Share

Bab 7. Pertolongan

Author: Lemonia
last update Last Updated: 2025-06-14 19:56:56

Heat omega bisa sangat berbahaya jika terjadi di tempat umum. Feromon yang dilepaskannya bisa mempengaruhi omega lain untuk memasuki fase heat secara tak terduga, dan lebih parah lagi, dapat memicu red phase pada alpha yang mencium baunya. Dalam fase itu, seorang alpha bisa kehilangan kendali atas instingnya, seolah otaknya terputus dari logika, dan hanya menyisakan dorongan naluriah untuk mengklaim.

Karena risiko itulah, pemerintah menerapkan peraturan yang sangat ketat. Omega yang masih di bawah umur diwajibkan mengonsumsi obat penekan heat secara rutin. Hal yang sama berlaku untuk para Alpha, mereka juga harus mengonsumsi penstabil agar tidak mudah terpicu oleh aroma feromon. Obat-obat itu harus diminum tepat waktu, setiap hari, tanpa kecuali. Pemeriksaan acak di sekolah dan tempat umum sering dilakukan untuk memastikan kepatuhan.

Jika ketahuan melanggar, maka akan mendapat sanksi. Denda besar, surat peringatan, pembatasan akses fasilitas publik, bahkan bisa dimasukan ke dalam Pusat Pembinaan Dinamika Sekunder. Mereka yang tinggal di sana berada dalam pengawasan penuh, aktivitas dibatasi, dan setiap interaksi harus diawasi oleh petugas bersertifikat.

Kejadian heat di sekolah memang jarang terjadi. Dalam setahun, paling banyak hanya empat atau lima kasus yang tercatat secara resmi. Itu pun umumnya disebabkan oleh kelalaian pribadi, seperti lupa minum obat, atau terlambat menyadari gejala awal. Sistem pengawasan yang ketat dari pihak sekolah dan pemerintah memang cukup efektif mencegah hal-hal seperti itu terjadi di lingkungan pendidikan.

Namun, yang jauh lebih langka adalah perubahan gender sekunder. Sistem tubuh biasanya sudah menetapkan peran sekunder sejak usia tujuh tahun. Usia yang masih terlalu kecil untuk benar-benar memahami, apalagi menanggung beban Heat atau Rut. Itu juga menjadi salah satu alasan kenapa pemberian obat diwajibkan sejak dini.

Setelah peran sekunder ditetapkan, perubahan nyaris tidak pernah terjadi. Maka ketika Fiora, yang telah menjalani hidupnya sebagai Beta sejak kecil, tiba-tiba berdiferensiasi menjadi Omega, ia diliputi kebingungan. Tubuhnya mulai bereaksi dengan cara yang asing, bau feromon yang samar, sensitivitas yang meningkat, dan emosi yang sulit dikendalikan. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

Tidak ada yang mempersiapkannya untuk ini. Ia tidak pernah minum obat penekan, tidak pernah menghadiri konseling Omega, bahkan tidak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa masuk ke kategori ini.

***

Untuk beberapa detik, UKS sunyi. Hanya deru napas Fiora yang terdengar, tercekat dan tersengal. Tubuhnya mulai berkeringat lebih deras. Seprai di bawahnya sudah lembap, tapi ia tak bisa bergerak, tak sanggup berdiri.

Lalu, dari luar, terdengar suara.

“Hei, apa kau mencium sesuatu?”

Suara pertama terdengar ragu, nyaris berbisik, tapi cukup untuk memecah keheningan di lorong.

“Ini feromon? Omega? Siapa yang sebodoh itu melepasnya di lingkungan sekolah?” suara lain menyusul, terdengar lebih tajam, hampir jijik.

"Astaga, aku harus segera pergi dari sini sebelum aku terpengaruh," gumam seseorang, nadanya gugup, langkah kakinya terdengar menjauh.

"Baunya di arah sini? UKS?" ucap yang lain, terdengar setengah geli. "Apakah ada yang berbuat mesum disini?" Tawa menyusul, pelan tapi cukup nyaring untuk menyentuh telinga siapa pun di dalam ruangan.

Dalam waktu singkat, beberapa ada yang datang juga ada yang pergi menjauh.

"Aku akan memanggil guru. Kalian juga harus segera pergi, jangan sampai ada yang memanfaatkan kerugian orang lain," Suara itu terdengar tegas, penuh tanggung jawab. Lalu disusul suara sepatu berlari menjauh, langkah-langkah cepat yang menggema di lorong, menandakan bahwa setidaknya satu orang masih memiliki nurani.

Namun, tidak semua berpikir sama.

Seseorang mendengus pelan, lalu berkata dengan nada santai. "Hei, ayo masuk. Kita tidak akan mendapat sanksi apa pun. Omega itu sendiri yang menyebarkan feromon di lingkungan sekolah. Bilang saja kalau kita terpengaruh, dan semua akan dianggap kecelakaan."

Suara lain menyusul, lebih serak dan berat, seperti menahan tawa.

"Kau benar. Akan bodoh rasanya jika kita melewatkan hidangan yang sudah tersaji di depan mata."

Sementara itu, di dalam UKS, Fiora gemetar. Tangannya mencengkeram seprai basah di bawah tubuhnya.

Ia mendengar setiap kata dari luar. Setiap bisik, tawa, dan langkah kaki terasa seperti palu yang menghantam kepalanya satu per satu. Mereka semakin dekat. Mereka tahu dia di sini.

Pikirannya kalut. Jantungnya berdetak kencang, menyakitkan. Ia ingin berteriak, ingin meminta tolong, tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Bahkan untuk menggeser tubuhnya ke sisi lain ranjang pun terasa mustahil. Lengannya lemas. Kakinya mati rasa. Kepalanya pusing. Pandangannya buram karena air mata.

Fiora memaksa tubuhnya bangkit. Setidaknya ia harus sembunyi. Namun, ketika kakinya menyentuh lantai, tubuhnya langsung ambruk. Lantai dingin menyambut kulitnya yang panas, keras dan menyakitkan.

Lalu sesosok bayangan muncul di hadapannya. Langkah kaki pelan, hati-hati. Fiora membeku. Ketakutan merayap lebih dalam. Tapi anehnya, sosok itu tidak terasa mengancam. Tidak ada niat buruk dalam geraknya.

Lutut orang itu menekuk perlahan, sejajar dengan dirinya. Wajahnya belum jelas, tapi suaranya terdengar tenang, hampir seperti bisikan.

"Hei, tenanglah, jangan bersuara. mereka akan mendengarmu."

"Alpha?" Fiora bergumam lirih. Ia bisa mencium baunya. Sedikit familiar. Baunya enak, seperti pinus yang segar, dicampur citrus yang ringan, dan sedikit mint. Tanpa sadar, ia condong mendekat, tubuhnya mencari sumber aroma itu. Menghirup lebih dalam.

"Jangan hirup, feromonmu menjadi semakin pekat," suara itu memperingatkan, terdengar cemas namun tetap lembut.

Fiora menggenggam bajunya. "Alpha… jangan pergi."

"Aku tidak akan pergi. Aku di sini. Sekarang dengarkan aku."

Namun Fiora terus mendesak, mencari lebih banyak aroma yang bisa menenangkan rasa sakit dalam tubuhnya. Nafasnya tidak teratur, gerakannya lemah tapi putus asa. Sosok itu menarik napas cepat, lalu menangkup kedua pipi Fiora dengan kedua tangan. Hangat.

"Hei, dengar aku. Kau dengar aku, kan?" sorot matanya bertemu dengan milik Fiora yang buram, "Dengar suaraku?"

"Alpha," Fiora mengangguk.

"Di sini tidak ada Suppressant, Talia, temanmu sedang mencarinya. Tapi ada sekumpulan alpha dibalik pintu itu," katanya dengan menunjuk pintu uks menggunakan dagu. "Kau takut?" tanyanya karena Fiora menggigil dan mengeluarkan suara rengekan kecil, tangannya mencengkeram kain bajunya sendiri.

"Aku sudah mengunci pintunya," lanjutnya pelan, "tapi kau juga tahu itu tidak akan bertahan lama."

Fiora kembali merengek, kali ini lebih keras. Matanya membasah, napasnya tak teratur.

"Tidak apa-apa, aku bisa menyelamatkanmu. Ada semacam pertolongan pertama, dan aku harus meminta izinmu untuk melakukan itu." Fiora menatap dalam diam, menunggu kelanjutannya. "Kelenjar di lehermu harus digigit."

Fiora terkesiap. Sorot matanya berubah, ada penolakan dan ketegangan, seperti tidak rela.

"Itu dinamakan penandaan sementara, tidak permanen," jelasnya cepat. "Hanya tiga bulan. Lebih baik daripada dibiakkan oleh berbagai alpha."

Fiora memejamkan mata, dan tubuhnya kembali bergetar. Rengekannya terdengar lebih tajam, mencerminkan ketakutan dan ketidakberdayaan yang sepenuhnya mengikatnya.

"Iya, iya. Aku juga tau kau tidak menginginkan hal itu. Jadi bagaimana?" bisiknya. “Aku tidak akan melakukannya tanpa izinmu.”

Fiora membuka matanya perlahan. Ada air mata yang menggenang, menggantung di bulu matanya. Dia tidak menjawab dengan kata-kata, hanya mengangguk pelan, sedikit ragu-ragu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 52. Ya, aku milikmu.

    Meski hasil pemeriksaan menyatakan tidak ada kecacatan maupun kekurangan perawatan, pihak sekolah tetap menjatuhkan hukuman skors kepada Fiora atas tersebarnya foto-foto di forum sekolah.Di sisi lain, Sarah akhirnya mengambil keputusan besar. Ia menggugat cerai Dito. Kejadian di depan rumah tempo hari hanya mempercepat langkah yang sebenarnya sudah lama ia persiapkan. Bahkan sebelum semua ini terjadi, Sarah telah menyiapkan rumah sewa untuk dirinya dan Fiora.Namun sebelum proses itu rampung, Fiora tinggal bersama Reksa selama seminggu penuh. Hari-hari itu memberinya jeda, ruang untuk bernapas, sebelum ia akhirnya dijemput oleh ibunya.Hari pertama Fiora kembali ke sekolah bertepatan dengan berakhirnya efek penandaan sementara. Begitu efek itu habis, ia serasa diterpa badai feromon, aroma orang-orang di sekitarnya menyesakan, jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Rupanya penandaan itu selama ini menjadi semacam penghalang, mengurangi intensitas aroma yang sampai padanya. Tanpa itu, ia

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 51. Ayah!

    Udara di ruang pemeriksaan rumah sakit tercium samar antiseptik. Fiora duduk di kursi yang disediakan, jari-jarinya meremas ujung roknya. Reksa berdiri di samping, diam namun waspada, tatapannya tak lepas dari dokter yang sedang membacakan hasil akhir pemeriksaan.“Seluruh hasilnya normal,” kata dokter itu akhirnya. “Tidak ada tanda kerusakan atau risiko yang membahayakan.”Fiora mengembuskan napas yang sedari tadi ia tahan.Namun, wajah salah satu petugas dari Pusat Pembinaan Dinamika Sekunder yang ikut menyaksikan pemeriksaan itu terlihat masam. “Sayang sekali, kami pikir akan ada alasan kuat untuk membawamu ke pusat pembinaan.”Nada suaranya kasar, menyiratkan kekecewaan yang tak seharusnya diucapkan di tempat seperti ini. Reksa langsung menegang, matanya menyipit.“Kenapa Anda berminat sekali membawa seorang omega ke sana? Untuk merawat mereka? Kalian baik sekali.”Senyum yang dia berikan terlihat manis di permukaan, tapi dingin di ujungnya.Petugas di seberangnya sempat terdiam s

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 50. Pemeriksaan

    Pagi itu, Reksa berdiri di depan gerbang rumah Fiora, menunggu pemilik rumah keluar. Alpha tersebut hanya berharap Fiora mau memaafkan dan mendengarkan penjelasannya. Mereka bahkan belum sempat menikmati satu kencan pun sebagai pasangan resmi, kenapa takdir begitu kejam padanya? Senyum tipis muncul di wajah Reksa saat melihat Fiora keluar, rapi dengan seragam sekolahnya.“Selamat pagi,” sapanya.Fiora membalas senyum, disertai dengusan kecil. “Pagi. Ada apa dengan kantung matamu? Kau lupa tidur semalam?”"Setelah kejadian kemarin bagaimana aku bisa tidur?" Reksa mengusap tengkuknya. “Aku bisa,” jawab Fiora ringan, meski tatapannya tetap terfokus ke kantong mata Reksa."Kau... " Reksa berkata dengan ragu-ragu. "Kau sudah tidak marah padaku?""Tidak. Aku tidak marah. Baiklah sedikit." Fiora mengoreksi setelah melihat tatapan menuduh Reksa. "Itu karena kau masih menyimpan fotoku. Kenapa tidak menghapusnya?"Reksa menarik napas, menunduk seolah mencari kata yang tepat. “Kau terlihat bag

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 49. Forum sekolah

    Reksa memarkirkan motornya tepat di depan pagar besi yang catnya mulai mengelupas. Lampu teras rumah itu memancarkan cahaya pucat, sekadar cukup untuk menyingkap bayangan seorang pria berpostur tegap di ambang pintu.Fiora turun dari motor dengan pelan, menghindari melakukan tindakan yang menarik perhatiannya. Pria itu Dito, ayahnya, menatap sekilas. Tak ada sapaan, maupun senyuman. Hanya tatapan singkat yang terasa dingin sebelum ia memutar badan dan mendorong pintu. Dentumannya memecah kesunyian malam.Reksa mengerjap, kaget. “Ayahmu masih marah?”Fiora menghela napas pendek. “Tidak. Memang seperti itu. Sekarang… suka membanting barang yang disentuhnya.”Reksa menatap pintu yang tertutup. “Kedengarannya sehat sekali.”Fiora diam.“Serius,” katanya lagi, “kau bisa saja keluar dari rumah ini.”“Aku tidak bisa.”“Bisa.” Reksa menatapnya lebih lama. “Cari tempat lain. Tinggal di rumah sewa. Atau di tempatku.”Fiora menarik napas. “Tidak semudah itu.”"Kenapa?""Aku tidak bisa meninggal

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 48. Aku cemburu

    Fiora merasa panik, matanya bergerak gelisah mencari tanda-tanda kemarahan pada Reksa. Ia tak bisa menahan cemasnya, khawatir Reksa akan langsung meledak terhadap provokasi yang dilakukan Cakra. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Reksa hanya tersenyum tipis, wajahnya tetap tenang meski matanya terlihat tajam. Dia menarik napas sejenak sebelum menjawab, intonasinya rendah namun jelas. “Kalau begitu aku berterima kasih padamu.”Fiora terkejut mendengar reaksi Reksa yang jauh lebih sabar dan terkendali dari yang ia duga. Ia menatap Reksa, agak bingung, namun merasa lega.Cakra, di sisi lain, tampak tidak puas. Senyum nakalnya sedikit memudar, digantikan ekspresi yang lebih datar. “Tsk. Kalian benar-benar membosankan.” Dengan satu lambaian tangan, Cakra mundur.Baru saat itu Fiora menyadari keberadaan kerumunan di sekitar mereka. Para siswa yang tadinya menunggu tontonan drama picisan gratis di sekolah mulai bubar, kecewa karena pertunjukan yang dinanti tak kunjung terjadi."Fiora, ki

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 47. Tiba-tiba jadi pacar

    Bayangan itu bergerak, melangkah pelan keluar dari kegelapan. Di bawah lampu jalan yang remang, wajahnya mulai terlihat. Rahang tegas, mata menatap tajam, tapi senyum kecil menghias wajah yang familiar.“Cakra,” gumam Fiora, suara tercekat keluar dari bibirnya.Cakra, mendekat perlahan, seperti pemburu yang tahu mangsanya tak bisa kabur. “Lama tidak bertemu, Fiora.”Fiora mundur selangkah. “Apa… apa yang kau lakukan di sini? Kau mengikutiku?”Cakra menyeringai, bahunya terangkat sedikit seakan Meledek. “Mengikutimu? Serius, kau pikir aku punya waktu untuk itu?” Dia menatap Fiora dari ujung kepala hingga ujung kaki, bibirnya masih melengkung, tersenyum nakal. “Tapi ya, harus kuakui, ekspresimu tadi cukup menghibur.”Fiora mendengus kesal, memutar bola matanya. Ia mencoba berjalan melewati Cakra, tetapi lengannya dihentikan dengan lembut.“Di mana wingman-mu itu? Jarang sekali aku melihatmu sendirian,” ujar Cakra, nadanya setengah bercanda.“Biarkan aku pergi, Cakra,” jawab Fiora datar.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status