LOGINPeter menelepon dengan ekspresi sedih, "Pak Wadley, Tirta sudah sampai. Tapi, dia nggak mau bertemu dengan Bapak .... Dia bilang kalau dalam waktu sepuluh ... eh, sembilan menit ... dia nggak melihat Putri Linda, dia akan membunuhku. Apa kita harus membawa Putri Linda ke sini terlebih dulu?"Wanita blasteran menerjemahkan saat Peter bicara.Tirta menambahkan, "Kalian harus membawanya ke sini tanpa terluka sedikit pun. Kalau dia terluka, kamu harus menanggung akibatnya!"Peter sangat ketakutan sampai-sampai tubuhnya gemetaran. Sebelum dia sempat bicara, terdengar suara Wadley di ujung telepon. "Berikan ponselmu pada Tirta. Biar aku yang bicara dengannya."Peter sangat gelisah karena Wadley tidak menyetujui permintaan Tirta. Namun, dia juga tidak berani melawan perintah Wadley.Tangan Peter gemetaran ketika dia menyerahkan ponselnya kepada Tirta. Dia berucap dengan hormat, "Pak Tirta, Pak Wadley ingin bicara denganmu ...."Tirta mengambil ponsel Peter dengan ekspresi datar.Wadley bicara
Dua pria paruh baya yang sudah menenangkan diri baru berani melontarkan perkataan yang tidak terlalu provokatif."Iya ... kami sudah bilang kami bukan anggota Black Gloves!""Kamu yang nggak percaya dan bersikeras mau pukul kami! Kamu ... benar-benar kasar!"Tirta mencibir dan menanggapi, "Biarpun kalian bukan anggota Black Gloves, kalian juga berniat jahat dan mengekspos keberadaanku. Jadi, kalian pantas dipukul."Peter mendengus, lalu berujar, "Mereka bukan mengekspos keberadaanmu karena berniat jahat. Mereka itu anggota Pak Wadley, jadi Pak Wadley yang menyuruh mereka berbuat seperti itu. Kami tahu jelas tujuan kedatanganmu ke Negara Raigorou. Kamu pasti mau mencari Putri Linda, 'kan?"Wanita blasteran menerjemahkan semua perkataan Peter kepada Tirta.Tirta mendesak, "Benar. Linda ada di mana? Bawa aku temui dia."Peter berbicara lagi dengan tegas, "Nggak usah buru-buru. Aku akan bawa kamu temui dia, tapi kamu harus ikut aku temui Pak Wadley terlebih dulu sebelum itu. Seharusnya dia
Peter mengira Tirta pasti ketakutan melihat auranya yang mengintimidasi, lalu bersikap hormat padanya. Siapa sangka, Tirta malah mengamati Peter sekilas setelah berbalik.Tirta berkata dengan datar, "Kamu bicara bahasa apa? Aku nggak paham. Kalau nggak bisa bicara bahasa manusia, minggir saja. Jangan ganggu aku pukul orang.""Kamu ...," ucap Peter yang merasa malu. Dia memelototi Tirta, lalu bertanya kepada tentara di samping, "Siapa yang bisa bahasa Darsia?"Peter hanya mengerti sedikit, tetapi dia tidak bisa bicara bahasa Darsia dengan lancar. Sementara itu, dua pria paruh baya yang tumbang sangat kesakitan sampai-sampai tidak bisa melontarkan sepatah kata pun. Benar-benar menghabiskan waktu jika menyuruh mereka menjadi penerjemah.Semua tentara bertatapan, lalu sama-sama menggeleng dan menyahut, "Lapor, Pak. Kami semua ... nggak bisa."Peter membentak, "Dasar pecundang, padahal kalian itu tentara elite Negara Raigorou. Masa kalian sama sekali nggak bisa bicara bahasa Darsia?"Para t
Mendengar ucapan Wadley, Peter menegaskan, "Pak Wadley, tenang saja. Aku pasti akan bawa dia ke kastelmu.""Um, aku tunggu kabar baik darimu," timpal Wadley. Selesai bicara, dia membawa beberapa orang yang mengikuti Peter berjalan ke pintu bandara.....Sementara itu, pesawat terbang yang dinaiki Tirta sudah melaju selama sepuluh jam. Akhirnya, pesawat terbang perlahan mendarat. Dari jendela, tampak banyak bangunan megah di daratan. Desain bangunan mereka berbeda dengan Negara Darsia.Terdengar suara pengumuman pramugari yang enak didengar. "Para penumpang yang terhormat, kita akan mendarat di Bandara Internasional Fukovo dalam beberapa saat. Harap periksa kembali barang bawaan Anda ...."Kemudian, pramugari memberi pengumuman dengan bahasa Raigorou.Para penumpang mulai bersiap-siap untuk turun dari pesawat terbang. Luvia berujar kepada Tirta yang dipeluknya, "Tirta, sepertinya kita sudah sampai.""Akhirnya kita sampai," sahut Tirta. Dia meninggalkan pelukan Luvia yang hangat, lalu me
Saat ini, Linda yang ditangkap sudah tersadar dari kesedihannya. Mendengar perkataan Wadley, Linda merasa tubuhnya sangat dingin.Dinilai dari perkataan Wadley, Pulau Wanita Suci pasti tidak seindah namanya. Seharusnya tempat itu adalah neraka bagi wanita. Pulau Wanita Suci adalah tempat Wadley melakukan transaksi kotor untuk mendapatkan dukungan tokoh penting dari berbagai negara.Linda berteriak dengan suara serak, "Jangan bawa aku ke Pulau Wanita Suci .... Aku nggak mau dipermainkan para pria! Cepat lepaskan aku!"Linda berusaha memberontak, bahkan dia ingin menabrakkan dirinya ke dinding agar bisa bebas. Namun, orang yang menangkap Linda sama sekali tidak memberi Linda kesempatan untuk kabur.Setelah Peter memberi perintah, Linda yang terus menangis dibawa keluar dari bandara. Dia langsung dimasukkan ke dalam mobil. Wuss! Mobil itu melaju dengan cepat dan menghilang dari depan pintu bandara.Melihat mobil itu menghilang, Peter yang menyayangkannya menelan ludah. Kemudian, dia meman
Nama pria itu adalah Wadley Randolph. Selain itu, ratusan tentara yang membawa senapan berdiri di samping Peter dan Wadley. Jadi, pintu bandara tidak bisa dilewati. Sekarang Linda tidak mungkin bisa kabur lagi.Melihat Linda yang tampak panik dan terkejut, Peter tertawa sinis dan berkata, "Yang Mulia, maafkan aku yang harus mengoreksi kesalahanmu. Pak Wadley bukan pengkhianat, dia itu pahlawan dan tokoh revolusi mulia yang berani mengungkap kejahatan presiden sebelumnya.""Justru karena Pak Wadley dan keluarganya, rahasia penting Negara Raigorou nggak dicuri negara lain. Demi keamanan Negara Raigorou, Pak Wadley bahkan rela mengorbankan keponakan sendiri untuk menjadi presiden. Padahal jabatan presiden sangat berbahaya," lanjut Peter.Peter mengingatkan, "Ke depannya kamu harus hati-hati waktu bicara dengan Pak Wadley. Kalau nggak, aku juga akan memberimu pelajaran biarpun Pak Wadley nggak marah."Peter bicara sambil menyanjung Wadley."Paman Peter, kamu ... menipuku?" tanya Linda. Air







