusan. Mereka sangat profesional dan bekerja sesuai prosedur, karena jika mereka menyalahi prosedur, mereka juga akan kena sanksi. Mereka tidak bisa seenaknya mengambil tindakan," ujar Zakia tak mau kalah. Wanita itu memilih memejamkan mata demi menetralisir emosinya.Selalu saja itu yang diomongkan oleh ibu mertuanya sejak masih berada di rumah sakit. Jujur ia merasa risih. Takut omongan ibu mertuanya terdengar oleh para petugas medis. Mereka pasti tersinggung dengan ucapan seperti itu."Sok pintar kamu. Sadar diri dong! Kamu itu siapa, hah?! Kamu itu hanya gadis yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan, yang kemudian dijadikan Yudha sebagai istrinya. Kamu itu sebenarnya beruntung banget, karena mendapatkan suami seperti Yudha yang bekerja di perusahaan.""Makanya jadi orang jangan belagu. Ini sok-sokan melahirkan pakai operasi, kayak artis saja. Kamu itu sudah membuang-buang uang anakku. Ngerti nggak sih?!" Marina terus mengomel.Namun Zakia masih tetap memejamkan mata. Dia tidak hendak memberikan komentar apapun. Percuma. Semua tak ada gunanya. Meskipun mulutnya terasa gatal, apalagi dengan ucapan terakhir ibu mertuanya.Apa?! Dia membuang-buang uang suaminya?!Ingin rasanya Zakia tertawa sekeras-kerasnya. Orang awam juga mengerti, jika biaya persalinannya ditanggung oleh pihak perusahaan tempat Yudha bekerja melalui jaminan sosial tenaga kerja. Yudha tidak keluar uang sepeser pun, bahkan justru terberkati dengan kelahiran bayinya, karena pihak perusahaan akan memberikan bonus atau tunjangan bagi setiap karyawan wanita yang melahirkan atau karyawan pria yang memiliki istri yang melahirkan. Besaran bonus itu pun diketahui oleh Zakia. Untuk soal itu dia tidak bodoh-bodoh amat.Lalu, atas dasar apa ibu mertua menuduhnya membuang-buang uang suaminya?Selama ini yang menikmati sebagian besar gaji Yudha justru adalah Marina dan Risa, kakak perempuan Yudha. Zakia hanya kebagian sisa, itu pun masih sering diomeli oleh Marina. Masih segar di ingatannya Marina mengomel setiap kali ia minta uang untuk ongkos taksi saat ia akan pergi kontrol ke dokter kandungan, padahal Marina jelas-jelas mengetahui jika biaya USG yang sebanyak tiga kali itu di tanggung oleh pihak perusahaan melalui Jamsostek.Zakia menghembuskan nafas, lantas membuka mata. Mobil sudah berhenti. Ah, ternyata mereka sudah sampai di halaman rumah. Rumah peninggalan bapak mertua Zakia itu cukup besar dan itulah yang menjadi alasan Marina untuk tidak mengizinkan Yudha dan Zakia memiliki rumah sendiri.Sembari mendekap erat bayi di dalam gendongannya, Zakia turun perlahan dari mobil lalu meraih tasnya. Lagi-lagi ia harus membawa sendiri tas besar itu ke rumah. Zakia menyeretnya, karena dia tidak mungkin mengangkat tas besar itu. Perut bagian bawahnya akan semakin terasa sakit, belum lagi kondisi tubuhnya yang masih lemah.Suami dan ibu mertuanya sudah melenggang masuk ke dalam rumah, tak peduli dengan kesusahan Zakia. Kali ini tidak ada yang menolong. Zakia harus membawa sendiri tas itu ke dalam rumah.Baru saja ia menginjakkan kaki di teras, bayi perempuan di dalam gendongannya menggeliat, lalu mulai menangis. Zakia memaksakan diri menyeret tas itu masuk ke dalam kamarnya, kemudian segera menutup pintu."Cup cup cup.... Sayang, kamu haus ya?" Zakia membuka kancing bajunya di bagian atas dan mencoba menyusui bayinya. Namun sampai wajah bayi itu memerah, hanya beberapa tetes ASI saja yang keluar dari pucuk payudaranya. Tangis bayi pun semakin kencang terdengar.Brak!Zakia terlonjak dari tempat duduknya saat pintu dibuka dengan kasar. Yudha berdiri di depan pintu dengan wajah merah padam.Ekstra Part 6 (Penutup)Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?!Ingin rasanya ia menangis, tetapi tak bisa. Dia seorang laki-laki, pantang baginya untuk menangis. Dia harus tegar menghadapi kenyataan ini. Dialah yang membuat Citra akhirnya menggugat cerai dirinya. Dia yang tidak bisa menerima anak itu. Dia tidak bisa menerima kehamilan Citra, padahal Citra tidak salah. Yang salah disini adalah Kevin yang sudah berbuat curang. Sepanjang pernikahannya dengan wanita itu, dia sudah menyakitinya, bukan membuatnya bahagia. Apalagi ibu dan kakak perempuannya yang selalu saja menindas, menuntutnya macam-macam. Citra sama sekali tidak menemukan ketenangan hidup saat menikah dengannya.Dia pula yang membiarkan kedekatan Citra dengan dokter Budi, direktur rumah sakit ini. Kedekatan yang terjalin karena ia memang tak pernah mendampingi Citra kontrol kehamilan dan kemungkinan faktor itu yang membuat dokter Budi simpati kepada Citra. Sekarang hasilnya apa?!Kedekatan yang membuat Yudha akan sa
Ekstra Part 5"Bagaimana, Mbak Citra? Sudah siap?" tanya Dokter Budi. Lelaki itu mendekat saat Melda sudah menyadari kehadirannya.Melda buru-buru menyingkir dari tempat itu lantaran merasa malu karena sudah ketahuan membicarakan orang lain di hadapan yang bersangkutan."Antara siap dan tidak siap sih, Dok." Citra meringis."Sebenarnya saya deg-degan, karena ini pengalaman pertama saya. Tolong dimaklumi ya, Dok.""Tidak apa-apa. Tidak akan terjadi apa-apa. Kami semua sudah mempersiapkan dengan baik. Jangan khawatir Mbak Citra." Tangan lelaki itu terulur, mengusap kepala sang pasien kesayangannya.Lelaki itu merasa bersyukur, kini dia sudah selangkah lebih maju. Hakim sudah ketok palu dan Citra sudah resmi bercerai dari suaminya, walaupun mungkin masa iddahnya baru berakhir setelah wanita ini melahirkan. Ya, hanya sebentar lagi. Sebentar lagi ia bisa menyatakan perasaannya kepada wanita ini. Wanita cantik dan mandiri, sangat pas dengan kriteria wanita idamannya. Dia membutuhkan seoran
Ekstra Part 4Niat hati ingin segera meloloskan diri demi menyusul Citra yang sudah lebih dulu masuk ke dalam gedung rumah sakit ini, tapi ternyata Kevin malah dihadang oleh beberapa orang lelaki berseragam petugas medis. Mereka mencekal Kevin dan memaksanya berjalan menuju pintu pagar. Mereka baru melepaskan Kevin setelah lelaki itu berada di luar batas area rumah sakit ini."Sial! Sial!" Lelaki itu mengumpat dalam hati melihat Yudha dan rekannya sudah menghadangnya di depan pintu pagar, sehingga dia tidak bisa lagi menerobos masuk."Pergilah, Kevin. Jangan membuat kekacauan di sini," ujar Yudha dingin. Dia berusaha mengabaikan sejenak kegalauan yang bersarang di hatinya."Aku tidak akan pergi sebelum kalian memberi jalan padaku untuk masuk ke rumah sakit ini. Aku yang lebih berhak mendampingi Citra melahirkan, karena anak itu adalah anakku!" ucap Kevin pongah dengan nada menindas. Tangannya bersedekap di dada. Lelaki itu mendongakkan wajah menatap Yudha yang tak kalah beringas."Keh
Ekstra part 3Pengalaman melahirkan sungguh mendebarkan bagi Citra. Dari sejak bangun tidur, mandi, kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan persalinannya di rumah sakit nanti, lalu sarapan bersama dengan bik Sum dan Melda.Hanya dua orang itu yang menemaninya pergi ke rumah sakit. Tetapi tidak masalah. Citra bersyukur dia memiliki dua orang yang sangat baik dan mau menemaninya dengan tulus.Setelah memastikan keadaan rumah aman dan pintu terkunci rapat, ketiga wanita itu segera masuk ke dalam mobil. Melda yang kebagian menyetir menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah. Hari ini adalah jadwal operasi caesar untuk Citra. Citra memilih melahirkan secara caesar untuk menghindari komplikasi. Usianya yang sudah 40 tahun cukup beresiko jika memaksakan melahirkan secara normal, lagi pula Citra bukan orang yang sanggup menahan rasa sakit.Sekali lagi cara melahirkan itu adalah pilihan. Bukan soal melahirkan secara normal atau operasi, tetapi kembali kepada kesanggupan tiap ca
Ekstra part 2"Jangan memikirkan soal sewa, Ri, karena aku yang akan menyewakannya untukmu," sahut Leo berbohong. Padahal sebenarnya apartemen ini adalah apartemen pribadi milik Leo sendiri. Dia tidak menyewanya. Apartemen yang sudah lama tidak pernah ia tinggali, karena Leo memilih untuk tinggal di apartemen sederhana yang sesuai dengan perannya sebagai pengawal pribadi seorang nyonya muda."Tapi..." Riri masih ingin memprotes."Sudahlah, Ri," tukas Leo seraya masuk ke dalam apartemen ini, sembari membawakan barang-barang milik Riri. "Masuklah, jangan cuma berdiri di depan pintu seperti itu. Kamu nggak usah takut padaku."Antara percaya atau tidak, tapi yang jelas hatinya benar-benar gamang. Akhirnya Riri melangkah masuk ke dalam. Apartemen ini benar-benar mewah, dengan ukuran yang cukup luas untuk ia tinggali sendirian. Dia baru berada di area ruang tamu, tapi sudah merasakan aura yang berbeda. Di ruang tamu ada satu set sofa dengan meja kaca di tengah-tengah. Lampu kristal yang me
Ekstra Part 1Riri masih menimang amplop berwarna coklat tua di tangannya. Amplop yang diberikan oleh Zakia beberapa jam yang lalu sebelum wanita itu pergi dari rumah ini. Tidak terlalu berat, tetapi Riri yakin, uang yang berada di dalam amplop itu nominalnya cukup besar untuk ukuran dirinya yang hanya orang kecil. Dia belum membukanya, apalagi menghitungnya. Dia masih saja terbawa oleh perasaan.Berat sekali. Rasanya ia ingin menangis saat Zakia memutuskan untuk memberhentikan dirinya sebagai pengasuh Naya. Bukan soal kehilangan pekerjaan, tapi lebih karena perpisahan dengan anak asuhnya. Masih terbayang-bayang semua tingkah anak asuhnya, Aretha Nayyara Az-Zahra yang aktif dan ceria. Balita cantik dan menggemaskan, buah perkawinan nyonya mudanya dengan suami pertamanya.Dia sangat menyayangi anak itu, karena ia pun mengalami hal serupa. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih kecil. Bedanya, Riri memiliki seorang kakak laki-laki yang kemudian bisa menggantikan sosok ayahnya yang pergi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments