Share

8. Tangis Dalam Diam

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2024-11-28 16:01:33

Seperti yang di inginkan oleh Bu Winda, hari ini adalah hari untuk Syukuran atas kehamilan Rara. Sejak subuh tadi Fia tidak hentinya untuk mengerjakan semua pekerjaan yang di limpahkan Ibu mertua padanya.

Acara keluarga yang di hadiri reken kerja walau tidak semua, akan tetapi Fia tahu jika mereka adalah teman kerja Faris.

"Mas kita selfie dulu ya, ini adalah acara sakral kedua kita. Waktu itu kamu menikahi ku dan sekarang acara syukuran anak kita!" ucap Rara, sengaja dengan suara tinggi dan manja itu yang aku ketemu menarik perhatian dan kecemburuan Fia.

"Dek, kita foto bareng bertiga ya. Hari ini acara penting kita, kamu tahu sebentar lagi kita akan dipanggil ibu dan ayah," ucap Faris pada Fia.

"Itu panggilan untukmu dan Rara, mas. Aku akan di panggil ibu oleh anak kandungku sendiri, bukan anak dari wanita yang sudah menghancurkan hidup wanita lain." Sahutnya tanpa menolah pada Faris. Berharap Faris memahami apa yang di katakan olehnya jika dalam rahimnya telah hadir janin yang sejak lama di inginkan mereka berdua.

"Kenapa kamu bicara seperti itu, walau bagaimanapun dia tetap anak kita. Anak yang sejak lama kita inginkan tapi sayangnya kamu mand–" Faris memalingkan wajahnya, ia tidak bermaksud mengatakan hal yang akan membuat istrinya sakit hati.

"Kamu tidak jadi meneruskan, mas? Kamu tidak perlu merasa bersalah. Ini sudah menjadi hal yang biasa untukku. Aku sudah khatam."

"Sudah mas, kita sudah berniat baik dan adil pada mbak Fia. Kalau tidak di terima itu tidak akan mempengaruhi kebahagiaan kita." Rara menarik pergelangan tangan Faris membawanya menjauh dari Fia.

"Aku kecewa sama kamu Fia. Begitu bencinya kamu sama Rara? Apa salahnya kamu menerima Rara, dia saja tidak masalah kalau aku akan mengutamakan kamu sebagai istri pertamaku." Kesal Faris.

"Itu bukan urusan aku, mas. Pergilah acara segera di mulai, apa kamu lebih suka aku dalam masalah? Kamu tahu ibu sangat marah sama aku lebih parah lagi ibu akan melakukan itu di depan banyak orang."

"Oke. Mas kedepan, aku harap kamu berubah pikiran. Terima mereka demi keluargaku."

"Kamu egois mas, kamu hanya mencari alasan hanya untuk membela dirimu."

Tamu undangan mulai desas-desus mengenai poligami yang di lakukan oleh Faris. Mereka adalah tetangga sekitar. Sebagian iba dengan kehidupan Fia. Namun, tak jarang mereka mengolok-olok Fia yang bersedia di madu, dan alasan Faris menikah lagi karena Fia mandul.

Kebahagiaan terlihat jelas di wajah Faris dan Rara, bahkan Faris tidak hentinya mengusap perut Rara.

'sejauh itu kamu pergi mas, aku tidak mampu untuk menahan mu pergi. Pernikahan ini bukan keterpaksaan tapi keinginan kamu juga,' batin Fia.

"Berhenti menangis, pria itu terlalu mahal untuk mendapatkan air matamu, Fia." Ucap seseorang yang mampu menghentikan isak nya.

"Ambil, berjanjilah jika kamu tidak akan mengeluarkan air mata lagi untuk pria brengsek itu," pria itu mengulurkan sapu tangan kearahnya.

"Terima kasih, kalau begitu aku permisi," Fia berlalu dari hadapan pria itu akan tetapi suara Bu Winda lagi-lagi harus menghentikan langkahnya.

"Fia, kamu cek semua hidangan apa semua sudah tersaji dengan benar? Ibu tidak ingin ada kekurangan jadi –"

"Tante Winda, apa kabar?" sapa pria itu membuat mata Bu Winda membulat sempurna.

"Erik, benarkan kamu sayang? Kenapa kamu datang tanpa kabar sama tante? Ayok, gabung acara sebentar lagi selesai." Sambut Bu Winda, meski terkejut karena Erik tiba-tiba pulang.

"Ya, Tan, aku pulang. Ini acara apa Tan? Kenapa di sana ada Faris sama wanita lain?" tanya Erik, basa-basi. Karena sebenernya ia tahu jika Faris menikah dengan Rara sahabat masa kecil Faris.

"Baiklah, ayok ikut tante. Kamu harus makan dulu,"

"Fia siapkan minuman dan makanan untuk Erik. Cepetan!" sentak Bu Winda.

"I–iya, Bu,"

Fia menyiapkan berapa kudapan dan minuman untuk Erik, pria yang tak lain adalah sepupu Faris.

"Silahkan," ucap Fia, tanpa menolah kearah Erik.

"Terima kasih Fia," sahutnya lembut.

Benar yang di katakan oleh Bu Winda acara selesai setelah berapa saat Erik duduk di ruang keluarga. Fia yang terlihat sibuk kesana kemari berulang kali tangannya menyentuh perutnya. Kehamilannya yang sampai saat ini masih ia sembunyikan dari suaminya. Semua tak lepas dari perhatian Erik tangannya terkepal kuat membuat otot di tangannya terlihat menonjol.

"Ris, ibu nggak bohong kan? Sekarang kamu percaya kalau Erik pulang? Erik kenalkan dia Rara, istri kedua Faris sekarang dia sedang mengandung anak Faris. Cucu yang sudah lama Tante tunggu-tunggu, ternyata akan terlahir dari wanita berkelas bukankah tuhan itu adil? Tuhan tahu jika keturunan Indurasmi akan lahir dari rahim wanita berkelas!" ucapnya angkuh, membanggakan Rara yang berasal dari keluarga kaya. Tidak seperti Fia ibunya meninggal dan ayahnya pergi entah kemana apakah masih hidup apa sudah meninggal.

Faris menatap Erik penuh tanda tanya, hatinya kembali cemas. Kepulangan Erik bertepatan dengan dirinya yang telah menikah lagi.

"Hai, Erik, aku istrinya mas Faris. Sekaligus ibu dari anaknya, tapi kenapa kita tidak kenal dulu ya? Bukankah aku teman sejak kecil Faris. Atau kamu yang dulu suka marah sama aku kalau aku ikutin? Ah! Pasti itu kamu. Wah, ternyata kamu jauh berbeda dari dulu ya," ucap Rara, tangannya terulur menjabat tangan Erik.

Erik mengabaikan tangan wanita itu ia fokus pada pemandangan di depannya di mana Fia membantu seorang ibu yang datang dengan anak kecil di gendongan nya.

"Ayok, duduk. Kenapa kalian berdua saling diam? Ah, ibu tahu kamu kangen dan ingin berbincang berdua kan? Oke, ibu tinggal dulu ya," Bu Winda meninggalkan mereka bertiga.

Sunyi tanpa ada yang memulai percakapan tamu undangan berlahan membubarkan diri hanya sisa sampah berserakan Fia dengan cekatan merapikan sisa makanan yang tergeletak di sana. Berapa tetangga membantunya akan tetapi Bu Winda mengusir mereka sehingga mereka hanya bisa memberikan doa dan semangat untuk Fia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   61. Extra Part.

    Hari yang ditunggu tiba, pernikahan Poppy yang digelar secara sederhana, hanya mengundang tetangga dan saudara terdekat. Fia dan Erik serta kedua orang tua mereka hadir di acara spesial itu, memberikan selamat untuk Poppy dan Arman."Mbak, maafkan aku ya, maafkan semua kesalahanku di masa lalu. Aku..." Ucap Poppy di sela isak tangisnya."Aku sudah memaafkan semua kesalahan kamu. Sekarang waktunya kita membuka lembaran baru, selamat ya. Aku bahagia melihatmu seperti ini Poppy," jawab Fia dengan senyum hangat."Terima kasih, Mbak Fia. Aku benar-benar malu sama Mbak Fia," Poppy menundukkan kepala, merasa sedikit malu."Sudah ah, masa pengantin nangis, make-upnya jelek tahu! Tuh, lihat jadi luntur kan," Fia menggoda Poppy, membuat Poppy tertawa meskipun air matanya masih mengalir.Alangkah indahnya kebersamaan seperti saat ini. Fia, wanita yang menjadi kakak iparnya dulu, selalu dihina bahkan Poppy ikut andil mengusir Fia dan mendukung seorang pelakor. Namun, sekarang Fia telah memaafkan

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   60. Ending.

    Tiga tahun kemudian, riuh suara yang terdengar hingga ke halaman depan. Erik yang baru saja keluar dari mobil mewahnya mempercepat langkahnya, di sana tiga orang yang begitu berarti dalam hidupnya tengah berjalan ke arahnya. Menyambut kedatangan, setelah lelah bekerja."Assalamualaikum kesayangan, ayah. Wah, rupanya sudah tampan dan cantik. Lalu, gimana kabarnya jagoan ayah dalam sana?" Erik mengecup perut Fia, kaku berpindah memeluk Al sesaat. Hingga Erik menikah ke arah samping Al, di mana sosok putrinya yang tengah merajuk dengan berlahan Erik meraih tubuh mungil itu membawanya dalam dekapan hangat tubuhnya."Apa putri ayah ini tengah merajuk lagi? Sayang maafkan ayah, hari ini ayah sibuk banget sampai ayah tidak sempat makan dan ponsel ayah sampai habis baterai," lirih Erik, berusaha menyentuh hati putrinya yang sejak siang tadi merajuk. Erik meminta bantuan pada Fia yang justru di sambut dengan mengangkat bahu acuh. "Aduh," keluh Erik, memegang perutnya."Ayah! Ayah sakit? Aban

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   59. Kekecewaan Jordan

    "Apa maksudmu bicara seperti itu Poppy? Kamu lupa siapa yang di depan kamu ini, hah?" ucap Winda, geram melihat sikap dan tutur kata putri bungsunya."Tidak ada maksud apa pun, yang aku katakan ini benar kan? Aku bingung sebenarnya kami ini anakmu bukan sih mah? Kenapa mama ajarkan hal tidak baik pada kami? Lihat ayah yang selalu memberikan contoh yang baik, walau kami lebih patuh pada mama. Satu persatu kamu hancur dan itu karena keegoisan mama dan kamu mas!" Plak "Lancang kamu! Pergi dari sini, dasar anak tidak berguna!" usir Winda, tanpa merasa bersalah telah menampar dan kini mengusirnya."Tanpa di suruh, aku akan pergi dari sini. Dan kamu mas Faris, nikmati dinginnya penjara bersama mama," "Argk pergi kamu, pikirkan rumah tangga kamu yang hancur itu. Pantas saja suamimu memilih menikahimu secara sederhana nyatanya dia cuma seorang bajingan!""Aku begini karena ulah kalian berdua. Mas kamu lupa sudah mengkhianati mbak Fia, kamu menerima perjodohan dari mama dan lihat bagaimana

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   58. Pelaku Utama

    Plak"Kenapa ayah menampar ku? Apa aku membuat ayah marah?" Faris, mengusap cairan merah di sudut bibirnya. "Menjijikan!" Umpat Jordan."Ck, sudahlah jangan ikut campur masalah ku dan Fia. Ayah, sebenarnya siapa yang anak ayah, aku atau Fia? Selama ini ayah tidak sedikit pun mendukung keinginanku, bukankah ayah menginginkan menantu ayah kembali?"Plak Sekali lagi Jordan menampar Faris. Jordan, ayah Faris, sangat marah ketika mengetahui kebenaran tentang Faris yang meminta syarat sebelum mendonorkan darahnya untuk Al. "Faris, apa yang kamu lakukan?! Kamu meminta syarat menceraikan Fia dari Erik sebelum mendonorkan darahmu untuk Al?!" Jordan berteriak dengan nada marah.Faris tidak peduli dengan kemarahan ayahnya. "Apa yang salah, Ayah? Aku hanya ingin Fia kembali kepadaku."Jordan tidak bisa percaya dengan jawaban Faris. "Kamu tidak memiliki hati! Anakmu sendiri membutuhkan darahmu, dan kamu meminta syarat seperti itu?! Kamu tidak layak menjadi ayah!"Faris tersenyum sinis. "Ayah tida

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   57. Syarat

    "Mah, Al kecelakaan? Kapan, dan di mana? Apa tadi ayah yang memberi kabar? Sekarang gimana keadaannya, ayo kita ke sana mah!" Seru Faris panik."Mah?" sambung Faris, melihat Ibunya justru tenang."Sayang, duduk sebentar. Biarkan semua berjalan sesuai rencana, dan kamu sebentar lagi mendapatkan apa yang kamu inginkan, tunggu di sini," Faris menggeleng, bagaimana mungkin Ibunya bersikap tenang mendengar kecelakaan cucunya. "Mama, sadar akan ucapan mama?" tanya Faris, tak habis pikir."Sangat sadar. Faris duduk dan dengarkan kata mama, sejengkal lagi impian kamu untuk rujuk menjadi nyata. Fia akan menghubungimu dan meminta kamu untuk mendonorkan darah dan ..." Winda menjeda ucapannya, tersenyum kelicikan tercetak jelas di bibirnya."Jadi ini semua karena ..." "Ya, mama yang melakukannya. Kamu tenang tidak ada yang melihat dan itu melalui orang suruhan mama, dan kamu pun menyetujuinya.""Ya, tapi aku tidak setuju kalau mama mencelakai Al, dia anak aku mah!" "Sudahlah, kamu yang member

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   56. Rencana Kedua

    "Faris? Kamu sudah pulang?" Winda mengerutkan keningnya, melihat sang putra pulang lebih awal. Mengingat baru sehari kembali bekerja di perusahaan yang berada di luar kota namun kali ini anak sulungnya sudah ada di depan pintu di jam makan siang."Bisa geser mah? Aku lelah," ucapnya lirih, sarat akan kekesalan yang terpendam."Tunggu, wajah kamu kenapa lebam begitu?" Winda menahan tubuh Faris, hal itu semakin membuat pria tampan itu semakin kesal."Mah, bisa minggir tidak?!" Winda menggeser tubuhnya, membiarkan anaknya masuk. "Mama ambilkan air minum dulu," Winda gegas ke dapur, mengambil air putih untuk putranya."Minumlah, setelah itu jelaskan pada Mama apa yang terjadi. Kenapa kamu pulang dengan wajah bonyok semua kayak gini, kamu berantem sama siapa?""Bisa diam mah? Aku lelah, aku pusing, pulang mau tenang!" seru Faris, Winda menghela napas melihat sikap Faris."Baiklah, mama akan diam. Kamu mau makan sekarang? Biar mama siapkan,""Tidak perlu!" Faris meninggalkan Winda begitu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status