Devika menegaskan seraya mengernyit, "Kalau kamu itu putra presiden, kamu juga bisa menjadi hebat. Sayangnya kamu bukan putra presiden dan kamu nggak akan dapatkan kesempatan ini selamanya.""Tindakanku memang agak kejam bagimu dan membuatmu kehilangan cara untuk mendekati orang-orang berstatus tinggi. Tapi, semua itu memang bukan milikmu. Sebaiknya kamu kembali ke kehidupanmu yang biasa saja," lanjut Devika.Walaupun Devika juga merasa tindakannya agak keterlaluan, dia sudah telanjur melontarkan ucapannya. Devika tidak perlu berubah pikiran demi orang seperti Tirta.Mendengar perkataan Devika, Tirta bertepuk tangan dan bertanya dengan ekspresi sinis, "Oh ... Bu Devika, ternyata bagimu aku menjadi saudara angkat Pak Saba cuma karena ingin mengandalkan Pak Saba yang berstatus tinggi untuk menaikkan statusku?"Sekarang Tirta sudah mencapai tingkat pembentukan energi tahap kedelapan. Dia memang belum mencapai tingkat tertinggi dan meninggalkan dunia fana, tetapi dia sudah sama seperti dew
Ekspresi Devika makin masam setelah menyadari Tirta marah. Dia menegaskan, "Tirta, omonganmu sangat jelas dan aku juga mendengarnya dengan serius. Tapi, memangnya apa statusmu? Kamu cuma pecundang nggak berpengalaman dan orang rendahan yang nggak tahu diri!""Kalau bukan karena Kakek Saba menghargaimu, kamu bahkan nggak punya kesempatan untuk berdiri di depanku seumur hidup! Apa kamu berhak bicara seperti itu denganku?" lanjut Devika.Devika menambahkan, "Apa kamu tahu Kakek Saba juga harus menuruti kemauanku biarpun dia datang? Bahkan perintahku bisa menentukan nasib kebanyakan orang!"Devika menyipitkan matanya sambil menatap Tirta. Dia melanjutkan untuk memperingatkan sekaligus mengancam Tirta, "Tirta, aku beri kamu kesempatan terakhir untuk memilih. Kamu ikuti semua yang kubilang tadi, putuskan hubungan dengan Keluarga Dinata dan jangan ganggu hidup Marila lagi."Devika meneruskan, "Aku bukan cuma bantu kamu balas dendam, aku juga akan beri kamu uang dan menjamin ke depannya kamu a
Bella menegur Devika, "Sepertinya kamu terlalu mencampuri urusan orang lain. Apa urusan Tirta dan Keluarga Dinata ada hubungannya denganmu? Tindakanmu yang mendesak Tirta benar-benar keterlaluan!""Ucapanmu benar, aku memang terlalu mencampuri urusan orang lain. Tapi, aku punya kemampuan itu," balas Devika dengan tenang. Ekspresinya tetap datar, seolah-olah semua yang dilakukannya tidak salah.Kemudian, Devika memandangi Bella. Dia yang sangat menyayangkannya menggeleng dan berkomentar, "Bella, aku tahu kamu itu putri Keluarga Purnomo dari Provinsi Narta dan genius bisnis. Sebenarnya kamu bisa memiliki hidup yang bahagia dan sempurna. Sayangnya, kamu memilih orang yang salah."Devika menambahkan, "Sisa hidupmu pasti nggak akan bahagia. Dengarkan saranku, jauhi pria berengsek ini secepatnya.""Kamu ...," ucap Bella. Dia makin marah melihat nada bicara Devika yang penuh keyakinan. Devika juga sangat meremehkan Tirta.Ketika Bella hendak berdebat dengan Devika, Tirta menepuk bahu Bella un
'Seharusnya wanita ini Kak Devika yang disebutkan Shinta,' batin Tirta. Saat pertama kali melihat Devika, Tirta merasa Devika bukan orang biasa.Dari semua wanita cantik yang pernah ditemui Tirta, yang paling cantik adalah Bella, Marila, Ayu, dan Elisa. Yang paling berwibawa adalah Susanti, Agatha, dan Irene.Sementara itu, kecantikan Devika tidak kalah dari Bella dan Marila. Dia juga lebih berwibawa daripada Susanti dan Irene. Devika tampak karismatik, tetapi juga anggun. Bisa dibilang, Devika adalah wanita yang mempunyai pesona unik.Begitu bertemu, Devika langsung meminta Marila dan Shinta mengikuti arahannya. Tirta yakin status dan jabatan Devika lebih tinggi daripada kedua cucu Saba.Tentu saja Tirta juga tahu alasan Devika memusuhinya. Itu pasti karena Marila. Bahkan Bella yang berdiri di samping Tirta juga merasakan aura yang mengintimidasi. Dia tanpa sadar menggenggam tangan Tirta dengan erat.Bella membatin, 'Wanita ini sangat berwibawa. Entah apa statusnya ....""Devika, baga
Pramugari menjelaskan, "Pak, biasanya di pesawat terbang nggak ada dokter. Kalaupun ada, Anda juga nggak bisa menjalani operasi dengan kondisi begini. Nggak ada gunanya mencari dokter. Kami sarankan Anda langsung pergi ke rumah sakit untuk berobat setelah pesawat mendarat."Jelas-jelas tadi para pramugari melihat Kavindra "menyakiti diri sendiri". Sekarang mereka berbaik hati memperhatikan Kavindra, tetapi mereka malah dimarahi habis-habisan. Biarpun sangat sabar, mereka juga tidak terima diperlakukan seperti ini.Ekspresi pramugari berubah drastis. Mereka juga tidak meladeni Kavindra lagi dan langsung pergi. Sebenarnya ada kotak pertolongan pertama di pesawat terbang, tetapi sikap Kavindra terlalu buruk. Beberapa pramugari juga tidak ingin menyia-nyiakan kotak pertolongan pertama untuk orang seperti Kavindra.Melihat sikap pramugari, wajah Kavindra merah padam. Dia memaki, "Sialan! Dasar sekelompok pramugari berengsek! Lihat saja nanti! Setelah turun dari pesawat, aku akan membuat kal
Hanya saja, apa yang dibayangkan Kavindra tidak terjadi. Sebaliknya, ketiga wanita itu malah menunjukkan ekspresi jijik dan sinis. Mereka memandang Kavindra seperti melihat monyet di kebun binatang. Ketiganya merasa Kavindra sangat konyol.Bahkan Bella membujuk Tirta agar tidak marah. Dia menenangkan Tirta, "Tirta, kamu nggak usah marah karena orang seperti ini. Nggak sepadan, kalian bukan orang selevel. Sini, aku pijat bahumu.""Bella, ucapanmu benar. Aku memang nggak perlu marah, dia cuma pecundang yang nggak tahu diri. Orang seperti dia nggak pantas kuladeni," timpal Tirta.Tirta memang bicara seperti itu, tetapi dia memandang Kavindra dengan dingin. Kavindra berujar, "Kenapa? Kalian menganggap 10 miliar terlalu sedikit? Artis populer saja rela melayaniku dengan sepenuh hati kalau aku bayar mereka 10 miliar."Respons Tirta dan ketiga wanita itu membuat ekspresi Kavindra menjadi sangat muram. Dia sangat kecewa. Namun, Kavindra tidak percaya di dunia ini ada wanita yang tidak menyukai