Share

Ditinggalkan Karena Gendut Dan Tak Cantik Lagi
Ditinggalkan Karena Gendut Dan Tak Cantik Lagi
Author: Tinna Mehna

Bab 1 . kekerasan suamiku

bab 1

Ku terbangun dari tidurku karena mendengar suara gebrakan pintu dan suara suamiku yang terdengar marah. Aku buka mataku dan ku lihat jam dinding menunjukan angka 2 dini hari.

“Rina! Cepat buka! Dasar lambat!”

Aku pun segera bangun dari tempat tidur ku lalu ku bergegas membuka pintu itu. Seketika bau semerbak alcohol tercium menusuk ke hidungku.

“Mas? kamu kenapa? kamu darimana sih mas? bau alcohol gini? Kamu minum mas? Haram mas, ingat haram”

“Halah, kamu lagi kamu lagi! Rina, aku muak dengan kamu. Minggir!" ucapnya dengan nada tinggi.

“Aw! Sakit …” ucapku dengan mengusap punggung ku.

Mas hanif mendorongku sampai punggungku terhentak terkena pegangan pintu. Ku coba tahan rasa sakit ini, rasanya aku sudah terbiasa melihat mas hanif yang selalu pulang malam. Aku hela nafasku lalu ku tutup pintu kamarku dan menguncinya.

Ku lihat mas hanif, Pakaian nya berantakan. Dia berjalan sempoyongan dan mengigau saat berjalan. Setelah itu, dia langsung tergeletak tidur di tempat tidur. Aku tak tau apa yang dia alami selama ini. karena beberapa bulan belakangan ini, dia tak pernah pulang sore dan tak pernah berkumpul dengan aku dan anak-anak.

“Mass maass, kamu kenapa sih mas. pulang selalu saja marah-marah, kau lampiaskan amarah mu di tempat kerja pada ku dan pada anak-anak mu” ucapku sendiri.

Aku pun menarik nafasku dan ku hembuskan. Lalu setelah itu, ku buka sepatu dan ku buka baju dan celana nya. Setelah itu ku posisi kan dengan benar tubuh mas hanif agar dia bisa tidur dengan nyaman. Setelah itu ku selimuti dia dan aku ambil semua celana, baju dll ke kamar mandi. di saat ku akan meletakan semua baju kotor mas hanif ke dalam keranjang pakaian kotor, aku mencium bau parfum perempuan yang sama dari hari-hari sebelumnya. Apa mas hanif memakai parfum ku? Tapi yang ku ingat di lemari ku tak ada wangi parfum ini. ku bisa mengira kalau parfum ini merk D*or yang terkenal. Tapi dari dulu ku selalu saja menghiraukan nya karena ku tau suamiku bekerja dengan model yang bisa saja parfumnya tak sengaja menempel di baju nya.

“Sudahlah, berfikir yang positif Rina …” ucapku.

Aku pun kembali meletakan baju itu di keranjang pakaian kotor lalu aku mencuci tanganku dan kembali tidur. Pukul 4 pagi alarm berdering, ku memang selalu menyetel alarm pukul 4 pagi. Aku tengok suamiku masih tertidur pulas di sampingku. Aku bangun dengan pelan-pelan agar tak membangunkannya, Setelah berhasil turun dari tempat tidur, aku langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah itu tak lupa ku Setelah selesai membersihkan diriku, ku tak lupa menjalankan kewajiban ku, pukul 5 pagi, barulah aku ke kamar putra-putraku, ku bangunkan kedua putraku yaitu Abimanyu dan Kresna untuk mandi dan bersiap berangkat ke sekolah. Aku memang sudah menanamkan disiplin sejak mereka masih kecil, mulai dari bangun pagi terus mandi sendiri, makan sendiri, memakai pakaiannya sendiri, dan membereskan piring kotor ke tempatnya.

“Ma, Abhi engga bisa pakai sabuk” ucap anakku.

“Sini mama ajarin, ujung sabuk ini dimasukan ke sini terus tinggal tarik deh habis itu abi tinggal tekan ini biar kencang, udah deh” jelas ku.

“Oh, gini aja, gampang sekali hihihi, ini mah kecil, besok abi pake sendiri ah” jawab abi anakku.

“Iyaa dong, abhi kan pinter pasti bisa pake sendiri, mama minta tolong ya sayang kalau adik kamu minta tolong pakaikan baju tolong pakaikan ya mama mau bikin sarapan dulu, nanti ke bawah ya” ucapku.

“Hihihi, oke mama, abhi bantu ade dulu, mama bisa tolong buatin abhi bekal ya ma, abhi pulang sekolah mau langsung ke latihan futsal.” Jawabnya.

“Iya, Sayang.” Jawab ku.

Aku pun menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Di rumah yang cukup besar ini, ku dibantu oleh mbok ani. Mbok ani sudah bekerja di sini dari aku dan mas hanif menikah.

Hari-hari ku setelah menikah dengan mas hanif adalah menjadi ibu rumah tangga. Aku sudah putuskan untuk fokus melayani suamiku dan merawat anak-anak ku saja. Sebenarnya ku ingin bekerja lagi, apalagi Ketika mas hanif memberiku nafkah yang kurang dari biasanya. Awal ku menikah dengan mas hanif, dia memberiku 20 juta lebih perbulan lebih dan itu lebih dari cukup untuk hidup berdua dengan nya, bahkan ku selalu tabung setengahnya untuk sewaktu-waktu ada hal darurat yang mengharuskan keluar uang lebih banyak, atau untuk biaya lahiran, atau biaya sekolah anak nanti.

Namun entah kenapa semenjak aku melahirkan anak ku yang kedua, kresna. Dan kalau di hitung sudah lebih dari 5 tahun belakangan ini dia hanya memberiku 2 juta saja perbulan. Mau ga mau setiap bulannya ku harus mengambil uang dari tabunganku untuk mencukupi kebutuhan rumah dan juga anak-anakku, hingga tabunganku sudah hampir habis karena dipakai untuk semua kebutuhan rumah tangga, listrik, air, kebutuhan bulanan, bayar sekolah ke dua anakku, membayar mbok ani, dan membayar tagihan lainnya. Ku berfikir positif kalau pekerjaan mas hanif sedang sepi jadi ku hanya diberi segitu. Tapi, seharusnya dia tahu dan sadar kalau sekarang ada anak kebutuh dan tanggungjawab dia bertambah, Tapi entah bagaimana pun aku menyadarkannya, dia tetap memberiku 2 juta saja per bulannya. Kalau begini terus, uang yang ada di tabunganku akan habis, uang yang ku tabung ini rencana nya ingin aku gunakan untuk biaya sekolah kedua anakku.

Aku juga sebenarnya bingung harus bekerja apa tapi karena ku tak ada bakat apapun kecuali modeling, tapi ku sadar diri juga akan kondisiku sekarang ini. ku pernah di tawari oleh rekanku untuk jadi model, seorang CEO dari sebuah perusahaan fashion, dulu aku pernah menjadi brand ambassador produknya, namun setelah dia melihatku yang sekarang, tiba-tiba saja keesokan harinya dia menelpon dan memberitahu ku bahwa dia tidak bisa memperkerjakan ku karena dia sudah menemukan model yang tepat.

Waktu itu aku memakluminya, karena ku juga harus sadar diri, aku yang sekarang bukan aku yang dulu, kumal, lusuh, muka jerawatan, dan badanku sekarang sudah berbeda dengan yang dulu. Ku anggap itu bukan rejeki ku.

Setelah ku selesai membuat sarapan, anak-anakku turun bersama-sama.

“Sayang, ayo sarapan dulu nih udah mama masakin nasi goreng.” ucapku.

“Iya ma …” jawab abhi anakku.

Abhi membantu adiknya untuk duduk di kursi yang lebih tinggi darinya, setelah itu aku menyajikan nasi goreng untuk mereka. Lalu ku tuang susu yang aku buat tadi kedalam gelas anak-anakku. Sambil menunggu mereka selesai sarapan, ku akan bangunkan suamiku.

“Abhi ambil nasi goreng nya sendiri ya, bisa kan? Sekalian ambilkan kresna juga, mama mau bangunin papa dulu ya kalian kalau udah sarapan tunggu sebentar disini.” ucap ku.

“Iya mama ...” jawab abhi.

“Emm mama …” jawab kresna.

Setelah itu ku berjalan menuju kamarku, ku buka gagang pintu kamar ku, sambil memanggil suamiku.

“Mas ... mas hanif bangun ...udah siang mas.” ucapku dengan lembut.

“Apa sih! Jangan Pegang-pegang!.” bentak mas Hanif padaku.

Padahal aku tak berteriak memanggilnya, aku juga tak menggoyang-goyangkan badannya, kenapa dia sangat marah?

“Mas, kenapa kamu marah? Kan aku cuma bangunin kamu mas. Memangnya kamu engga ada project hari ini?.” ucapku lirih dan dekat dengan wajahnya.

“Ngak! Pergi sana! Muak sekali lihat muka mu!.” Ucap Mas Hanif.

“Tapi mas, setidaknya kamu makan dulu biar kamu ga masuk angin” ucapku lagi

“Berisik!! Pergi kamu!" ucap mas hanif yang bangun dan mendorongku.

“Aw, mas …”

Mas hanif langsung berdiri dan berlari sempoyongan menuju ke kamar mandi. Aku pun mengikuti nya, Ku lihat dia sedang mual dan muntah di wastafel, aku dengan sigap membantu memijat tengkuk nya agar dia bisa memuntahkan apa yang dia ingin muntah kan.

“Awas! Minggir ! Kamu ga ngaca apa? Sebal sekali lihat wajah mu”

Mas hanif mendorong ku hingga punggung dan keningku terkena closet.

“Aw, Mas sakit … kamu kenapa sih? Maksud kamu apa? Aku bau? Kenapa kamu gak mau ku sentuh mas? Terus dari sebulan ini selalu aja hindari aku. Kenapa sih mas? Aku salah apa?”

“Seharusnya kamu ngaca udah tau apa salah kamu! Introspeksi diri! Enyahlah!”

Mas hanif keluar dengan membanting pintu kamar mandi dengan keras.

Kenapa dengan mas hanif? Aku sempat bercermin dulu di depan wastafel. Dan aku tak merasakan ada yang salah denganku lalu mengenai bau, apa iya aku sebau itu?.

Sedang ku di bingung kan oleh sikap mas hanif yang kasar, aku merasakan punggung dan kening ku sangat sakit. Ku pegang kening ku, dan aku di kejutkan dengan darah yang ada di tanganku.

“Aw, perih …” rintihan ku.

Aku berdiri lalu ku ambil kapas di balik kaca wastafel dan ku tap-tap kapas itu ke keningku.

~

Bersambung …

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status