LOGINTirta merasa tidak berdaya mendengar perkataan penerima tamu. Dia juga merasa lucu.Apa daya, Tirta terpaksa mengeluarkan ponsel, lalu menunjuk lubang charger dan menjelaskan, "Kak, sebenarnya aku mau bilang ponselku kehabisan baterai. Jadi, aku mau mengisi baterai di sini. Aku bukan minta pelayanan itu ...."Ekspresi penerima tamu tampak canggung. Wajahnya merah padam. Dia menimpali, "Oh ... maaf, Pak. Aku salah paham. Di sini memang nggak ada tempat untuk mengisi baterai. Berikan ponselnya padaku, aku kembalikan ponselnya pada Bapak kalau baterainya sudah penuh."Tirta berdeham dan membalas, "Maaf sudah merepotkanmu, Kak."Tirta menyerahkan ponselnya dengan ekspresi tenang. Sementara itu, penerima tamu menyahut, "Sudah seharusnya aku membantu Bapak."Penerima tamu mengambil ponsel dan buru-buru pergi. Bokongnya yang berisi berguncang.Begitu penerima wanita pergi, anjing hitam mendesah sambil menggeleng. Dia berkomentar, "Gadis itu cukup baik. Sayangnya dia buta."Tirta bertanya deng
Selesai bicara, penerima tamu menelepon bosnya.Tirta menunggu di depan pintu dan membalas, "Terima kasih banyak."Penerima tamu menceritakan masalahnya secara singkat, "Bu, tadi aku lihat anjing yang bisa bicara .... Benaran, mana mungkin aku berani membohongi Ibu .... Awalnya aku juga nggak percaya, tapi aku melihatnya dengan mata kepala sendiri. Oh, oke. Aku tunggu Ibu datang ...."Kemudian, penerima tamu mengakhiri panggilan telepon dan berujar kepada Tirta, "Pak, bos kami mengizinkan anjingmu makan di restoran. Selain itu, dia yang traktir Bapak makan.""Traktir aku makan?" tanya Tirta seraya mengangkat alisnya. Tidak ada makan siang yang gratis. Tirta bisa menebaknya setelah berpikir sejenak.Mungkin bos restoran berniat membeli anjing hitam untuk dijadikan maskot. Selain hal ini, Tirta tidak kepikiran alasan lain lagi."Nggak usah, aku bayar sendiri saja," ucap Tirta sembari menggeleng.Penerima tamu tidak menyetujuinya, melainkan menanggapi, "Sebaiknya tunggu bos kami datang sa
Sementara itu, Tirta tidak mengetahui semua ini. Dia tidak menaiki Pedang Terbang agar bisa diam-diam mendekati rumah presiden Negara Yumai. Tirta membawa anjing hitam berlari ke sana.Namun, yang membuat Tirta pusing adalah saat mereka mencapai sepertiga perjalanan dan sampai di jalanan yang padat, ponsel Tirta kehabisan baterai.Jadi, Tirta tidak bisa lanjut menggunakan aplikasi navigasi lagi. Sekarang Tirta kebingungan. Dia tidak tahu harus berjalan ke mana.Anjing hitam duduk di trotoar sambil menyilangkan kakinya dan mengkritik, "Barangmu ini benar-benar nggak berguna. Lebih baik pakai peta saja."Tirta yang merasa tidak berdaya menyimpan ponselnya, lalu berujar kepada anjing hitam, "Tutup mulutmu! Masih ada cara lain lagi kalau ponsel kehabisan baterai. Banyak jalan menuju Roma."Tirta kepikiran sebuah ide. Dia melanjutkan, "Oh iya. Bukannya kamu bisa bahasa anjing? Coba kamu cari informasi dari beberapa anjing betina. Setelah tahu arahnya, kita lanjutkan perjalanan."Anjing hita
Devika mendesak Gaurav, "Ayah, cepat utus orang untuk bawa dia kembali ke Negara Darsia!"Devika yang baru tahu kabar ini menunjukkan tampak khawatir dan panik. Dia benar-benar kewalahan.Pemikiran Devika sama dengan Saba dan Yahsva. Mereka bukan khawatir presiden Negara Yumai mati dan memicu peperangan antara dua negara. Yang mereka khawatirkan adalah Tirta terancam bahaya dan tidak bisa kembali ke Negara Darsia setelah bertindak.Gaurav berpikir sejenak sebelum berbicara dengan percaya diri, "Um ... pemuda ini memang pemberani. Tapi, kalian bertiga nggak usah terlalu panik. Berdasarkan pemahamanku terhadap pemuda ini, dia pasti menyiapkan cara yang sempurna untuk menghadapi lawan kalau punya pemikiran mengejutkan seperti itu."Gaurav menambahkan, "Kalau dia ingin berbuat seperti itu, biarkan saja. Nanti aku yang tanggung semua konsekuensinya."Gaurav terlihat sangat yakin pada kemampuan Tirta. Dia meneruskan, "Tapi, kita tetap harus mengutus orang untuk menjemputnya. Pak Saba, Pak Ya
Saat orang Negara Yumai mendiskusikan cara untuk melawan Tirta dan mencari seratus wanita cantik, Hasta memberi tahu Saba sekarang Tirta pergi ke rumah presiden Negara Yumai sendirian.Mendengar laporan Hasta, Saba sangat terkejut. Dia berbicara dengan perasaan khawatir, "Apa? Tindakan Tirta terlalu ekstrem! Oke, kalian temukan keberadaan Tirta secepatnya. Biarpun belum menemukannya, kalian tetap harus melapor padaku setiap sepuluh menit."Saba mengingatkan, "Oh iya. Sebaiknya jangan ekspos identitas kalian. Cepat cari Tirta."Selesai bicara, Saba langsung mengakhiri panggilan telepon. Kemudian, dia pergi ke tempat tinggal Gaurav.Saba juga tidak menyalahkan Hasta dan lainnya. Hal ini karena dia tahu jelas kehebatan Tirta. Jadi, wajar saja jika Hasta dan anggota Badan Perlindungan Negara gagal mengikuti Tirta.Hanya saja, awalnya Saba mengira Tirta pergi ke Negara Yumai untuk melampiaskan kekesalannya. Paling-paling dia hanya membunuh beberapa pejabat. Siapa sangka, ternyata Tirta bera
Siapa sangka, Axel malah memberi tahu Arata kabar kematian keponakannya. Ditambah lagi, nanti dia juga harus mengantar putrinya untuk ditiduri Tirta. Bisa dibilang ini adalah dua mimpi buruk bagi Arata.Arata yang sangat marah berteriak, "Apa? Nyali orang Negara Darsia sialan itu besar sekali! Kamu tahu dia pergi ke mana? Nggak tahu ... bagaimana dengan tampangnya? Kalian juga nggak ingat ...."Arata menegaskan, "Oke. Kalian tunggu saja. Aku utus orang untuk selidiki keberadaan mereka sekarang, lalu aku akan langsung bunuh orang itu!"Setelah mengakhiri panggilan telepon, Arata masih tidak bisa tenang. Dia mengembuskan napas panjang dan memutuskan untuk menelepon Ilona terlebih dahulu. Bagaimanapun, cepat atau lambat Arata harus memberi tahu putrinya hal ini.Begitu panggilan terhubung, Arata berbicara dengan perasaan bersalah, "Putriku, aku bersalah padamu. Kamu harus berkorban demi Negara Yumai dengan menggoda Tirta ...."Tidak disangka, Ilona langsung menyetujuinya, "Ayah nggak usah







