Share

Bab 2. Kekerasan suamiku dan mama mertua

Ku lihat diriku di cermin. Apa yang salah dengan ku? Kenapa mas Hanif sekarang seperti jijik dan acuh padaku. Hatiku sangat sakit melihat kamu yang sekarang mas. Kamu seperti orang yang sangat berbeda dari yang dulu. Air mataku tak berhenti mengalir, rasa sesak dadaku karena di perlakukan tiba-tiba oleh suami seperti ini membuat pikiran dan mental ku kacau.

Dengan tangan gemetaran, aku membersihkan luka di keningku. “Luka ini kalau aku perban pasti di kira sakit oleh anak-anakku. Ah, aku tutup saja dengan plester besar ini” ucapku sendri. Aku mengambil plester besar di kotak P3K ini lalu ku tempelkan pada luka di keningku dan ku tutup dengan rambutku.

Kemudian aku keluar dari kamar mandi dan melihat mas Hanif tertidur lagi, ingin ku membangunkan dia lagi namun aku takut dia marah lagi padaku. Ku lihat jam di dinding yang sudah menunjukan angka 6.15 pagi. Aku pun keluar dari kamarku untuk mengantar anak-anakku ke sekolah.

“Sayang sudah sarapannya?.” Tanyaku dengan nada riang untuk menutupi tangisku.

“Sudah maa.” jawab abhi lalu setelah memandangku dari dekat dia berkata lagi “Mama kenapa rambutnya ke depan ma? Mama kenapa? Mama habis nangis? Mama Sakit?” ucapnya memandangku dengan khawatir.

“Engga sayang, mama ga papa, tadi mama kening mama kena meja, jadi sakit deh. Tapi jangan khawatir udah mama obati kok. Sudah sarapannya? Ayo kita berangkat , sudah siang ini” ucap ku dengan tersenyum.

“Udah habis … hehehe.” Jawab kresna anakku.

“Wah, pinter nya anak-anak mama. Ya sudah, sekarang berangkat yuk!” jawab ku sambil merapikan rambut anakku

“Mama beneran ga papa? Abhi sama Kresna bisa kok berangkat sendiri ma. Mama kalau sakit istirahat aja” ucap abhi masih mengkhawatirkan ku.

“Ga papa sayang, beneran mama sehat nih kan? mama kuat gendong kresna? Udah ayo sekarang berangkat. Tunggu, ini bekal abhi” kataku beralasan.

“Ya sudah ma, ayo berangkat” ucap abhi lagi.

“Nanti abhi bilang ke ibu guru ya, minta tolong ibu guru buat telpon mama. Jadi mama bisa jemput abhi setelah abhi les, Ok?” pesanku pada abhi.

“Siap bos, hehehe.”

“Oke, lalu untuk Kresna. Nanti pulangnya tunggu mama di depan dulu ya jangan kemana-kemana karena kakak kamu les, jadi kamu tunggu mama sendirian ga papa kan?”

“Siap boss.” Jawab kresna padaku.

“Ayo … “

Aku mengantar kedua anakku ke sekolah menggunakan motor, karena selain dekat memakai motor juga lebih cepat dan tak terjebak macet dijalan. Jarak rumah ke sekolah anakku dekat hanya sekitar 2 km saja. Setelah itu ku nyalakan motor dan ku melajukan motor menuju ke sekolah mereka.

Setelah sampai ke sekolah, anakku pun turun dan ku mengantarnya masuk gerbang tapi hanya sampai luar saja.

“Ma, abhi sama kresna masuk dulu ya” Ucap abhi lalu mencium tanganku

“Iya sayang, yang rajin ya, kresna nanti pulang sekolah tunggu mama ya jangan kemana-mana, kakak kamu mau langsung les jadi kamu jangan kemana-mana kecuali mama sudah disini ya.”

“Iya maa,, “ jawab kresna.

“Ya sudah sana masuk.”

“Bye maaa ..." ucap kedua anakku.

Ku lambaikan tanganku juga setelah anakku tak terlihat, ku barulah pulang ke rumah. 10 menit kemudian ku sampai dirumah. Ku parkirkan motorku di samping mobilnya mas hanif, lalu ku masuk kedalam rumah. Aku akan coba bangunkan mas hanif lagi. Ku buka pintu kamar dan ku dapati mas hanif sudah tak ada di tempat tidur.

“Masss … kamu dimana?” Ucapku mencarinya.

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka, itu mas hanif yang baru saja mandi, dia melihatku dengan tatapan sinis. Lalu dengan terburu-buru dia membuka lemari dan mencari kesana kesini tanpa menanyaiku. ku coba untuk membantunya mencarikan sesuatu yang dia cari. Ku dekati dia dan ku bertanya.

“Mas … “ Ucapku dengan menyentuh lengan mas hanif.

“Apa sih!” Jawabnya dengan sinis lalu menarik lengannya.

“Kamu cari apa mas? biar ku bantu”

“Apa sih! Jangan dekat-dekat! Minggir! Gak butuh bantuan kamu!” ucapnya lagi dengan mendorongku ke kursi karena dia merasa aku menghalanginya mencari sesuatu.

“Mas … Kamu kenapa sih? Kenapa kamu bentak aku mas? Kan aku cuma mau bantu kamu, kamu lagi cari apa?” tanya ku lagi.

Mas hanif hanya diam lalu melanjutkan pencariannya itu, karena ku kesal dia menghiraukan ku akhirnya aku berdiri dan menghalangi nya dulu, tak seperti biasanya dia begini padaku.

“Mas! Kamu Kenapa sih mas? Aku salah apa ke kamu? Kenapa kamu sekarang kasar gini?” ucapku dengan merentangkan tanganku untuk menghalanginya

“Apa sih! Minggir! Ngalangin aja! Sadar! Badanmu itu kaya gajah! Seharusnya kamu sadar diri kenapa suami tiba-tiba begini! Uh, bau keringat lagi! Minggir!” ucap mas hanif dengan membentak.

Deg …

Hatiku terasa di plintir dan di tusuk dengan pisau lagi. Mas hanif kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu? baru kali ini dia mengatakan hal yang menyakitkan. Ku letakan tangan di dadaku, dan ku terduduk di pinggir tempat tidur ku.

“Seharusnya jadi istri yang becus! Layani suami, suami bangun istri seharusnya sudah enak di pandang. Gak gembrot kaya kamu! Badan kaya gajah aja minta di perhatian. Mana badan mu bau bawang, bau keringat, bau asap, huh mana betah suami kaya gini. Ngaca! Muka udah kaya babi tuh” ucap mas Hanif menghinaku.

“Mas kok kamu gitu sih?” ucapku.

“Kamu memang pantas di begitu kan! Minggir!” jawab nya lalu dia pun pergi

Ku mengikuti dia dari belakangnya dan aku pun berkata padanya lagi. “mass,,, sarapan dulu masss” ucap ku lagi.

Mas hanif terus berjalan dan menghiraukan ku. Hingga Akhirnya dia pergi tanpa sarapan, dia melajukan mobilnya pergi dan menjauh dari rumah, setelah itu ku masuk kembali kedalam, ku sebenarnya tak terima dengan apa yang dia katakan, tapi ku coba bersabar walau bagaimanapun dia suamiku dan apa yang dia bicarakan tentangku tadi itu tidak salah, aku memang berbeda dari aku yang dulu. Ku rasa itu sebabnya sudah sebulan ini mas hanif juga tak pernah lagi meminta jatah padaku. karena itulah ku coba memahami juga perkataannya, Ketika seseorang berkata hal yang menyakitkan, walaupun cara bicaranya tidak baik, tapi karena omongan itulah yang seringkali memotivasi untuk berubah.

Ku berdiri di depan cermin, ku ambil timbangan badan yang ada di bawah meja disamping cermin lalu ku injak timbangan itu dan jarum timbangan bergeser ke kanan jauh dan berhenti diantara 77 dan 80 kg, akhirnya berhenti di 77 kg. Ku terkejut karena berat badan ku naik sangat drastis, dulu beratku tak pernah menyentuh angka 50 kg, Namun setelah ku hamil semuanya itu ku tak pedulikan lagi, yang terpenting bayiku sehat. Tapi, Mas hanif pernah berjanji walau bagaimana pun aku berubah setelah hamil, cinta nya tak akan pernah berubah. Namun sepertinya dia telah lupa akan janjinya itu.

Ku buka baju ku dan ku lihat perutku, lalu ku ukur lingkar pinggangku, sudah diangka 80 cm, padahal dulu ku hanya diangka 47 cm. ku cubit dan lemak-lemak perutku sebesar cubitan ke lima jemari ku, wajah ku juga terlihat kusam ini karena ku jarang memakai produk perawatan kulit. Bukannya tak mau memakainya tapi ku seringkali lupa memakainya, ku rasa mulai sekarang ku harus memperhatikan diri ku juga,baiklah ku akan coba mengurangi makan ku dan ku akan pakai kembali produk perawatan kulit ku. Akhir-akhir ini ku juga seringkali merasa sesak, dan itu pertanda kalau tubuhku sudah terlalu menumpuk lemak.

“Mas, apa kamu lupa kalau fisik itu bisa berubah, kenapa kamu tak mendukung dan tak memberitahu ku dengan baik—baik? Kenapa kamu harus mengolok-olok ku? Astaghfirullah” ucapku dengan memegang dada sebelah kiri ku.

Tiba-tiba, aku mendengar bel rumah berbunyi berulang kali. Aku bertanya-tanya di mana mbok ani? Kenapa tak membukakan pintunya?

“Oh ya, dia lagi di halaman belakang mungkin ga dengar ada bel bunyi” ucapku.

Teeeeetttt…

Aku yang mendengarnya langsung keluar dan membukakan pintu.

“Mama?”

“Aduh, lama banget sih” ucap mama kesal.

“Maaf ma, tadi rina habis ..” ucap ku.

(sambil masuk kedalam rumah)

“Kamu itu udah gendut jadi lelet, apa-apa lelet, udah di panggang saja kamu pantas nya” ucap mama mertua lagi.

Jlebbbb ...

Perkataan mama membuat luka hatiku ini semakin dalam, hanya karena ku baru membukakan pintu, dia sampai tega mengatakan itu padaku. walaupun benar, tapi tetap saja sangat sakit.

“Kenapa? ga terima? Ini kenyataan loh, kamu ini setiap hari ga ngaca atau gimana sih? Heran … ini, buatkan pudding, kue bolu, sama buatkan minuman, nanti ada arisan di sini”

“iya ma”

Ku tak heran lagi, mama mertua sebenarnya punya rumah sendiri ada asisten rumah tangga juga tapi entah kenapa dia setiap 2 minggu jam 4 sore selalu mengadakan arisan bersama teman-teman nya di rumah ku. Tapi sudahlah, itung-itung ku bantu mertua ku.

Setelah bahan pudding ada di tanganku, aku bergegas menuju dapur dan membuatkan pudding ini dan hampir 30 menit ku membuatnya, setelah ku taruh pudding di wadah, ku dinginkan dalam lemari pendingin.

Kemudian, tiba-tiba saja mama mendekatiku dan berkata padaku.

“Kamu nanti ga usah ikut nimbrung,kamu didalam kamar aja” ucap mama.

“Kenapa ma? Biasanya mama suruh aku ikut” jawabku heran.

“Ga usah, malu-maluin”

“Aku malu-maluin mama? Memang aku ngapain ma?”

“Ini nih … bisa-bisa nya hanif nikah dengan perempuan lelet mikir dan tak tau diri kaya kamu. Kamu seharusnya ngaca, penampilan kamu itu loh bikin mama malu punya mantu kaya kamu, udah lah pokoknya kamu di dalam aja titik” ucap mama dengan tegas.

“Iya ma …” jawabku menunduk.

~

Bersambung ….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status