Share

Bumi Menyelamatkan Jelita

last update Last Updated: 2024-04-19 15:45:55

Satu Minggu sudah berlalu, Jelita begitu sibuk di rumah sakit, seperti hari ini, Jelita baru saja keluar dari ruang operasi, bahkan sedari pagi Jelita belum juga makan, dengan langkah lunglai, Jelita melangkah menuju ruangannya, baru saja ingin kakinya melangkah, Jelita justru di kaget kan oleh Rizal, dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama oleh Jelita.

"Lesu banget kamu?"

"Ehk," terkejut Jelita dan langsung menolehkan kepalanya.

"Ck, kamu rupanya, ngagetin aja," ucap Jelita yang kini sudah kembali melanjutkan langkahnya.

"Aku bukan ngagetin, tapi emang kamu nya aja yang jalan ngelamun," sahut Rizal.

"Banyak pasien yang operasi hari ini?" Tanya Rizal.

"Hmmm...dari kemarin malah," jawab Jelita.

"Kasihan, tapi ini udah kelar kan?"

"Udah,"

"Yauda yuk aku traktir makan, pasti kamu belum makan, udah sore banget ini, jangan sampai dokter Jelita sakit, nanti pasiennya kecarian," ajak Rizal.

"Boleh deh, aku juga emang udah lapar banget, gemetaran malah ini," setuju jelita.

"Nggak perlu aku gendong kan?"

"Sembarangan," ucap Jelita yang langsung dijawab kekehan oleh Rizal.

"Aku tunggu di lobby ya, " Rizal memberitahu yang dijawab anggukan kepala oleh Jelita.

Keduanya pun berpisah, Jelita yang masuk ke ruangannya untuk merapikan penampilannya dan Rizal menuju lobby rumah sakit.

Tidak sampai setengah jam, Jelita sudah kembali, penampilan sederhana, namun jelas terlihat cantik di mata Rizal.

Sejak Jelita bergabung di rumah sakit besar yang ada di kota, Rizal langsung jatuh hati pada Jelita saat pertama kali bertemu, bahkan keduanya di gadang-gadang mempunyai hubungan, setiap para suster bertanya, Jelita hanya menanggapinya dengan senyuman saja, berbeda dengan Rizal, yang selalu berkata," doakan saja,"

"Sudah?" tanya Rizal yang langsung bangkit saat melihat Jelita sudah berada di hadapannya.

"Hmmmm....yuk, aku udah lapar banget," ajak Jelita yang di jawab anggukan kepala oleh Rizal.

"Kalian mau kemana?" tiba-tiba Nina sudah berdiri tidak jauh dari Jelita dan Rizal.

"Loh kamu bukannya udah balik? Kok masih disini?" bukannya menjawab pertanyaan Nina, Jelita justru bertanya balik.

"Tadi emang mau balik, tapi nggak jadi, tiba-tiba ada pasien mau lahiran, kalian mau kemana?" jawab Nina dan kembali bertanya.

"Makan, kamu mau ikut, yuk,"

Nina tidak langsung menjawab, matanya justru melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Nggak sempet, kalian aja deh," tolak Nina.

"Kamu mau kemana?"

"Ada urusan, penting, yauda aku pergi dulu ya, by," pamit Nina yang langsung melangkah pergi lebih dulu.

"Aneh tuh anak lama-lama," ucap Jelita yang di sambut kekehan oleh Rizal.

"Yauda yuk," ajak Rizal.

"Iya,"

Kini Rizal dan Jelita sudah berada di jalan menuju tempat makan, Jelita mengajak Rizal untuk makan di warung nenek yang menjual bebek goreng dengan sambal jeletot, rasanya kalau sudah lelah, makan yang pedas-pedas pasti buat badan jadi enteng, tapi baru saja setengah perjalanan, tiba-tiba saja di jalan terjadi hura hara, beberapa mobil ugal-ugalan di jalan saling mengejar dan sesekali terdengar tembakan pistol.

"Ada apa ini?" tanya Jelita yang cukup terkejut melihat kejadian di depannya.

"Kayaknya penculikan deh, tuh banyak polisi juga," jawab Rizal.

"Kita puter arah aja ya Ta, takutnya malah kena masalah," ucap Rizal, baru saja Rizal ingin putar balik mobilnya, Jelita langsung mencegah dan menyuruh Rizal untuk menepikan mobilnya.

"Zal berhenti Zal," ucap Jelita dengan nada terdengar khawatir, bahkan matanya terus melihat ke arah depan.

"Ada apa?" tanya Rizal namun tetap menghentikan mobilnya.

Jelita tidak menjawab, namun Jelita langsung turun, dan itu sukses membuat Rizal terkejut, cepat-cepat Rizal melepas sabuk pengamannya, dan keluar dari mobil.

"Jelita....kamu mau kemana? Jangan kesana Ta, bahaya," teriak Rizal, namun Jelita sama sekali tidak menggubrisnya, tujuan jelita saat ini adalah menolong anak yang berjualan asongan di pinggir jalan yang sedang ketakutan dan mendudukkan dirinya di pinggir jalan sambil menutup telinganya, bahkan anak tersebut sampai menangis.

"Adek...ayo ikut kakak, disini bahaya," ajak Jelita begitu sudah bertemu dengan adik yang berjualan asongan.

Baru saja Jelita dan anak kecil tersebut ingin melangkah, suara tembakan terdengar dan membuat keduanya kembali menundukkan kepalanya.

"Kak aku takut," ucap adik tersebut.

"Tenang, ada kakak," Jelita menenangkan.

Saat sudah merasa aman, kembali Jelita mengajak anak kecil tersebut untuk segera berpergi, namun sebuah mobil melaju dengan kecepatan begitu cepat dari arah sebrang Jelita dan anak kecil tersebut, Rizal yang melihat Jelita dalam bahaya pun langsung berteriak sekencang mungkin.

"JELITA AWAAAAAAS,"

Jelita pun langsung menghentikan langkahnya, kepalanya menoleh ke arah mobil yang mengarah ke dirinya dan anak kecil yang ada di sampingnya.

Matanya seketika langsung membula, tanpa banyak bicara, jelita langsung mendorong anak kecil yang di tolongnya ke tempat yang aman, saat Jelita mau melangkah mundur, mobil yang melaju cepat ke arahnya sudah semakin dekat, dan Rizal pun jelas sudah semakin panik, posisi Rizal dan jelita sangat jauh, bahkan Rizal sudah berlari sekuat mungkin untuk menolong Jelita.

"JELITAAAA,"

"Aaaaaaaaahhkkk,"

Greeeeeep

Braaaaaaak

Mobil yang sudah mengarah Jelita kini menabrak pembatas jalan, bahkan sampai terguling, sedangkan tubuh Jelita juga sudah terguling-guling di jalan dan berada di dalam pelukan seseorang.

Rizal langsung menghentikan langkahnya, napasnya terasa ngos-ngosan.

Di tempat Jelita saat ini, dengan pelan Jelita langsung bangkit, dan melepaskan tubuhnya dari pelukan seseorang yang belum diketahuinya.

"Sssttttt," tubuhnya terasa sakit.

"Tuan,"

Mendengar suara seseorang yang memanggil tuan, jelas Jelita langsung menolehkan kepalanya, matanya membulat saat melihat siapa pria yang sudah menolongnya, pria yang sama yang sudah memakinya saat di rumah sakit, dan pria yang sudah memberikannya uang saat dijalan.

"Kamu,"

Bumi langsung bangkit, matanya menatap Jelita dengan nyalang, "kamu mau mati hahk," bentak Bumi yang membuat Jelita langsung terdiam.

"Kamu nggak lihat para polisi sedang mengejar para bandar narkoba, harusnya kamu pergi dari area ini, bukannya malah ikut bergabung," kembali Bumi membentak Jelita.

"Aku bukan mau ikut bergabung, tapi aku mau menyelamatkan seorang anak, jangan asal tuduh kalau tidak tahu," Jelita membela dirinya.

Bumi tidak bersuara lagi, Dirga yang melihat tubuh tuannya penuh luka, bahkan pelipis Bumi juga berdarah jelas menjadi khawatir, "Tuan, anda terluka, sebaiknya kita obati dulu," ucap Dirga.

"Biar wanita ini yang bertanggung jawab, karena wanita ini saya terluka," Bumi memberitahu.

"Obati luka-luka yang ada di tubuh saya,"

"Itu--,"

"Jelita," panggil Rizal dan sukses membuat Bumi, jelita dan Dirga langsung menolehkan kepalanya menatap ke arah Rizal.

"Ta, kamu nggak apa-apa?" tanya Rizal yang terlihat begitu khawatir.

"Nggak, aku nggak apa-apa,"

"Syukurlah, ayo kita pergi dari sini, tempat ini nggak aman," ajak Rizal.

"Tidak bisa, dia harus tanggung jawab terhadap saya," cegah Bumi dan membuat Rizal seketika membulatkan matanya melihat Bumi.

"Tuan Bumi," gumam Rizal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Perang Mulut

    “Lanjutkan nona,” ucap Dirga yang membuat Nina menatap Dirga.Nina pun menjawab dengan anggukan kepala, sesekali matanya melirik Jelita dan Bumi yang masih saling menempelkan bibir mereka.Hampir sepuluh menit, akhirnya Nina sudah selesai menjahit luka Jelita kembali, begitu sudah beres, Dirga yang masih melihat tuannya menikmati cumbuannya dengan Jelita, tanpa bersuara langsung menarik Nina keluar untuk pergi ke lantai satu, bahkan Dirga juga melarang siapapun untuk naik ke lantai atas.“Tuan, kenapa kita harus pergi, harusnya kita bersuara tadi, jadi mereka tidak melanjutkan ciuman mereka, saya takut mereka justru keterusan dan–,’“Tidak akan terjadi apa-apa nona, jadi tidak ada yang perlu anda khawatirkan,” potong Dirga.“Kenapa anda bisa seyakin itu nona, yang namanya pria dan wanita kalau sudah saling bercumbu pasti akan keterusan,”“Tuan Bumi tidak akan melakukan apa-apa pada nona Jelita, jadi nona tidak perlu takut,” ucap Dirga menatap Nina dengan tatapan malas.“Ck, dasar sok

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Ciuman Rasa Sakit

    Bumi sudah keluar dari mobil lebih dulu, disusul Jelita yang melangkah masuk ke dalam mansion dengan kepala menunduk. baru beberapa langkah Jelita masuk ke dalam mansion, suara orang yang begitu dikenalnya memanggil dirinya.“Kak Jelita,” Jelita langsung mengangkat kepalanya, air mata yang tadi sempat mengering di matanya, kini kembali berkaca-kaca saat melihat Bayu saat ini ada di depan matanya.“Bayu,” panggil Jelita dengan suara tercekat.Dengan cepat Jelita Jelita langsung memeluk adiknya, Bumi yang melihat jelas langsung menolehkan kepalanya ke arah lain, entah kenapa ada rasa tidak suka saat Jelita memeluk Bayu, walau pun Bayu adik kandung Jelita.“Dek, kamu kok bisa aja disini? terus ibu mana?” tanya Jelita.“Aku dibawa orang suruhan kak Bumi kak,”“Kak,” beo Jelita menatap Bayu, kemudian matanya melihat Bumi yang berdiri tidak jauh darinya dan Bayu.“Iya, kak Bumi yang untuk di panggil itu,” jelas Bayu.“Tadi waktu aku dan ibu di rumah kakak, tiba-tiba ada yang menggedor pint

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Kembali ke Mansion Bumi

    Saat ini Jelita sedang menunggu taksi online yang sudah di pesannya, Nina yang sendiri yang tidak mau Jelita kenapa-napa pun menyusul Jelita ke depan rumah sakit, pun dengan Rizal.“Ta, pulangnya sama aku ya, sebentar aku ambil mobil dulu,” ucap Nina yang membuat Jelita terkejut.“Nggak usah Na, aku naik taksi aja, aku udah pesan juga,” tolak Jelita.“Yauda aku aja yang antar kamu,” kini Rizal yang bersuara.“Ck, jangan gila deh Zal, kamu masih ada operasi satu jam lagi,” tolak Jelita juga.“Tapi kamu bahaya kalau pulang sendiri Ta, ingat, pasti anak buah musuh nya tuan Bumi berkeliaran disini, aku nggak mau kalau sampai mereka menangkapmu, jelas aku orang yang paling merasa bersalah kalau terjadi apa-apa sama kamu,” ucap Nina.“Tap–,”“Biar saya yang antar Jelita pulang,”DegRizal dan Nina langsung menolehkan kepala mereka ke asal suara, Tapi tidak dengan Jelita, yang mana hanya diam di tempat, bahkan Jelita tidak menolehkan kepalanya sama sekali karena sejujurnya Jelita sudah tahu

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Kamu Harus Pergi Jelita

    “Jadi pria yang aku tangani tadi itu yang sudah menculik ibu sama Bayu?” tanya Nina yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Jelita dengan cepat.“Fiks..kamu dalam bahaya Ta,”“Bahaya kenapa?” tanya Rizal yang baru saja masuk ke ruangan Jelita karena baru saja selesai operasi, dan samar-samar Rizal mendengar apa yang dikatakan Nina pada Jelita.“Ini Zal, orang yang sudah melukai tangan Jelita itu pasien yang tadi aku tangani yang sebelumnya Jelita tangani, mereka itu yang menculik ibu sama Bayu,” jelas Nina.“Apa!!” Rizal juga sama, tak kalah terkejutnya.“Dan aku sangat yakin kalau sekarang ini Jelita pasti dalam bahaya, karena pria itu adalah musuh tuan Bumi,” ucap Nina lagi memberi tahu.“Apa hubungannya sama tuan Bumi dan Jelita?” tanya Rizal yang memang belum mengetahui apa-apa, sebab Rizal tahu nya hanya Jelita di tahan tuan Bumi, dan Rizal tidak tahu soal Aaron karena Jelita memang menceritakan masalah Aaron pada Rizal dan Nina.“Dia itu musuhnya tuan Bumi, Aaron tau nya aku

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Dia yang Menculik Ibu dan Bayu

    Jelita terdiam terpaku di tempatnya saat melihat Aaron lah yang berada di brankar tepat di hadapannya.“Bawa saya lari dari sini, atau kau akan mati saat ini juga,” ancam Aaron mengeluarkan belati di tangannya.“Dok ini kain kasa dan kapas nya,” ucap suster yang mampu menyadarkan Jelita, dengan pelan Jelita menundukkan kepalanya mengambil kain kasa dan perban yang diberikan suster, matanya melihat Aaron yang juga menatapnya dengan tajam.Begitu sag suster pergi, Aaron kembali bersuara, “Bawa saya pergi dari sini, atau kau akan mati saat ini juga,” ancam Aaron lagi.“Bagaimana mungkin aku bisa membawamu dari sini, sementara saat ini kau terluka parah, kepalamu berdarah,” “Luka kecil ini tidak berpengaruh padaku, sekarang yang aku mau, kau bawa aku pergi dari sini, aku tidak mau tau caranya bagaimana,” kembali Aaron mengancam Jelita.“Maaf aku tidak bisa, aku akan memanggil dok–,”“Aaahhkk,” teriak Jelita saat tangannya ditusuk belati milik Aaron.Darah langsung mengalir keluar dari te

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Siapa Dia?

    “Tapi dia mengenalmu Jelita,” ucap Nina, Jelita sendiri langsung menatap Jelita.Dengan pelan Jelita bangkit dari duduknya, ditatapnya Nina,”Tapi aku tidak mengenalnya Nina, intinya aku sangat membenci dia, karena dia aku dan keluargaku menjadi seperti ini, bahkan aku juga tidak tahu apa karirku sekarang masih baik-baik saja atau tidak di rumah sakit, satu minggu lebih aku tidak masuk bekerja tanpa kabar dan semua itu karena dia, dan kamu masih bilang dia baik,” jelas Jelita yang membuat Nina hanya bungkam, tapi sejujurnya ingin sekali Nina memberitahu soal Bumi padanya.“Andai kamu tahu kenapa tuan Bumi sampai seperti itu sama kamu Ta,” batin Nina.“Kalau ibu dan Bayu sudah baik, kita pergi dari sini ya, aku nggak mau berhubungan lagi sama pria itu bu, dia sangat bahaya,” ucap Jelita yang hanya dijawab anggukan kepala oleh ibu dengan pasarah, begitu pun dengan Bayu, hanya bisa menurut apa yang disampaikan kakaknya.******Dua minggu sudah berlalu, apa yang disampaikan Jelita pada ibu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status