Share

Bab 8

Begitu mendengar pertanyaan Rhea, jantung Paula sontak berdetak kencang. Dia menggigit bibir sambil menatap Rhea dan merasa ingin sekali memberi tahu kebenarannya. Namun, jika Rhea tahu dirinya hamil karena minum-minum dengannya waktu itu, bahkan gagal bertunangan karena masalah ini, mungkin wanita ini akan merasa bersalah.

Lagi pula, Paula belum membuat keputusan tentang hubungannya dengan Darwin. Dia masih belum tahu bagaimana caranya memberi tahu Rhea semua ini.

"Nggak mungkin, aku hanya masuk angin," jawab Paula.

"Mengejutkanku saja, aku kira Richie si bajingan itu melakukan sesuatu padamu," balas Rhea.

Saat berikutnya, Darwin yang sudah setengah sadar muncul di depan pintu kamar mandi. Sorot mata yang dingin tertuju pada Paula saat bertanya, "Ada apa?"

Rhea segera menjelaskan, "Nggak apa-apa, Paman. Paula hanya masuk angin."

"Ada obat di ruang kerjaku. Rhea, cepat ambilkan," ujar Darwin dengan murung.

"Oh, oke." Rhea mengiakan, lalu berpesan, "Paula, kamu tunggu aku di kamar. Aku ambil obat dulu."

Kemudian, Rhea langsung naik ke lantai atas. Sementara itu, Paula masih merasa tidak nyaman. Dia kembali ke kamar untuk mandi. Pikirannya dipenuhi ucapan Darwin kepadanya sehingga perasaannya menjadi kacau balau.

Namun, mual yang dialaminya barusan benar-benar mengejutkan. Tidak masalah kalau hanya sekali. Kalau terulang lagi, Rhea pasti akan membawanya ke rumah sakit. Sepertinya, dia memang harus segera menemukan pekerjaan dan tempat tinggal.

Saat ini, Rhea masuk dengan membawa obat dan air hangat, bahkan ingin mengawasi Paula makan. Ketika Paula kebingungan untuk menolaknya, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah pesan dari Darwin. Potret pada foto profil pria ini tampak sangat tegas, benar-benar mirip gayanya.

[ Itu vitamin, makan saja. ]

Paula merasa tersentuh. Ternyata Darwin sudah mempertimbangkan semuanya untuknya. Wanita hamil tidak boleh sembarangan makan obat. Darwin tahu dirinya bukan masuk angin sehingga menukarkan obat untuknya.

Selesai makan obat, Paula pun tidur. Besok, dia masih harus mencari pekerjaan.

Keesokan hari, Paula mengirimkan resume-nya kepada beberapa perusahaan, tetapi semua ditolak. Beberapa perusahaan bahkan langsung mengusirnya saat mendengar namanya.

Bahkan, beberapa perusahaan animasi yang berencana merekrutnya dulu juga menolaknya dengan lembut. Jelas, ada orang yang sengaja menekan mereka.

Namun, Paula harus segera menemukan tempat tinggal baru dan butuh uang untuk menghidupi diri sendiri. Dia melihat lowongan pekerjaan yang dikirimkan temannya di grup. Itu adalah pekerjaan sebagai pramusaji di bar, semalam 2 juta, bahkan bisa mendapat komisi.

Paula segera pergi ke bar itu. Setibanya di sana, dia malah melihat Richie dan Aurel. Mereka sedang merayakan pertunangan dengan teman-teman mereka.

Keluarga Sasongko yang merupakan keluarga terkaya di ibu kota sangat rendah hati. Mereka jarang menampakkan diri di publik sehingga tidak semua orang berkesempatan untuk berinteraksi dengan mereka.

Akan tetapi, hal ini berbeda dengan Keluarga Antoro. Richie sangat terkenal di kalangannya. Karena sangat dimanjakan keluarganya, banyak orang yang menyanjungnya. Saat ini, Richie pun dikelilingi banyak orang.

"Richie, Aurel, selamat untuk kalian! Kalian memang serasi! Kalau bukan karena Paula, kalian pasti sudah bersama sejak awal!"

"Benar! Dia bukan siapa-siapa, seharusnya diusir sejak awal! Dia nggak pantas untuk Richie, bahkan nggak pantas menjadi pelayan kalian!"

"Benar! Aku memang nggak menyukainya sejak dulu! Jelas-jelas penampilannya seperti wanita penggoda, tapi masih sok suci! Sekarang aku merasa puas sekali melihatnya diusir!"

"Richie, bukannya Paula nggak mau meninggalkan rumahnya karena takut hidup miskin? Kenapa dia tiba-tiba pergi sekarang?"

Richie yang mengenakan setelan hitam tampak bersandar di sofa kulit. Satu tangannya merangkul Aurel, satu tangannya memegang rokok.

"Dia bisa dijodohkan denganku hanya karena terus mencari perhatian kakekku. Setelah tahu dirinya bukan putri kandung Keluarga Ignasius, sifat rendahannya pun keluar," ujar Richie.

Begitu mendengarnya, semua orang menjadi penuh minat. Richie mengembuskan asap rokok, lalu lanjut menjelek-jelekkan Paula. "Dia ingin mengusir Aurel dan menguasai aset Keluarga Ignasius. Dia terus memaki dan memukul Aurel, bahkan bersikap lancang pada orang tuanya. Dia kira posisinya sudah kuat karena punya perjanjian nikah denganku. Benar-benar nggak tahu diri."

"Mana mungkin Keluarga Antoro menerima wanita jahat seperti dia. Apalagi, dia sangat kaku. Aku sampai nggak tertarik untuk menyetubuhinya. Intinya, dia kalah jauh dari Aurel. Meskipun Aurel melewati kehidupan yang sulit selama ini, dia sangat ramah dan baik hati. Dia juga putri kandung Keluarga Ignasius," lanjut Richie dengan ekspresi dingin.

Apalagi, Aurel masih perawan. Semalam, mereka berdua telah melakukannya untuk pertama kalinya. Aurel berbaring di bawahnya dengan malu-malu, tidak seperti Paula yang sudah kotor!

Begitu mendengarnya, orang-orang mulai memaki, "Benar-benar nggak tahu malu! Jalang seperti ini memang seharusnya diusir sejak awal!"

"Dengar baik-baik, jangan sampai ada yang bersikap baik kalau bertemu dengannya. Yang berani menentang ucapanku berarti memusuhi Keluarga Antoro!" ancam Richie.

Saat ini, Aurel pun merasa sangat terhormat. Dia yang mengenakan gaun merah muda dan merias diri dengan cantik tampak bersandar di pelukan Richie. Aurel bahkan berpura-pura bersikap baik. "Kak Richie, Kak Paula nggak jahat kok. Aku nggak bisa menghubunginya lagi setelah dia pergi. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya ...."

Seorang pemuda tertawa dan berkata, "Dia mungkin masih aman sebelumnya. Tapi, Richie sudah mengeluarkan ancaman sekarang. Kurasa dia akan hancur berkeping-keping sebentar lagi. Hahaha!"

Mata Aurel tampak memerah. Dia memohon, "Kak Richie, jangan menyulitkan Kak Paula. Bantu aku cari dia, aku benar-benar mencemaskannya ...."

Richie mendekapkan Aurel ke pelukannya dan berucap, "Dasar bodoh, kamu masih saja membela kakakmu."

Saat ini, seseorang tiba-tiba berseru dengan terkejut, "Richie, lihat! Paula si jalang itu masih berani datang!"

Begitu mendengarnya, ekspresi Richie dan Aurel sontak berubah. Ketika mendongak, mereka melihat Paula yang mengenakan seragam kelinci berjalan masuk ke ruang privat mereka dengan membawa nampan berisikan bir.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status