Share

7. Acara Syukuran

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2024-11-11 21:49:59

"Fia!"

Mereka yang ada di ruang perawatan terkejut mendengar suara panggilan dan pintu terbuka. Wajahnya Fia semakin pucat, ia memohon pada dokter di sampingnya melalui sorot matanya untuk menolongnya.

"Fia, kamu kenapa? Apa yang terjadi sampai kamu di rumah sakit?" pernyataan bertubi dari Faris semakin membuat Fia cemas.

Fahmi yang menghubungi Faris hanya bisa diam entah apa yang terjadi dalam rumah tangga sahabatnya namun, melihat permintaan Fia membuatnya memahami ada sesuatu yang terjadi.

"Begini, Bu Fia ini –" dokter itu menoleh ke arah Fia yang memohon padanya.

"Apa yang terjadi dok?" tanya Faris, begitu mencemaskan keadaan Fia.

"Begini pak Faris, Bu Fia harus istirahat. Tubuhnya begitu lemah, apakah di rumah Bu Fia mengerjakan semua pekerjaan?" tanya dokter, melihat lemahnya tubuh Fia.

"I –itu,"

"Itu maunya menantu saya, dok. Dia itu keras kepala, berapa kali saya larang tapi dasarnya Fia ini dari kampung ya, jadi biasa kerja,"

"Fia, kamu dengar kan sekarang? Berapa kali ibu bilang, jangan ngeyel kamu." Tegas Bu Winda, tentu tidak sesuai dengan kenyataan.

"I – iya, Bu,"

"Dok apa menantu saya bisa pulang sekarang?" tanya Bu Winda.

"Tentu, tolong di jaga kesehatannya ya, Bu," ucap dokter penuh makna.

Usai mengurus semuanya Fia pulang saat itu, semua di lakukan agar kehamilannya tidak di ketahui oleh Ibu dan suaminya.

"Terima kasih, dok," ucap Fia tanpa suara, pada dokter yang menganggukkan kepalanya.

"Wanita yang malang." Gumamnya, setelah Fia hilang balik pintu ruang perawatan.

Sampai di parkiran Faris menoleh kearah sahabatnya.

"Makasih ya, bro. Aku nggak tau harus gimana kalau kamu nggak hubungi aku tadi," ucapnya menepuk pundak Fahmi.

"Faris cepetan, kamu nggak lupa kan Rara di rumah sendirian!" ucap Bu Winda, tanpa sengaja.

"Rara? Siapa bro?"

"Ah, itu, anu–" sahut Faris terbata.

"Tunggu bro," Fahmi hanya diam di tempat, Faris meninggalkan dirinya tanpa menjelaskan tentang Rara.

"Apa kamu mendua, Faris? Jika itu benar, maka kamu siap-siap kehilangan Fia. Dia akan kembali untuk mengambilnya." Gumam Fahmi. Memandang mobil Faris menjauh dari halaman rumah sakit, ia kembali ke kantor. Meski ribuan pertanyaan memenuhi kepalanya.

"Mbak, kamu kenapa? Mas apa mbak Fia baik-baik saja?" tanya Rara, setelah Fia masuk ke rumah. Wajahnya yang pucat membuat Faris enggan untuk melepaskan genggamannya.

"Fia hanya lelah, semua akan baik-baik saja. Kamu jaga anak dalam kandungan. Ingat apa yang dikatakan oleh dokter agar –" ucapan Faris terhenti, Rara menyahut dengan suaranya yang manja.

"Kamu jangan khawatir ya, Mas, sebaiknya kamu jaga mbak Fia. Apa perlu aku buatkan bubur?" tawar Rara.

"Sayang, kamu tidak usah membuatkan bubur untuk Fia karena dia tidak sakit. Dia cuma kelelahan setelah istirahat dia akan sembuh dan bisa mengerjakannya sendiri. Sebaiknya kamu istirahat, nak," ujar Bu Winda, sikapnya jauh berbeda dengan berhadapan dengan Fia.

"Buk, ingat apa yang dikatakan dokter tentang kesehatan Fia tadi, kalau dia harus istirahat. "

"Belain aja terus, makanya dia jadi manja. Faris sebaiknya kamu urus Rara. Kamu tidak usah memikirkan tentang kesehatan Fia, dia cuma manja!" sentak Bu Winda.

Mendengar perkataan Bu Winda, Fia memutuskan untuk kembali ke kamar sendiri. Meski hatinya begitu sakit, melihat ketidak adilan yang ia terima. Bukan hanya Bu Winda tapi kini suaminya pun melakukan hal yang sama, Fia tak bisa berbuat apapun mengingat kini ia tengah berbadan dua. Berharap sang suami akan berbuah seperti sebelumnya meski hal itu kecil kemungkinannya.

"Fia, Ibu tidak mau tahu kamu harus secepatnya sembuh. Lusa di rumah ibu akan mengadakan syukuran kehamilan Rara, jadi kamu harus menyiapkan menu istimewa untuk menyambut para tamu undangan." Ucap Bu Winda, tak memperdulikan keadaan Fia.

"Lepaskan aku, mas. Aku tidak akan mati hanya karena kelelahan." Lirih Fia.

"Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan kamu sendiri sedangkan wajahmu pucat. Kamu tunggu di sini, aku akan membuatkan kamu bubur setelah itu kamu minum obatnya."

Faris pergi gitu saja, setelah mengecup kening Fia.

Satu hingga dua jam Faris tak kunjung kembali ke kamarnya. Bubur yang di janjikan olehnya tak pernah sampai di kamar Fia.

Fia terpaksa turun ke dapur perutnya sejak tadi meminta untuk diisi, akan tetapi suara di ruang keluarga menghentikan langkahnya.

"Buk, aku tidak setuju dengan ide ibu itu. Apa pantas ibu melakukan hal itu? Setidaknya pikirkan perasaan Fia. Apa pantas jika Ibu tetap mengadakan pesta pernikahanku dengan Rara?" tolak Faris.

"Kamu tidak perlu memikirkan Fia karena dia tidak sakit parah. Setelah minum obat semua akan kembali seperti semula dan mengenai pesta itu ibu dan Rara akan melaksanakannya!!"

"Mas yang dikatakan Ibu benar, aku tetap memilih pesta pernikahan kita. Apa kamu tidak ingin memperkenalkan kehamilanku pada rekan kerja kamu? Bukankah ini kesempatan yang paling penting pesta pernikahan kita dan syukuran kehamilan aku. Pewaris keluar kamu mas," desak Rara.

"Buk, kapan aku bisa menepati rumah baruku bersama dengan Mas Faris? Ibu sudah berjanji memberikan rumah sebagai hadiah pernikahanku dengan mas Faris. Tapi rumah itu sampai sekarang belum juga di berikan padaku, aku ingin menikmati hidupku berdua dengan mas Faris tanpa adanya orang lain. Terlebih aku akan memberikan anak yang sangat diinginkan mas Faris dan ibu." Ujar Rara, mendayu.

"Rumah itu sudah ibu siapkan. Kalian tinggal menempatinya saja."

"Buk,"

"Diam kamu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   61. Extra Part.

    Hari yang ditunggu tiba, pernikahan Poppy yang digelar secara sederhana, hanya mengundang tetangga dan saudara terdekat. Fia dan Erik serta kedua orang tua mereka hadir di acara spesial itu, memberikan selamat untuk Poppy dan Arman."Mbak, maafkan aku ya, maafkan semua kesalahanku di masa lalu. Aku..." Ucap Poppy di sela isak tangisnya."Aku sudah memaafkan semua kesalahan kamu. Sekarang waktunya kita membuka lembaran baru, selamat ya. Aku bahagia melihatmu seperti ini Poppy," jawab Fia dengan senyum hangat."Terima kasih, Mbak Fia. Aku benar-benar malu sama Mbak Fia," Poppy menundukkan kepala, merasa sedikit malu."Sudah ah, masa pengantin nangis, make-upnya jelek tahu! Tuh, lihat jadi luntur kan," Fia menggoda Poppy, membuat Poppy tertawa meskipun air matanya masih mengalir.Alangkah indahnya kebersamaan seperti saat ini. Fia, wanita yang menjadi kakak iparnya dulu, selalu dihina bahkan Poppy ikut andil mengusir Fia dan mendukung seorang pelakor. Namun, sekarang Fia telah memaafkan

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   60. Ending.

    Tiga tahun kemudian, riuh suara yang terdengar hingga ke halaman depan. Erik yang baru saja keluar dari mobil mewahnya mempercepat langkahnya, di sana tiga orang yang begitu berarti dalam hidupnya tengah berjalan ke arahnya. Menyambut kedatangan, setelah lelah bekerja."Assalamualaikum kesayangan, ayah. Wah, rupanya sudah tampan dan cantik. Lalu, gimana kabarnya jagoan ayah dalam sana?" Erik mengecup perut Fia, kaku berpindah memeluk Al sesaat. Hingga Erik menikah ke arah samping Al, di mana sosok putrinya yang tengah merajuk dengan berlahan Erik meraih tubuh mungil itu membawanya dalam dekapan hangat tubuhnya."Apa putri ayah ini tengah merajuk lagi? Sayang maafkan ayah, hari ini ayah sibuk banget sampai ayah tidak sempat makan dan ponsel ayah sampai habis baterai," lirih Erik, berusaha menyentuh hati putrinya yang sejak siang tadi merajuk. Erik meminta bantuan pada Fia yang justru di sambut dengan mengangkat bahu acuh. "Aduh," keluh Erik, memegang perutnya."Ayah! Ayah sakit? Aban

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   59. Kekecewaan Jordan

    "Apa maksudmu bicara seperti itu Poppy? Kamu lupa siapa yang di depan kamu ini, hah?" ucap Winda, geram melihat sikap dan tutur kata putri bungsunya."Tidak ada maksud apa pun, yang aku katakan ini benar kan? Aku bingung sebenarnya kami ini anakmu bukan sih mah? Kenapa mama ajarkan hal tidak baik pada kami? Lihat ayah yang selalu memberikan contoh yang baik, walau kami lebih patuh pada mama. Satu persatu kamu hancur dan itu karena keegoisan mama dan kamu mas!" Plak "Lancang kamu! Pergi dari sini, dasar anak tidak berguna!" usir Winda, tanpa merasa bersalah telah menampar dan kini mengusirnya."Tanpa di suruh, aku akan pergi dari sini. Dan kamu mas Faris, nikmati dinginnya penjara bersama mama," "Argk pergi kamu, pikirkan rumah tangga kamu yang hancur itu. Pantas saja suamimu memilih menikahimu secara sederhana nyatanya dia cuma seorang bajingan!""Aku begini karena ulah kalian berdua. Mas kamu lupa sudah mengkhianati mbak Fia, kamu menerima perjodohan dari mama dan lihat bagaimana

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   58. Pelaku Utama

    Plak"Kenapa ayah menampar ku? Apa aku membuat ayah marah?" Faris, mengusap cairan merah di sudut bibirnya. "Menjijikan!" Umpat Jordan."Ck, sudahlah jangan ikut campur masalah ku dan Fia. Ayah, sebenarnya siapa yang anak ayah, aku atau Fia? Selama ini ayah tidak sedikit pun mendukung keinginanku, bukankah ayah menginginkan menantu ayah kembali?"Plak Sekali lagi Jordan menampar Faris. Jordan, ayah Faris, sangat marah ketika mengetahui kebenaran tentang Faris yang meminta syarat sebelum mendonorkan darahnya untuk Al. "Faris, apa yang kamu lakukan?! Kamu meminta syarat menceraikan Fia dari Erik sebelum mendonorkan darahmu untuk Al?!" Jordan berteriak dengan nada marah.Faris tidak peduli dengan kemarahan ayahnya. "Apa yang salah, Ayah? Aku hanya ingin Fia kembali kepadaku."Jordan tidak bisa percaya dengan jawaban Faris. "Kamu tidak memiliki hati! Anakmu sendiri membutuhkan darahmu, dan kamu meminta syarat seperti itu?! Kamu tidak layak menjadi ayah!"Faris tersenyum sinis. "Ayah tida

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   57. Syarat

    "Mah, Al kecelakaan? Kapan, dan di mana? Apa tadi ayah yang memberi kabar? Sekarang gimana keadaannya, ayo kita ke sana mah!" Seru Faris panik."Mah?" sambung Faris, melihat Ibunya justru tenang."Sayang, duduk sebentar. Biarkan semua berjalan sesuai rencana, dan kamu sebentar lagi mendapatkan apa yang kamu inginkan, tunggu di sini," Faris menggeleng, bagaimana mungkin Ibunya bersikap tenang mendengar kecelakaan cucunya. "Mama, sadar akan ucapan mama?" tanya Faris, tak habis pikir."Sangat sadar. Faris duduk dan dengarkan kata mama, sejengkal lagi impian kamu untuk rujuk menjadi nyata. Fia akan menghubungimu dan meminta kamu untuk mendonorkan darah dan ..." Winda menjeda ucapannya, tersenyum kelicikan tercetak jelas di bibirnya."Jadi ini semua karena ..." "Ya, mama yang melakukannya. Kamu tenang tidak ada yang melihat dan itu melalui orang suruhan mama, dan kamu pun menyetujuinya.""Ya, tapi aku tidak setuju kalau mama mencelakai Al, dia anak aku mah!" "Sudahlah, kamu yang member

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   56. Rencana Kedua

    "Faris? Kamu sudah pulang?" Winda mengerutkan keningnya, melihat sang putra pulang lebih awal. Mengingat baru sehari kembali bekerja di perusahaan yang berada di luar kota namun kali ini anak sulungnya sudah ada di depan pintu di jam makan siang."Bisa geser mah? Aku lelah," ucapnya lirih, sarat akan kekesalan yang terpendam."Tunggu, wajah kamu kenapa lebam begitu?" Winda menahan tubuh Faris, hal itu semakin membuat pria tampan itu semakin kesal."Mah, bisa minggir tidak?!" Winda menggeser tubuhnya, membiarkan anaknya masuk. "Mama ambilkan air minum dulu," Winda gegas ke dapur, mengambil air putih untuk putranya."Minumlah, setelah itu jelaskan pada Mama apa yang terjadi. Kenapa kamu pulang dengan wajah bonyok semua kayak gini, kamu berantem sama siapa?""Bisa diam mah? Aku lelah, aku pusing, pulang mau tenang!" seru Faris, Winda menghela napas melihat sikap Faris."Baiklah, mama akan diam. Kamu mau makan sekarang? Biar mama siapkan,""Tidak perlu!" Faris meninggalkan Winda begitu

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   55. Hak Aku

    "Apa yang sudah kamu lakukan pada anakku huh? Apa begini caramu menghancurkan kami? Sayangnya hal itu tidak berlaku pada kami, aku akan menghancurkan kamu Faris!" geram Erik, sejak meninggalkan rumah untuk menemui Faris yang seenaknya mencuci otak putranya. "Haha! Kau takut? Erik, kamu lupa dia itu anakku, apa pun yang aku lakukan itu semua terserah sama aku, itu hak aku, paham?" Faris merapikan keras kemejanya yang sedikit berantakan karena ulah Erik. Bugh! Bugh! "Kamu pikir aku akan membiarkan semuanya terjadi. Kamu salah besar Faris, aku sendiri yang akan membuatmu menyesal karena sudah menyentuh keluargaku!" tegas Erik. Faris hanya tersenyum, sudut bibirnya terasa asin Erik berhasil melukainya. Melihat tingkah sepupu sekaligus ayah tiri anaknya, sedikit perasaan cemas namun Faris mampu bersikap tenang menghadapi Erik. "Kau takut Erik? Kamu lupa ikatan darah lebih kental dari apa pun dan aku yakin apa yang kamu lakukan ini akan membawa kehancuran hubunganmu dan Fia. Ka

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   54. Kekhawatiran Fia

    "Jadi itu benar bund?" "Ya sayang, kenapa kamu tanya itu sama bunda? Jagoan bunda memikirkan hal lain?" tanya Fia, lembut."Tidak ada bund!" sahut Al santai.Hari berikutnya sikap Al seperti biasa hanya saja lebih diam, setiap Fia menanyakan selalu di jawab gelengan dan tidak apa-apa. Permintaan tiba tiba Al yang menginginkan sekolah dan permintaan yang sebentarnya membuat Fia curiga. Akan tetapi Fia mengabaikan mengira semua akan baik baik saja."Hari ini kita akan daftar sayang, kamu sudah pilih sekolah mana yang kamu inginkan?" tanya Fia, kali ini mengusap punggung putranya.Pembawaan yang tenang seakan semua berjalan sesuai keinginan, tanpa di ucapkan Fia tahu jika putranya menyembunyikan sesuatu. Akan tetapi Fia tidak tahu apa, ia akan membicarakan kegelisahannya pada yang suami."Kamu tahu apa yang terjadi?" tanya Erik, khawatir dengan perubahan sikap anak sambungnya, sama seperti yang di rasakan Fia.Fia hanya menggeleng, ingin mengatakan jika curiga pada Faris itu tidak mungk

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   53. Malam Romantis

    Kebahagiaan yang tidak pernah terpikirkan oleh Erik, jika akan secepat ini membuat istrinya hamil penerus untuknya. Sejak awal Erik tidak peduli dengan anak sebab sebelum menikah dengannya Fia memiliki anak yang sangat ia cintai. Tidak berbeda jauh berbeda dengan Erik, kehamilan ini adalah kehamilan yang kedua untuk Fia sehingga memudahkan wanita cantik berhijab itu menyikapinya dengan santai. Berbeda dengan Erik yang cemas bahkan kini bersikap posesif terhadapnya."Assalamualaikum sayang, kamu di mana?""Waalaikumsalam mas kamu sudah pulang? Aku ada di dapur. Apa yang kamu bawa itu?" Fia berbalik menyambut kedatangan Erik, entah kenapa hari ini Fia merindukan aroma tubuh pria yang begitu mencintainya."Kamu lupa apa yang kamu minta tadi siang? Di mana Al?" Erik mengecup kening Fia sekilas, sebelum berlanjut mengusap perut rata Fia."Aku kira tidak ada mas. Aku lupa Al sedang pergi bersama ayah, sebentar lagi pulang." Fia berulang kali mengendus kemeja yang masih melekat di tubuh Er

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status