Share

Bab 2 - Kembali Bertemu

last update Last Updated: 2024-03-12 14:07:03

“Ya ampun Ta, kamu nggak kenal sama pria tampan dan gagah tadi?” tanya Nina tidak percaya.

“Nggak, lagian siapa dia? presiden juga bukan,” jawab Jelita sambil melihat data pasiennya.

“Ck, gini nih kalau tau nya cuma kerja kerja terus,” ucap Nina dan kini menarik kursinya agar duduknya bisa semakin dekat dengan Jelita.

“Nih aku kasih tau ya sama kamu Ta, pria tampan tadi itu tuan Bagaskara Bumi Atmaja, dia itu pengusaha sukses di kota ini, bukan hanya di kota ini, tapi kota-kota besar lainnya, dan juga sampai ke luar negeri,” Nina memberitahu.

“Terus aku harus bilang waw gitu karena dia pengusaha kaya raya, aku nggak peduli kali Nin,” ucap Jelita.

“Ck, bukan itu aja Ta, tuan Bumi itu juga ketua Mafia yang terkenal sangat kejam, bahkan nggak akan segan-segan membuat lawan-lawannya masuk ke lobang kubur,” kembali Nina memberitahu.

Jelita sempat melihat Nina sebentar, namun kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya, “Aku nggak peduli,” ucap Jelita.

“Jangan takabur kalau bicara Ta, tuan Bumi itu bukan orang sembarangan, makanya saat kamu tadi ngelawan tuan Bumi, aku udah takut terjadi sesuatu sama kamu,” sahut Nina.

“Ngapain takut sama dia Nina, dia sama-sama manusia,” Ucap Jelita yang kini langsung membereskan data-data pasiennya, karena sudah waktunya Jelita pulang ke rumahnya dan ingin mengistirahatkan tubuhnya yang memang terasa lelah setelah bertempur di meja operasi.

“Mau bareng nggak?” tawa Jelita pada Nina.

“Boleh deh, sekalian aku kayaknya nginap di kontrakan kamu ya, malas pulang aku,” ucap Nina yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Jelita.

Bulan sudah berganti dengan matahari pagi, waktu memang begitu sangat cepat berlalu, pagi ini Jelita sedang bersantai di kontrakan yang sudah hampir tiga tahun di tempatinya, sambil menikmati teh hangat, Jelita memandang tanaman bunga miliknya.

“Hari ini kamu mau ada rencana kemana Ta?” tanya Nina yang baru saja datang sambil membawa jagung susu keju yang baru saja dibuatnya.

“Nggak tau, kalau suntuk di rumah, palingan ke mall, mau ke toko buku, ada yang mau aku cari,” jawab Jelita sambil menarik jagung susu keju buatan Nina.

“Aku kayaknya pulang aja deh, pengen rebahan satu harian soalnya, tapi kamu antar ya, sekalian ke mall,” ucap Nina yang dijawab anggukan kepala saja oleh Jelita, karena saat ini mulutnya penuh.

Siang hari, mobil Jelita sudah membelah jalanan menuju rumah Nina, keduanya sama-sama diam, sampai Nina membuka suara lebih dulu.

“Ta, kamu nggak pengen beli rumah? gaji kamu gede loh, masa iya kamu ngontrak terus, ya walaupun rumah kontrakan kamu terbilang nyaman,” tanya Nina.

“Nanti-nanti aja lah, lagian kredit mobil ku belum lunas juga, kamu kan tau kalau aku itu jadi tulang punggung keluarga, ibu sama bapak di kampung juga sekarang sering sakit-sakitan, adik ku juga saat ini sedang banyak-banyaknya butuh biaya, sebentar lagi dia mau tamat SMA kan, dan Rangga mau coba masuk militer Nin,” jawab Jelita.

“Benar-benar anak yang baik, makanya rezeki kamu ngalir terus, kamu perhatian sekali dengan keluargamu,” 

“Lagian yah…kalau aku pikir-pikir, ngapain juga aku sibuk-sibuk beli rumah, nanti kalau nikah pasti tinggal sama suami kan, walau pun bisa dikatakan investasi, tapi aku mikirnya sayang aja, karena pasti nanti aku tinggal sama suami juga kan, terus rumahnya dikontrakkan, sayang banget,” ucap Jelita.

“Benar juga,” sahut Nina.

“Loh kok berhenti?” tanya Nina saat Jelita menghentikan mobilnya.

“Aku pengen beli es dawet, seger banget kayaknya diminum siang-siang begini,” Jelita memberitahu.

“Ck, udah jadi dokter bedah terkenal, masih aja suka jajan pinggir jalan kamu Ta,” ucap Nina saat melihat Jelita yang sudah keluar dari mobil dan menyebrang jalan untuk membeli es dawet.

Kini es dawet dua cup sudah berada di tangan Jelita, yang satu untuk dirinya, dan yang satu lagi untuk Nina, namun saat mau menyebrang, mata Jelita melihat ibu-ibu yang hendak menyebrang tidak jauh dari dirinya berdiri, namun mata Jelita juga melihat mobil mewah yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah kejauhan.

“Ibu awaaas bu,” teriak Jelita kemudian langsung berlari menarik tubuh ibu kembali ke pinggir jalan.

Brruuuuuuk

Ciiiiiiiiit

“Awwwww,” terdengar suara Jelita dan ibu yang ditolongnya. Dengan cepat Jelita membantu ibu-ibu tersebut untuk segera duduk.

“Ibu nggak apa-apa?” tanya Jelita begitu keduanya sudah duduk bersama di pinggir jalan.

“Tidak nak, alhamdulillah ibu baik-baik saja, terima kasih ya sudah menolong ibu, kalau tidak mungkin ibu sudah tertabrak sama mobil itu,” 

“Lain kali hati-hati ya bu, kalau mau nyebrang lihat kanan dan kiri dulu,” ucap Jelita dan dijawab dengan anggukan kepala oleh ibu yang ditolong Jelita.

“Mari saya bantu nyebrang bu,” ajak Jelita dan membantu ibu-ibu yang tidak terlalu tua itu untuk menyebrang Jalan.

Baru saja Jelita akan melangkah, seorang pemilik mobil langsung turun dari mobil dan menghampiri Jelita dan ibu yang ditolong Jelita.

“Dia bukannya dokter yang semalam?” batin Dirga.

“Maaf…anda dan ibunya tidak kenapa-napa kan?” tanya Dirga yang membuat Jelita langsung menghentikan langkahnya dan menatap Dirga.

“Anda yang punya mobil itu?” tanya Jelita yang sama sekali tidak mengingat wajah Dirga.

“Bu–,”

“Lain kali kalau nyetir itu hati-hati dong pak, hampir saja ibu ini tertabrak mobil anda,” 

“Tapi tadi jalanan kosong, jadi wajarkan kalau saya–.”

“Ya tetap saja harus hati-hati, punya mata it–,”

“Kenapa lama sekali mengurus masalah sepele saja Ga, kita sudah tidak banyak waktu,” ucap Bumi yang ikutan turun dari mobil karena Dirga begitu lama berada diluar.

“Ohh…jadi kamu bosnya, bagus deh kalau kamu ikut turun, Nih ya…bilang sam supir kamu, kalau bawa mobil itu hati-hati, jangan ngebut, banyak orang nyebrang jalan, syukurnya ibu ini tidak kenapa-napa,” ucap Jelita menatap Bumi.

Bumi sendiri hanya diam, matanya terus menatap wajah cantik Jelita yang mengomeli dirinya.

“Dirga, kasih saja dispensasi untuk mereka,kita harus segera berangkat,” ucap Bumi yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Dirga.

“Maaf nona, tapi saya rasa saya juga tidak salah, karena saat saya melaju, tidak ada orang sama sekali, ibu ini saja yang tiba-tiba nongol, tapi walaupun begitu, saya dan bos saya tetap akan bertanggung jawab, ini uang buat nona dan ibu nona berobat,” ucap Dirga sambil memberikan uang beberapa lembar pada Jelita.

Merasa dirinya terhina, Jelita pun langsung mengambil uang yang diberikan Dirga, Bumi yang melihat langsung tersenyum sinis, “ternyata semua wanita sama saja, tidak jauh-jauh dari yang namanya uang,” batin Bumi yang kini memilih untuk masuk ke dalam mobilnya, tapi suara Jelita membuatnya urung.

“Tunggu,” 

Bumi pun kembali membalikkan tubuhnya menatap Jelita yang kini sudah melangkah mendekati dirinya.

Dengan cepat Jelita melemparkan kembali uang yang tadi diberikan Dirga padanya.

“Saya nggak butuh uang anda, dan saya nggak kekurangan uang, nggak semua yang ada didunia ini bisa anda bayar dengan uang, dasar sombong,” setelah mengatakan itu, Jelita langsung pergi dari hadapan Bumi, tak lupa Jelita kembali membantu ibu yang ditolongnya tadi untuk menyebrang jalan.

Bumi yang diperlakukan seperti itu pada Jelita jelas menahan emosi, tangannya sudah terkepal kuat.

“Tuan–,”

“Segera cari tau wanita itu Dirga, dia sudah buat aku emosi dua kali,” ucap Bumi kemudian langsung masuk ke dalam mobil dengan wajah penuh emosi.

Dirga sendiri hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar, “Anda salah mencari lawan nona, sepertinya hidup anda setelah ini tidak baik-baik saja,” ucap Dirga yang langsung menyusul Bumi masuk ke dalam mobil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Perang Mulut

    “Lanjutkan nona,” ucap Dirga yang membuat Nina menatap Dirga.Nina pun menjawab dengan anggukan kepala, sesekali matanya melirik Jelita dan Bumi yang masih saling menempelkan bibir mereka.Hampir sepuluh menit, akhirnya Nina sudah selesai menjahit luka Jelita kembali, begitu sudah beres, Dirga yang masih melihat tuannya menikmati cumbuannya dengan Jelita, tanpa bersuara langsung menarik Nina keluar untuk pergi ke lantai satu, bahkan Dirga juga melarang siapapun untuk naik ke lantai atas.“Tuan, kenapa kita harus pergi, harusnya kita bersuara tadi, jadi mereka tidak melanjutkan ciuman mereka, saya takut mereka justru keterusan dan–,’“Tidak akan terjadi apa-apa nona, jadi tidak ada yang perlu anda khawatirkan,” potong Dirga.“Kenapa anda bisa seyakin itu nona, yang namanya pria dan wanita kalau sudah saling bercumbu pasti akan keterusan,”“Tuan Bumi tidak akan melakukan apa-apa pada nona Jelita, jadi nona tidak perlu takut,” ucap Dirga menatap Nina dengan tatapan malas.“Ck, dasar sok

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Ciuman Rasa Sakit

    Bumi sudah keluar dari mobil lebih dulu, disusul Jelita yang melangkah masuk ke dalam mansion dengan kepala menunduk. baru beberapa langkah Jelita masuk ke dalam mansion, suara orang yang begitu dikenalnya memanggil dirinya.“Kak Jelita,” Jelita langsung mengangkat kepalanya, air mata yang tadi sempat mengering di matanya, kini kembali berkaca-kaca saat melihat Bayu saat ini ada di depan matanya.“Bayu,” panggil Jelita dengan suara tercekat.Dengan cepat Jelita Jelita langsung memeluk adiknya, Bumi yang melihat jelas langsung menolehkan kepalanya ke arah lain, entah kenapa ada rasa tidak suka saat Jelita memeluk Bayu, walau pun Bayu adik kandung Jelita.“Dek, kamu kok bisa aja disini? terus ibu mana?” tanya Jelita.“Aku dibawa orang suruhan kak Bumi kak,”“Kak,” beo Jelita menatap Bayu, kemudian matanya melihat Bumi yang berdiri tidak jauh darinya dan Bayu.“Iya, kak Bumi yang untuk di panggil itu,” jelas Bayu.“Tadi waktu aku dan ibu di rumah kakak, tiba-tiba ada yang menggedor pint

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Kembali ke Mansion Bumi

    Saat ini Jelita sedang menunggu taksi online yang sudah di pesannya, Nina yang sendiri yang tidak mau Jelita kenapa-napa pun menyusul Jelita ke depan rumah sakit, pun dengan Rizal.“Ta, pulangnya sama aku ya, sebentar aku ambil mobil dulu,” ucap Nina yang membuat Jelita terkejut.“Nggak usah Na, aku naik taksi aja, aku udah pesan juga,” tolak Jelita.“Yauda aku aja yang antar kamu,” kini Rizal yang bersuara.“Ck, jangan gila deh Zal, kamu masih ada operasi satu jam lagi,” tolak Jelita juga.“Tapi kamu bahaya kalau pulang sendiri Ta, ingat, pasti anak buah musuh nya tuan Bumi berkeliaran disini, aku nggak mau kalau sampai mereka menangkapmu, jelas aku orang yang paling merasa bersalah kalau terjadi apa-apa sama kamu,” ucap Nina.“Tap–,”“Biar saya yang antar Jelita pulang,”DegRizal dan Nina langsung menolehkan kepala mereka ke asal suara, Tapi tidak dengan Jelita, yang mana hanya diam di tempat, bahkan Jelita tidak menolehkan kepalanya sama sekali karena sejujurnya Jelita sudah tahu

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Kamu Harus Pergi Jelita

    “Jadi pria yang aku tangani tadi itu yang sudah menculik ibu sama Bayu?” tanya Nina yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Jelita dengan cepat.“Fiks..kamu dalam bahaya Ta,”“Bahaya kenapa?” tanya Rizal yang baru saja masuk ke ruangan Jelita karena baru saja selesai operasi, dan samar-samar Rizal mendengar apa yang dikatakan Nina pada Jelita.“Ini Zal, orang yang sudah melukai tangan Jelita itu pasien yang tadi aku tangani yang sebelumnya Jelita tangani, mereka itu yang menculik ibu sama Bayu,” jelas Nina.“Apa!!” Rizal juga sama, tak kalah terkejutnya.“Dan aku sangat yakin kalau sekarang ini Jelita pasti dalam bahaya, karena pria itu adalah musuh tuan Bumi,” ucap Nina lagi memberi tahu.“Apa hubungannya sama tuan Bumi dan Jelita?” tanya Rizal yang memang belum mengetahui apa-apa, sebab Rizal tahu nya hanya Jelita di tahan tuan Bumi, dan Rizal tidak tahu soal Aaron karena Jelita memang menceritakan masalah Aaron pada Rizal dan Nina.“Dia itu musuhnya tuan Bumi, Aaron tau nya aku

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Dia yang Menculik Ibu dan Bayu

    Jelita terdiam terpaku di tempatnya saat melihat Aaron lah yang berada di brankar tepat di hadapannya.“Bawa saya lari dari sini, atau kau akan mati saat ini juga,” ancam Aaron mengeluarkan belati di tangannya.“Dok ini kain kasa dan kapas nya,” ucap suster yang mampu menyadarkan Jelita, dengan pelan Jelita menundukkan kepalanya mengambil kain kasa dan perban yang diberikan suster, matanya melihat Aaron yang juga menatapnya dengan tajam.Begitu sag suster pergi, Aaron kembali bersuara, “Bawa saya pergi dari sini, atau kau akan mati saat ini juga,” ancam Aaron lagi.“Bagaimana mungkin aku bisa membawamu dari sini, sementara saat ini kau terluka parah, kepalamu berdarah,” “Luka kecil ini tidak berpengaruh padaku, sekarang yang aku mau, kau bawa aku pergi dari sini, aku tidak mau tau caranya bagaimana,” kembali Aaron mengancam Jelita.“Maaf aku tidak bisa, aku akan memanggil dok–,”“Aaahhkk,” teriak Jelita saat tangannya ditusuk belati milik Aaron.Darah langsung mengalir keluar dari te

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Siapa Dia?

    “Tapi dia mengenalmu Jelita,” ucap Nina, Jelita sendiri langsung menatap Jelita.Dengan pelan Jelita bangkit dari duduknya, ditatapnya Nina,”Tapi aku tidak mengenalnya Nina, intinya aku sangat membenci dia, karena dia aku dan keluargaku menjadi seperti ini, bahkan aku juga tidak tahu apa karirku sekarang masih baik-baik saja atau tidak di rumah sakit, satu minggu lebih aku tidak masuk bekerja tanpa kabar dan semua itu karena dia, dan kamu masih bilang dia baik,” jelas Jelita yang membuat Nina hanya bungkam, tapi sejujurnya ingin sekali Nina memberitahu soal Bumi padanya.“Andai kamu tahu kenapa tuan Bumi sampai seperti itu sama kamu Ta,” batin Nina.“Kalau ibu dan Bayu sudah baik, kita pergi dari sini ya, aku nggak mau berhubungan lagi sama pria itu bu, dia sangat bahaya,” ucap Jelita yang hanya dijawab anggukan kepala oleh ibu dengan pasarah, begitu pun dengan Bayu, hanya bisa menurut apa yang disampaikan kakaknya.******Dua minggu sudah berlalu, apa yang disampaikan Jelita pada ibu

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Penjelasan Jelita

    Kini Jelita sudah berada di mobil bersiap untuk pergi menemui ibu dan adiknya, Dirga sendiri yang mengantar Jelita, mata Jelita masih melihat ke arah mansion saat Dirga baru saja melajukan mobilnya, begitu mobil sudah keluar dari mansion, helaan nafas keluar dari mulut Jelita.“Akhirnya aku bisa keluar dari tempat ini,” batin Jelita dan kini sudah menatap jalanan.Rasanya perjalanan begitu terasa lama, bahkan Jelita mata Jelita begitu terasa mengantuk, namun sekuat tenaga Jelita menahannya agar tidak sampai tertidur.Hampir satu jam perjalanan, akhirnya mobil yang dikendarai Dirga sampai di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun terlihat dua tingkat, Jelita sendiri hanya diam menatap rumah yang saat ini ada di hadapannya.“Silahkan masuk nona, ibu dan adik nona ada di dalam,” ucap Dirga memberitahu.Jelita langsung menolehkan kepalanya menatap Dirga,”Ini rumah siapa?” tanya Jelita karena menang tidak mengenali rumah yang ada di hadapannya saat ini.“Ini rumah tuan Bumi nona, sud

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Pergilah

    Sudah tiga hari ini Jelita diam saja, bahkan setiap pelayan yang bekerja di rumah Bumi mengajaknya bicara, Jelita hanya menjawab dengan gelengan kepala dan anggukan kepala.Sore ini Jelita duduk kamar taman belakang menatap ke arah kolam renang, kepala pelayan menami Jelita di belakang kursi yang diduduki Jelita, beberapa bodyguard juga ikut mengawasi dari jarak jauh.Helaan Nafas keluar dari mulut kepala Pelayan melihat Jelita yang sudah tiga hari ini diam melamun seperti tidak ada semangat hidup, “Kasihan sekali nona Jelita,” batin kepala pelayan menatap Jelita.Mobil mewah milik Bumi masuk ke mansion, begitu mobil berhenti, Bumi langsung melangkah masuk ke dalam, biasanya kepala pelayan sudah menunggu dirinya di depan, tapi tidak dengan sore ini.“Bi Lastri dimana?” tanya Bumi pada pelayan lain yang kebetulan sedang lewat.“Ada di taman belakang tuan,” jawab pelayan Bumi dengan menundukkan kepalanya takut menatap Bumi. “Sedang apa disana?” tanya Bumi.“Menemani nona Jelita,” jelas

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Belum Saatnya Untuk Pergi

    “Jelita,” panggil Nina.Bumi langsung membalikkan tubuhnya menatap Nina, “Langsung periksa saja, jangan jadi patung di situ, ucap Bumi.“Tapi Jelita kenapa? dia baik-baik saja kan?” tanya Jelita yang kini sudah masuk ke dalam kamar tamu dan berdiri di samping ranjang Jelita.“Kalau saya tahu dia kenapa? saya tidak perlu memanggilmu kesini,” jawab Bumi dengan suara besarnya.Nina pun tidak bersuara lagi, rasa senang karena Jelita selamat sudah sangat bersyukur bagi Nina, dengan cepat Nina mengecek suhu tubuh Jelita.“Badannya panas,” gumam Nina.“Kata pelayan saya, badannya sedikit lebam, tolong kamu obati juga,” ucap Bumi memberitahu.“Tanpa tuan suruh pun, pasti saya akan mengobati Jelita, dia sahabat dekat saya, tidak mungkin saya membiarkan Jelita merasakan sakit,” sahut Nina kini sudah menyiapkan suntikan untuk Jelita.“Bagus, kalau begitu saya tunggu di luar,” ucap Bumi kemudian langsung melangkah keluar dari kamar, Dirga pun langsung menutup pintu kamar tamu begitu Bumi keluar.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status