MasukMenghadapi Manuel yang murka, Arata hanya bisa menyahut, "Oke! Aku pasti bawa orang Negara Darsia itu dan ... Ilona ke hadapan Bapak dalam waktu satu jam."Manuel mendengus dan membalas, "Aku harap kamu bisa memegang omonganmu! Kamu bereskan sendiri. Kalau nggak, tanggung sendiri akibatnya!"Tut! Tut! Tut! Selesai bicara, Manuel langsung mengakhiri panggilan telepon.Arata yang berkeringat dingin mengomel, "Sialan! Bukannya Sandero bilang Ilona cuma mencari orang Negara Darsia yang asal-usulnya nggak jelas untuk dijadikan tameng? Masa tameng berani melakukan hal seperti itu?"Tiba-tiba, Axel menyela, "Pak Arata, apa mungkin orang Negara Darsia yang asal-usulnya nggak jelas itu pemuda yang melukai kami bertiga dan membunuh keponakanmu? Selain dia, aku rasa orang Negara Darsia yang lain nggak mungkin begitu berani."Tadi suara Manuel sangat keras, jadi Axel juga mendengar ceritanya secara garis besar.Arata menimpali, "Kalau naik mobil, butuh waktu dua jam untuk sampai di restoran khas N
Arata menjawab, "Belum, Axel. Petunjuk yang kamu berikan terlalu sedikit, jadi aku cuma bisa suruh bawahanku untuk memeriksa satu per satu orang Negara Darsia yang turun dari pesawat. Nanti aku baru bisa menyelidiki keberadaan pemuda itu."Arata bertanya, "Apa kamu sama sekali nggak ingat tampangnya? Apa kamu tahu hobi atau karakteristiknya?"Ekspresi Arata sangat masam karena keponakannya meninggal. Ditambah lagi, putrinya juga bersama pria Negara Darsia. Bahkan putra atasannya yang memergoki mereka.Hal ini membuat Arata makin tidak senang. Ekspresinya menunjukkan dengan jelas dia sangat marah.Axel menyahut, "Um ... sekarang aku baru ingat sedikit. Kulitnya sangat putih seperti wanita. Selain itu, usianya masih muda ... mungkin sekitar 19 tahun.""Oh iya. Yang terpenting itu kemampuan bertarungnya sangat hebat! Dia seperti bisa melakukan teleportasi dan sama sekali nggak takut dengan peluru! Mengenai karakteristiknya ... sepertinya dia sangat suka mempermainkan wanita," lanjut Axel.
Dag, dig, dug .... Selesai bicara, Ilona bahkan bisa mendengar jantungnya berdegup makin kencang. Dia melihat Tirta tetap tidak berniat berbalik.Ilona memberanikan diri untuk mengulurkan kedua tangannya lagi. Hanya saja, kali ini Ilona tidak memijat bahu Tirta. Dia merangkul pinggang Tirta, lalu perlahan menggerakkan tangannya ke bawah ....Kala ini, tubuh Ilona gemetaran saking antusiasnya. Matanya memelotot dan bibirnya terbuka.Byur! Tirta yang kaget langsung melompat keluar hingga air beriak. Dia menolak, "Nggak bisa ... Bu Ilona, kesenjangan identitas kita berdua terlalu jauh. Maaf, aku nggak bisa penuhi keinginanmu ini."Sebenarnya, mana mungkin perasaan Tirta tidak kalut? Hanya saja, dia tidak ingin berhubungan intim dengan wanita Negara Yumai.Ilona yang merasa tidak berdaya berbicara dengan tulus, "Pak Tirta ... aku juga ingin mengubah identitasku, tapi ini nggak mungkin .... Aku memang ditakdirkan untuk lahir di negara ini. Hanya saja, aku tetap mengagumimu."Ilona meneruska
Ilona membawa Tirta melewati belasan koridor. Setelah sampai di tempat pemandian air panas yang jernih di bagian belakang, Ilona berujar pada Tirta dengan gembira, "Kamu berendam di sini dulu. Istirahat sebentar, nanti aku akan kembali lagi."Tirta tidak pernah berendam air panas. Selain itu, yang mengejutkan Tirta adalah airnya mengandung energi spiritual yang cukup melimpah. Seperti ada puluhan batu spiritual direndam di dalam air dalam jangka panjang.Tirta membatin, 'Apa mungkin ada air spiritual atau nadi spiritual alami pada sumber air panas ini? Baguslah. Aku serap energi spiritual dalam air ini dulu. Nanti aku baru kembali untuk cari sumbernya waktu senggang.'Begitu memikirkan hal ini, Tirta langsung menyetujuinya, "Oke. Kamu pergi saja."Namun, Tirta baru melepaskan bajunya dan berendam di dalam air panas setelah Ilona pergi. Dia menikmati kenyamanan berendam di dalam air panas sambil memejamkan mata dengan santai. Tirta bergumam, "Airnya nggak terlalu panas, nyaman sekali ..
"Oke, terserah kalau kamu mau pergi ke sana," kata Tirta. Tentu saja dia melihat Ilona menghindari tatapannya. Namun, Tirta tidak takut Ilona memakai trik atau mencelakainya.Pertama, Ilona tidak mungkin mampu mencelakai Tirta. Kedua, Ilona tidak perlu serepot ini jika ingin mencelakainya.Wajah Ilona memerah sesudah memperhatikan tatapan Tirta. Dia menunduk, lalu membalas dengan lirih, "Terima kasih ... sudah menyetujui permintaanku."Melihat wajah Ilona memerah, jantung Tirta berdebar. Dia berpikir alangkah baiknya jika Ilona adalah wanita Negara Darsia.Tirta tetap tidak menyukai wanita Negara Yumai. Akhirnya, Tirta menahan perasaannya.Di sepanjang perjalanan, Tirta tidak berniat bicara. Namun, Ilona berinisiatif menanyakan tentang Negara Darsia. Misalnya tentang camilan, makanan lezat, tempat bersejarah yang terkenal, dan sebagainya.Semua hal ini tidak penting dan Tirta tidak tahu banyak. Akan tetapi, Ilona tetap tersenyum lebar setiap Tirta menjawab. Sebenarnya Ilona hanya menca
Empat wanita naik ke lantai dua. Wanita paruh baya cantik yang berjalan di paling depan memakai gaun tradisional bercorak bunga. Auranya terlihat elegan dan dia adalah bos restoran ini.Sudah jelas bos restoran mengenali Sandero yang sekarat saat menaiki tangga tadi. Wanita di sampingnya juga tampak panik. Dia adalah penerima tamu yang menyambut Tirta tadi."Eh, majikan anjing itu menghilang. Jelas-jelas tadi dia masih ada di sini .... Apa dia kabur setelah melukai Sandero?" gumam penerima tamu.Begitu memikirkan hal ini, penerima tamu menghampiri anjing hitam dan bertanya, "Apa majikanmu yang memukul orang-orang Negara Yumai itu?"Anjing hitam langsung menjawab, "Bukan. Mereka ingin menyembelihku untuk dijadikan bahan hotpot. Aku terbawa emosi sehingga nggak sengaja menggigitnya."Bos restoran terkejut melihat anjing hitam bisa bicara. Ekspresinya tampak senang saat berkata, "Wah ... ternyata anjing ini memang bisa bicara. Putra jenderal angkatan darat Negara Yumai hampir mati digigit







